Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Showing posts with label emas. Show all posts
Showing posts with label emas. Show all posts

Saturday, November 21, 2015

Siapa Bilang Menambang itu Mudah?


Saya tidak tertarik untuk mengomentari pernyataan salah seorang anggota DPR yang mengatakan tentang pengolahan emas itu gampang. Mungkin si Bapak ini lelah dan perlu liburan. Namanya juga politisi, kalau pernyataannya tidak fenomenal, ya bukan politisi namanya. Saya coba menanggapi dari sisi yang lebih ilmiah dari ilmu yang saya pelajari selama hampir 9 tahun ini tentang eksplorasi, penambangan dan pengolahan emas.
Seberapa melimpah emas di bumi?

Emas merupakan salah satu dari beberapa logam mulia (precious metal), selain perak, platinum dan paladium. Beberapa referensi menyebutkan rhodium, osmium dan rhenium dalam logam mulia. Untuk mencapai tingkat ekonomis, unsur yang terkandung dalam mineral atau batuan harus mengalami proses konsentrasi untuk mencapai kadar yang ekonomis untuk ditambang. Perbandingan antara kandungan unsur dibandingkan keterdapatannya di kerak bumi disebut sebagai konsentrasi Clarke

Jika konsentrasi suatu unsur masih lebih rendah dibandingkan konsentrasinya di alam, maka unsur itu belum bernilai ekonomis. Sebagai contoh, konsentrasi Clarke dari emas (Au) di kerak bumi sebesar 0,004 ppm. Untuk mencapai nilai ekonomis, emas harus mengalami konsentrasi sebesar 1.000 kali lipat atau sebesar 4 ppm sehingga emas bernilai ekonomis. Part-per-million atau ppm adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan kadar dari suatu unsur dalam satu per-sejuta, dalam ilmu kebumian biasanya dinyatakan sebagai gram per ton.


Ilustrasi volume satu-per-seribu, ppm, ppb, ppt

Jika kita mengambil contoh kadar emas 4 ppm, artinya dalam batuan dengan massa 1 ton, terkandung 4 gram emas. Banyak kah itu? Coba kita lihat beberapa contoh, saya kutip dari dari data riil:
- Newmont Batu Hijau (tambang emas di Nusa Tenggara Barat) --> 0,37 gr/ton
"Batu Hijau is a porphyry copper deposit containing small amounts of gold and silver...... On average, gold yield is much lower at only 0.37 gram per tonne processed. This means that a lot of work is needed to obtain small amounts of the metal that can be sold.) (sumber: web Newmont Batu Hijau)
- Kasongan Bumi Kencana (tambang emas di Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah) --> 2.2 gr/ton (sumber: badan geologi, ESDM)
- foto dari sampel emas dalam pirit dari Afrika Selatan milik Thomas Öberthur (BGR, badan geologi Jerman). Kadar emas-nya 5kg per ton, atau 5.000 ppm. wuuoooooow :D
foto: andyyahya, 2015
- Kadar emas di Indonesia saya rangkum dalam diagram tonase-kadar sebagai bagian disertasi saya. Sumbu x adalah tonase dari sumberdaya dari tambang (dalam juta ton), dan sumbu y adalah kadar emas (dalam ppm atau gram per ton). Simbol biru menunjukkan emas epithermal, kotak menunjukkan emas dengan tipe sediment hosted, segitiga untuk porfiri, dan bulat untuk skarn. Rata-rata, kadar emas di Indonesia berada di rentang 0,1 - 15 ppm, besar kecilnya tergantung dari tipe endapannya 
-

Diagram tonase dan kadar dari berbagai tambang emas di Indonesia

Berapa banyak emas yang diproduksi di Indonesia? Apakah Indonesia adalah negara penghasil terbesar emas? Monggo, ini datanya. Indonesia berada di nomor 12 tahun 2012 dan nomor 11 tahun 2013. 
visualisasi andyyahya dan vidya (sumber: world mining data dan mineral commodity summaries USGS, 2015)

update: 29-11-2017

2. Sukses berkat kerjasama berbagai ilmu
Rantai penambangan sangat panjang, melibatkan berbagai keahlian, seperti:
a. Teknik Geologi, Tambang Eksplorasi, Teknik Geodesi, Teknik Geofisika, Kimia
- bertugas mencari dimana lokasi yang mengandung keterdapatan logam berharga 

- menemukan saja tidak cukup, eksplorasi detail diperlukan, misalkan dengan melakukan pemetaan geologi detil, studi geofisika dengan airborne, geomagnetik (gambar: http://www.bgr.bund.de/

- setelah didapat data detail, perlu dilakukan pemboran untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan

- lokasi harus ditentukan dengan tepat dan presisi. Meleset dari target? Uang terbuang percuma

- sudah dapat sampel dari pemboran, sampel harus dipilih untuk analisa kimia

Sudah mulai terbayang berapa rumitnya skema tahapan prospeksi?
b. Teknik Pertambangan, Teknik Sipil, Teknik Lingkungan
-- ketika data eksplorasi yang didapat sudah lengkap, data tersebut harus di visualisasikan dalam model geologi
-- model geologi nantinya akan digunakan oleh kawan-kawan untuk mendesain bentuk tambang, memodelkan berapa lama umur tambang, bagian mana yang harus ditambang terlebih dahulu (scheduling)
skema metode tambang bawah dengan metode block caving, diterapkan di tambang Grasberg Block Cave, PT Freeport Indonesia (sumber: www.groundtruthtrekking.org) 
-- menambang bukan hanya bermodal back hoe dan truk, namun juga memperhatikan geoteknik (kemiringan lereng, tipe penyanggaan jika ditambang secara bawah tanah), pemilihan alat yang sesuai, perlu menggunakan peledakan atau tidak. Memakai bahan peledak itu perlu ada lisensi nya lo. Coba dibayangkan, kalau seenaknya sendiri memakai peledak seperti petasan atau mercon, bisa-bisa rumah di sekitar tambang pada retak-retak, kaca pada pecah dan lontaran batunya bisa-bisa terbang kemana-mana.

Menjaga lereng tambang supaya stabildan tidak longsor adalah salah satu aplikasi ilmu geoteknik tambang

-- selama menambang, perlu dilakukan reklamasi. Ingat, konsep yang salah yang dipahami banyak orang. Menambang bukan hanya mengambil terus dibiarkan terbuka dan gundul, lahan tambang juga ditaburi top soil atau tanah yang subur untuk dilakukan reklamasi
-- beberapa batuan yang mengandung sulfida dapat mengakibatkan air menjadi bersifat asam (pH kurang dari 7). Apa ditinggalkan begitu saja? Tentunya perlu ditangani dengan lebih hati-hati, misalkan dengan menambahkan batu kapur, membuat kolam sedimen, sebelum dialirkan ke badan sungai


c. Teknik Metalurgi, Teknik Material, Teknik Kimia

-- Sudah jadi bahan mentah mau diapakan? Dijual ke luar negeri apa adanya dan kita terima ketika sudah menjadi barang jadi? Itulah amanat dari UU No 4 Tahun 2009, yang mewajibkan untuk melakukan pengolahan bahan mentah hasil tambang untuk dijadikan menjadi bahan setengah jadi maupun bahan jadi

-- Pernah dengar Smelter? Ya itulah dapur untuk mengolah bahan galian. Itulah jawaban kenapa banyak perusahaan gulung tikar, karena mereka rata-rata tidak mau, sebagian lagi tidak berkomitmen untuk membangun smelter, sehingga banyak pekerja tambang di Indonesia yang terpaksa dirumahkan (selain karena harga global juga anjlok).


d. Ilmu lain
-- peranan ilmu lain sudah jelas berperan serta di dunia tambang. Menambang bukan hanya tentang mengambil dan mengolah, namun juga tentang pemasaran
-- aspek hukum sangat kental di dunia tambang, terkait kontrak dengan pemerintah pusat maupun daerah, dengan adat, dan sebagainya.

3. Mengolah emas dengan raksa, satu-satunya cara?
Hampir semua orang tahu bahwa mengolah emas dengan raksa. Prosesnya sering disebut dengan amalgamasi, yaitu mencampurkan raksa pada batuan, kemudian otomatis emas akan terikat dengan raksa, kemudian bakar, dan taraaaaa,,,,, jadilah emas. Hmmmmm, itu mungkin penambang rakyat. Saya berkali-kali mengupas tentang raksa dan bahayanya dari penambangan di sekitar Pongkor, Sukabumi, dan Pengalengan.

Perlu diketahui, mengapa batuan harus ditumbuk sampai halus, baru ditambahkan raksa untuk mengikat emas? Karena emas berukuran sangat kecil dan umumnya berasosiasi dengan sulfida maupun urat kuarsa. Jika masih menempel, maka emas tetap tidak bisa diikat oleh raksa. Itulah yang disebut sebagai derajat liberasi.

ilustrasi batu yang digerus di dalam ball mill. Ball mill diisi bola baja untuk meremuk batuan

skema ball mill

Tapi pernahkah mendengar tentang sianidasi? Proses sianidasi dengan menggunakan (CN-) sangat lazim digunakan oleh perusahaan berskala besar untuk memisahkan emas dibandingkan dengan menggunakan amalgamasi. Berbeda dengan efek raksa yang baru dirasakan dalam 10 hingga 15 tahun, sianida tidak digunakan pada tambang skala rakyat karena dampaknya yang sangat berbahaya, yang dapat membuat penggunanya meninggal dalam hitungan detik, seperti pada kasus aktivis kemanusiaan, Munir. 


4 Au + 8 NaCN + O2 + 2H2O → 4 Na[Au(CN)2] + 4 NaOH
source: world.lib.ru

Walaupun teorinya mudah, namun tidak semua " ore"mempunyai rumus kimia yang sama, dan hasil dari proses sianidasi tidak semudah reaksi di atas. Sebagai contoh, tembaga dapat larut dengan proses sianida, namun adanya emas yang berasosiasi dengan arsen (misalnya emas pada arsenopirit, FeAsS) atau emas yang berasosiasi dengan antimoni (misalnya dengan Stibnit, Sb2S3), mengakibatkan oksigen hanya akan mengikat sedikit emas. Begitu juga dengan invisible gold (sering juga disebut refractory gold), dimana emas tidak dapat dilihat dengan mikroksop karena emas terikat dalam kisi-kisi kristal dari mineral asosiasi, maka proses sianidasi tidak akan berjalan dengan baik. 
Sudah mulai paham kan, mengolah emas tidak semudah garuk-garuk tanah, tambah raksa, terus dijual? Menambang adalah rangkaian panjang dari hulu hingga hilir yang berkelanjutan dan mempengaruhi satu dengan yang lain. 

Kalau Socrates pernah berkata "bijaksana adalah ketika kita tahu bahwa kita memang tidak tahu", maka saya sarankan kepada Bapak anggota DPR yang terhormat, "jangan sok tahu kalau memang tidak tahu ya, Pak."


Leoben, 20 November 2015

Saya ada karena saya adalah bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah.


NB: Blog ini ditulis blog sambil nyanyi lagu akhir Doraemon bareng Aqila. Terima kasih buat Vidya buat ilmu editting gambarnya

sumber
http://mine-engineer.com/mining/minproc/cyanide_leach.htm
source: world.lib.ru


Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain




Share:

Monday, September 21, 2015

Gold in Indonesia

This video is filmed by Michael Phillips, my American English lecturer in Leoben. I took this summer course, tittled "Advanced English Courses for Academic Research" and he is one of the coolest and funniest lecture I´ve ever met. 

Now I know how I act in front of the audiences, the gestures, the tones, the pronounciation, etc. 

Never been shy to make a mistake. Once you know, you know how to improve it.

Thanks Mike.


Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain






Share:

Saturday, May 30, 2015

Stone Balancing: Belajar Sabar dari Batu

Leoben, 17.30 - 22.16 CEST

Namaste..
Sore ini saya dapat seorang guru baru bernama, BATU. Secara tidak sengaja, guru itu datang dari seseorang bernama Michael Grab, yang lewat dari timeline fans page "Geomorphology". Dia adalah seseorang yang mempunyai hobi "stone balancing". Setelah lihat beberapa videonya, saya tertarik untuk mencobanya. Karena saya mempunyai banyak batu di laci ruang kerja saya, saya keluarkan saja. Saya lakukan setelah jam kerja, karena saya ingin kerjaan saya produktif, sehingga tidak akan menggangu disertasi. Peridotit, tuff, gamping, slate, kalsedon, gneiss, dan beberapa batu lain yang saya kurang paham itu apa, saya hamburkan di lantai
courtesy : Michael Grab

Mulai lah saya mencobanya. Saya letakkan batu terbesar di bawah, kemudian semakin kecil ke atas, dan.....jatuh.... 

Saya coba lagi menata ulang, berharap saya mendapatkan point of view yang bagus ketika kelak saya foto, kemudian, jatuh lagi....







Masih berpikir bagaimana cara menyeimbangkannya, saya coba kombinasi yang lain supaya tampak menarik, dan jatuh....

Pelan-pelan akhirnya  saya belajar, bagaimana cara nya supaya di kesempatan berikutnya bisa lebih stabil. Tiga puluh menit, satu jam. Setelah itu saya coba lagi, coba lagi, hingga tidak terasa sekarang sudah jam 9 malam, dan baru saja adzan maghrib berkumandang. Apa yang saya dapat selama 3,5 jam ini? Foto yang bagus seperti Michael Grab? Hmm, jauh sekali. Dia bisa meletakkan batu terbesar di atas dengan stabil, sedangkan saya masih berkutat dengan ketinggian kurang dari 50 cm. Tapi selama saya mencoba, banyak perenungan yang dapat. 

courtesy : Michael Grab

Apa hikmahnya buat saya?
Kadang orang hanya menilai hasil yang didapat dari hasil yang dicapai, tapi apakah dia tahu apa yang sudah dilakukan untuk memperolehnya? Silahkan ambil batu di sekitar anda, kemudian cobalah apa yang sudah saya dan Michael Grab lakukan. Anda tidak akan pernah tahu betapa susahnya untuk menyeimbangkan batu kalau anda belum mencobanya. 

Saya tidak tahu berapa puluh jam, berapa ratus jam, atau bahkan beribu jam waktu yang Michael luangkan untuk menjadi seorang yang ahli dalam stone balancing. Sedangkan saya, baru saja memulai 3,5 jam yang lalu dan berharap sesuatu yang besar, mustahil...... 

Kita mungkin sering menganggap remeh pekerjaan, namun sudahkah kita melakukannya sendiri? Misalkan kita sebagai seorang bos atau orang yang berkedudukan lebih tinggi, kita mungkin sering menyalahkan orang, menganggap pekerjaan bawahan kita kurang ini, kurang itu, dan sebagainya. 

Tapi coba kita berkaca, kalau kita sendiri yang mengerjakan pekerjaan tersebut, apakah hasilnya akan lebih bagus, atau malah lebih jelek? Saran saya, sebelum marah, reaktif, selalu renungkan dulu, apakah kita lebih baik dari orang lain? Apakah dia mungkin membutuhkan waktu untuk belajar lebih banyak, sehingga kali ini kita bisa memaklumi kekurangannya?
Karya lain

Berulang kali saya mengutip pernyataan Malcom Gladwel, walaupun saya sendiri belum baca buku "Outlier" sampai habis "untuk menjadi seorang yang ahli, diperlukan waktu 10.000 jam berlatih, dan terus berlatih." Tidak ada hal lain untuk meraih kesuksesan selain dengan kerja keras dan tekun

Kalau mustahil, kenapa ada orang yang bisa menguasai dalam waktu sebentar saja?
Tiap orang mempunyai bakat, ketertarikan dan potensi yang berbeda-beda. Mungkin ada orang yang bisa lebih sabar dalam menata batu dibanding saya, sehingga dia bisa mendapatkan lebih baik. Cemburu kah saya? Saya belajar untuk tidak cemburu, malah seharusnya saya belajar dari dia, bagaimana dia bisa melakukannya dalam waktu sebentar saja, sedangkan saya tidak. Andaikan saya merasa kalah dan tersaingi kemudian saya mundur, saya tidak akan mendapatkan pelajaran yang baru dari orang tersebut.


Merasa rendahkah kalau saya bertanya kepada orang yang lebih ahli? Tidak. Justru saya akan lebih cepat belajar sesuatu yang baru, daripada saya harus belajar sendiri. Dan justru disitu kadang menjadi refleksi untuk saya, sudahkah saya menurunkan ego untuk mengakui orang lain lebih baik dibanding kita, kemudian kita tidak malu untuk bertanya?

Kalau saya meluangkan waktu seperti Michael Grab, tentu lama-lama saya akan bisa menjadi ahli seperti dia. Namun, dunia saya dan dia berbeda. Kami sama-sama bermain dengan batu, namun tujuan akhir kami berbeda. Dia adalah seorang artis stone balancing, setelah dia mendapatkan susunan batu yang dia dapat, dia cukup mengambil foto, kemudian melemparkan batu lain sehingga tumpukan batunya jatuh. Sedihkah? Tidak, itulah kepuasan yang dia dapat dari permainannya. 

Stone balancing dalam kehidupan yang lain?
Maslow mengatakan melalui piramida kebutuhan, bahwa hal yang paling mendasar dari kebutuhan seseorang adalah kebutuhan primer untuk bertahan hidup, sedangkan yang paling tinggi adalah aktualisasi diri dan ketenangan. Banyak orang yang saat ini melakukan meditasi untuk mendapatkan ketenangan, ada juga yang meluangkan waktu untuk menikmati alam, atau juga ada juga yang beribadah supaya mendapatkan ketenangan. Apakah dengan itu semua kita merasakan ketenangan? Kita sendiri yang akan mendefinisikan ketenangan hidup kita. 

Belajar susunan batu dalam posisi miring

Saya sangat bersyukur batu itu jatuh lebih dari 100 kali dalam 3,5 jam. Hampir lebih dari 10 kombinasi susunan sudah saya buat, namun beberapa kali jatuh ketika saya baru mau mengambil hp. Beberapa susunan akhirnya saya dapat Kalau misalkan batu itu tidak jatuh sama sekali dalam percobaan pertama, mungkin saya akan menjadi sombong dan tidak mendapatkan apa-apa dari stone balancing. Tapi dari situ saya tahu, bahwa saya harus memutar-mutar batu dulu supaya ada ruang untuk meletakkan batu dalam tiga titik, atau bisa juga dengan meletakkan butiran-butiran batu yang sudah pecah sebagai landasan supaya tidak terlalu miring. Semua yang dilakukan terburu-buru hasilnya tidak akan memuaskan. Dan dengan berlatih, berlatih dan terus berlatih, seseorang akan menjadi lebih ahli, tidak hanya dalam menata batu, semua bidang kehidupan. 

Seorang pembuat sushi di Jepang konon menghabiskan 7 tahun menjadi pelayan sebelum akhirnya dia menjadi seseorang pembuat sushi. Seorang mahasiswa harus menempa kuliah, membuat tugas akhir kemudian mempertahankannya untuk menjadi seorang sarjana. Seorang Christiano Ronaldo dan David Beckham, punya waktu latihan lebih lama dibanding rekan-rekannya, sehingga mempunyai akurasi tendangan bebas yang sangat baik. Ingin menjadi hebat? Tidak ada yang instan... semua perlu langkah pertama, yang kadang-kadang sangat sulit dan berat. Tapi ingatlah tulisan di buku tulis terbitan Sinar Dunia, Practice makes perfect

Hari ini saya berutang budi dengan batu. Kamu? Kapan mau mulai menata batu :D

Dari Komiknya Si Juki tentang batu, dari link ini

Heiho! Apa kabarnya anda hari ini? Luar biasa?.
Nah kali ini gue bakal ngasih tips yang sangat bermnafaat. Bagi banyak orang sebuah batu gak
punya arti apa-apa. Tapi pada kenyataannya batu bisa diubah menjadi emas.
Proses mengubah batu menjadi emas ternyata gak susah dan gak memerlukan bahan-bahan kimia.
Tips ini gue dapetin dari temen-temen di twitter yang udah bantu ngejawab cara mengubah batu jadi emas.
langsung cek aja sob!
1. Batunya Buat Mecahin Etalase Toko Emas(@hanifah_jolanda)
Cara ini cukup masuk akal. Kalau kaca etalase toko emas pecah, emasnya bisa dikantongin terus batunya ditinggalin. Voila! Batu yang tadinya lo kantongin kini udah jadi emas.



Perhatian : Bila lo masuk penjara, jangan ajak-ajak gue

2. Kawinin Adeknya (@tjredds)
Dengan mengawini adeknya si batu lo bisa manggil batunya (e)mas. Ehm, masuk akal juga sih. Kalau lu masih betah ngejomblo saran gue sih gak perlu lu nikahin adeknya. Lu suruh aja tuh batu beli makanan di warteg. Entar kan ditanyain ama mbak-mbak warteg nya : Karo opo mase?. Fix! Jadi emas.



3. Di Diemin Aja (@SultanSynsysterG)

“Diam itu emas”, jadi batunya didiemin aja biar jadi emas.



Beuh! Gue bangga punya follower yang pada cerdas gini. Kalau semua pemuda-pemudi Indonesia kreatifnya kayak mereka, bukan mimpi kalau beberapa tahun ke depan Indonesia jadi negara yang kaya karena berhasil merubah batu di pelosok negara menjadi emas!

Selamat Mencoba!
Share:

Monday, March 2, 2015

Gold Out Of Celebes




(update 15-11-2017: link dropbox peta geologi regional sulawesi)

Gold Out Of Celebes.. Dingle, Aylward Edward, 1874- , Synopsis: A romance of thrills and adventures on the island of Celebes, in the Dutch East Indies.


Ketika saya mencari referensi tentang emas yang ada di Sulawesi, pencarian sampai juga di halaman ini. Saya sudah sangat bersemangat, saya pikir ini adalah publikasi yang saya cari, namun ternyata ini adalah novel, yang di publish tahun 1920. Wow... pada tahun itu, ternyata kita mempunyai sebuah provinsi, bernama Celebes atau Sulawesi, yang sudah diabadikan menjadi novel. Saya belum sempat membaca semua isinya, namun semoga kelak saya bisa membaca. Sekilas saya melihat isinya, menceritakan kisah petualangan di Hindia Belanda. Saya melihat sudah ada Solo, Semarang, Batavia, Meneer, dan sepenggal pembicaraan tentang Indonesia dari orang Belanda tentang Indonesia. Sayangnya novel ini tidak bisa di download, dan hanya bisa dibaca online.



Garis Wallacea Weber, dan garis Lydekker

Sebuah novel yang ditulis oleh Captain Dingle, seorang pelaut, di era tahun 1920. Istilah Celebes mungkin muncul dari Sula yang artinya pulau, dan besi. Ada juga cerita tentang pelaut Portugis berkunjung ke Raja Gowa untuk meminta izin berlayar, dan ketika pelaut menanyakan nama daerah ini, Raja Gowa sedang memegang sebuah besi. Karena sama-sama tidak mengerti, Raja Gowa yang sedang memegang besi mengatakan, "ini adalah besi", atau Selle Bassi. Dan Alfred Wallace pun di laporan nya juga mencantumkan nama tersebut, yang membatasi flora dan fauna menjadi zona Wallacea dan zona Weber.


Kalau urusan disertasi, saya ingin sekedar bercerita, tentang apa yang saya lakukan di bulan-bulan awal sejak kedatangan saya akhir Januari yang lalu. Setelah datang dan menghadap supervisor, saya diminta untuk menulis manuskrip, kira-kira 50 lembar, yang berisi tentang resume dari berbagai tipe deposit yang ada di Indonesia. Resume ini menceritakan berbagai macam tipe deposit di Indonesia, kemudian menyajikannya dalam sebuah tulisan ilmiah yang akan di presentasikan secara internal di Departemen saya, untuk matrikulasi program Doktor saya.  Saya juga terbantu dengan adanya tugas ini (tidak boleh mengeluh, harus mengambil sisi positifnya), karena rangkuman ini akan digunakan sebagai salah satu bab di disertasi saya. Bersyukur...engga boleh mengeluh, hehehe.... Orang Indonesia memang harus dipaksa dulu, sampai akhirnya "suhu" nya sama, baru deh "tune in." Hahaha...

Topik yang saya ambil berhubungan dengan mineralisasi yang ada di Indonesia, yang akan saya khususkan di Sulawesi Selatan. Namun, sebelum masuk ke Sulawesi Selatan, saya harus memberikan gambaran berbagai macam deposit di Indonesia, mulai dari karya van Bemmelen tentang Geologi Indonesia, John Ario Katili tentang tektonik di Indonesia, Carlile dan Mitchel tentang hubungan antara busur magmatik dengan potensi endapan yang ada di Indonesia, serta pola tektonik yang dituliskan oleh Robert Hall mengenai tektonik lempeng di SE Asia dan SW Asia. Dan masih banyak pekerjaan rumah menanti ke depan. Ternyata meng eloborasi data yang sangat banyak itu membutuhkan waktu, dan yang jelas, ga boleh mengeluh, karena tugas seorang mahasiswa itu adalah membaca-membaca, dan membaca, begitu kata Guru Spiritual saya, ABAH saya di Malang.

Untuk oleh-oleh, saya cantumkan hasil karya saya, resume persebaran deposit logam yang ada di Sulawesi Utara. Untuk teman-teman ketahui, pulau Sulawesi itu merupakan gabungan dari 2 circum, yaitu Circum Asia dan Circum Pacific. Pertemuan keduanya menghasilkan bentukan huruf "K" yang sangat unik. 



Jika kita melihat pulau Sulawesi, pada bagian Utara, terdapat transisi antara Circum Asia dan Circum Pacific, sehingga menghasilkan adanya lempeng-lempeng mikro, dan pertemuan antara busur magmatik tersebut menghasilkan gunung-gunung berapi yang aktif, seperti Gunung Lokon yang sempat meletus pada 2011 yang lalu. Di lain sisi, banyaknya gunung berapi ini membuat banyak dijumpai potensi mineral logam dengan berbagai tipe depositnya, seperti epithermal sulfidasi rendah, epithermal sulfidasi tinggi, porfiri Cu-Au, porfiri Mo, serta sedimentary hosted atau biasa disebut tipe Carlin. Kita akan menjumpai deposit seperti Tombulilato, Motomboto, Doup, Gunung Pani, Riska, Bakan, Bolaang Mongondow, Mesel, Tapabekin, Ratatotok, Lanut, Toka Tindung, Sumalata, dan sebagainya. 
Dari semua tipe endapan yang baru saya sebutkan dan nama depositnya, ada satu tipe endapan yang jarang dijumpai di Indonesia, karena endapan ini sangat dipengaruhi oleh kontrol litologi dan struktur, yaitu tipe Carlin. Carlin sendiri, merupakan sebuah komplek tambang emas di Canada. Karena tipe nya yang khas, maka nama lokasi ini umum dijumpai, untuk menyebutkan tipe endapan emas yang sangat halus, umumnya berukuran sangat mikron dan terinklusi pada mineral yang mengandung arsen, serta sangat dipengaruhi oleh kontrool struktur dan litologi. Beberapa referensi menyebutkan tipe carlin sebagai sedimentary hosted gold deposit.

Di Sulawesi Utara, tipe ini dijumpai di tambang yang bernama Mesel. Tambang ini sudah dibuka sejak jaman Belanda, namun karena emas yang dijumpai berukuran sangat halus, akhirnya tambang yang sempat dikelola oleh Newmont Minahasa Raya berhenti pada tahun 2001. Jika kita mencari mengenai literatur mengenai Mesel, maka kita akan menjumpai banyak tulisan yang menghubungkan dengan pencemaran yang terjadi di Teluk Buyat pada tahun 2004. 

Fotomikrograf sampel dulang di Sulawesi Tengah

Provinsi Metalogenik yang kedua adalah Metalogenik Sulawesi Bagian Barat, yang membentang dari Sulawesi Selatan hingga leher Sulawesi Utara menghasilkan beberapa tipe endapan logam seperti emas dan tembaga, yang jumlahnya kurang signifikan dibanding Metalogenik Sulawesi Bagian Utara. Kita akan menemui prospek Poboya di Palu, Awak Mas dan Palopo di sekitar pegunungan Latimojong, Baturappe di sekitar Makassar dan banyak prospek lain.

Serta bagian ketiga adalah Sulawesi bagian Timur, yang merupakan tipikal dari tipe ophiolit, yang didominasi oleh batuan dengan tipe basaltik hingga ultrabasa, yang menghasilkan komoditi nikel dan besi laterit. Di provinsi metalogenik ketiga ini, tambang emas yang sangat fenomenal adalah tambang emas di Bombana, dimana hampir 20.000 orang menambang emas di daerah yang diduga mempunyai tipe endapan emas pada batuan metamorfik. Adanya ledakan dari jumlah penambang rakyat ini, membuat pemerintah setempat menghentikan penambangan pada tahun 2009. 


Untuk pengantar awal dari metalogenik Sulawesi, saya mau solat Jumat dulu di komunitas Islam Turki di Leoben. Tschüss



Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain







Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *