Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Showing posts with label geologi jawa barat. Show all posts
Showing posts with label geologi jawa barat. Show all posts

Monday, December 8, 2014

Kuliner dan Geowisata di Purwakarta

Update 5 Januari 2017
Skripsi Arman Hakim Dewangga (GL ITB) tentang mineralisasi di Ciseuti



Purwakarta, kota yang terkenal dengan Sate Maranggi nya itu, menjadi topik yang akan saya bahas di tulisan saya kali ini. Sebagai informasi, Sate Maranggi itu adalah sate yang terbuat umumnya dari daging sapi, walaupun pernah saya jumpai terbuat dari daging kambing, tanpa menggunakan tambahan bumbu kacang, seperti sate Madura maupun sate Padang. Di Purwakarta, ada satu tempat yang terkenal menjual Sate Maranggi, yaitu Sate Maranggi Cibungur. Beberapa waktu lalu, saya sempat datang dan menikmati Sate Maranggi,, hmmm, enaknya ga ketulungan. Istri dan adik saya juga berpendapat sama, karena saya bungkuskan juga untuk mereka.

Sate Maranggi Cibungur

Ups, jadi ngobrol tentang Sate Maranggi, jadi lupa ulasan tentang judul blog nya. Akhir bulan November 2014 ini, saya diminta untuk meng "arrange" sebuah kunjungan lapangan, lebih kerennya Ekskursi di Kabupaten Purwakarta. Kalau kita melewati ruas tol Cipularang, sering kita lihat ada topografi yang relatif "undulating" di sisi Barat, yang dari kejauhan tampak adanya aktivitas penambangan, yap, disana lah lokasi Purwakarta. Kabupaten yang terkenal karena Waduk Jatiluhur, Rumah Makan Hj Ciganea, yang banyak di temukan di sepanjang tol Jakarta Bandung, mempunyai beberapa komoditi yang cukup menarik untuk diulas. Dulu memang saya sempat mengulas tentang salah satu tambang emas di Ciseuti, dalam tulisan yang berjudul Lombong Emas yang Menggurita di Ciseuti, Purwakarta , untuk kali ini saya tambahkan beberapa ulasan tentang komoditi lain yang ada di Purwakarta.

Tahu kah teman-teman darimana ubin dibuat? lantai? Memang untuk orang yang "berada", atau pun di perkantoran yang megah, ubin umumnya berasal dari batuan metamorf, yaitu batu marmer. Kalau di Ilmu Pengetahuan Alam jaman saya SMP dulu, disebutnya batu pualam. Kalau bahasa inggrisnya, Marble. Tahu kah batu apa itu? Marmer merupakan salah satu batuan metamorf yang merupakan rombakan dari batugamping, yang mengalami proses metamorfisme, terdeformasi karena terkena tekanan dan temperatur yang tinggi, sehingga batu gamping, yang semula batuan sedimen, berubah menjadi batuan metamorf. Batuan ini kemudian banyak ditambang, misalnya di Trenggalek dan Pacitan, Jawa Timur, di Palimanan dan Padalarang, Jawa Barat, yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi dibandingkan batu gamping.

Nah, itu kalau ubin nya berasal dari marmer. Sementara, kalau ubin bukan berasal dari marmer, darimana dong asalnya? Ubin, ada juga yang menyebut keramik, terbentuk dari felspar, clay, kuarsa, kaolin dan air. Nah, bahan-bahan yang saya sebutkan tadi, semuanya ada di lokasi yang saya bahas, Gunung Kecapi. Gunung Kecapi, yang juga merupakan kuari andesit, mempunyai mineral-mineral ikutan, yang menjadi sumber utama sebagai bahan baku keramik. Secara kenampakan di alam, adanya lempung atau clay, felspar, dan andesit di lokasi yang tidak berjauhan satu sama lain merupakan berkah untuk pengusaha. Karena ongkos produksi yang dapat ditekan, tinggal pengusaha berkewajiban untuk mengajukan izin sesuai komoditi yang akan di tambang.


Boulder andesit, felspar (cokelat muda), dan clay (cokelat tua)

Di Gunung Kecapi sendiri, kalau kita tinjau di Peta Geologi, lokasi ini berada di formasi dengan kode Ha, yaitu andesit hornblenda dan porfir diorit. Ini menjadi jawaban, mengapa kita banyak menjumpai banyak aktivitas penambangan  andesit, serta bahan baku keramik ada di lokasi ini. Batuan asal nya merupakan batuan beku, yang kemudian terubah, dan membentuk mineral sekunder, antara lain felspar dan clay. Lokasi ini berdekatan dengan Gunung Cupu, yang mempunyai bentuk sangat unik, karena kalau kita lihat dari arah Plered, bentuknya seperti batu yang hampir jatuh. Dulu saya sempat bersepeda dari Bandung ke Jatiluhur dan sesampainya di Jatiluhur, tenda kami kebanjiran (baca di Bersepeda melewati Gunung Cupu dan kebanjiran di Jatiluhur).

Kuliah umum di Gunung Kecapi, saya memakai helm putih underground


Tidak jauh dari lokasi Gunung Cupu, kita bisa menjumpai endapan emas di Ciseuti, yang dulu pernah saya ulas di halaman ini. Yang berbeda, saya krasan ketika saya memberikan ulasan geologi tentang tambang emas di dalam lubang. Bahkan tak terasa, saya di dalam lubang di Ciseuti selama 1 jam. Apa ga panas? Hehehe, untungnya saya memilih tempat yang tepat, di persimpangan terowongan, ada sedikit lubang oksigen yang bocor, sehingga di dalam tambang tidak terasa terlalu panas. Di dalam terowongan, kota bisa melihat urat kuarsa, alterasi, dan betapa berbahayanya pekerjaan para penambang rakyat. Batuan sampingnya memang andesit, namun pada beberapa bagian yang didominasi lempung, maka kekuatan batuan pun akan berkurang, dan seharusnya pada bagian itu memerlukan penyanggaan. Ngeri kalo sampai terjadi apa-apa.
Lattice bladed quartz
Terowongan utama Ciseuti 
Pada beberapa segmen tunnel, kita bisa berdiri 
Masih bisa berdiri, tapi lubang mengecil,, di sisi kanan kiri atas, ada lubang udara segar


Pada kunjungan kali ini, saya sempatkab masuk ke dalam lubang gurandil, yang ternyata ukurannya cukup besar, bahkan saya pun bisa berdiri di beberapa segmen dari tunnel nya. Tapi, di beberapa tempat, saya tetap harus merunduk sambil berjalan jongkok. Saya hanya bisa menempuh 50 meter sejak awal lubang, dan kemudian berhenti di tempat tumpukan karung yang berisi urat kuarsa dan karung yang berisi batuan samping. Di dalam cukup dingin, karena ada udara yang di semprot masuk dengan genset dari luar. Hampir 1 jam saya berada di dalam, menunggui 5-6 orang mahasiswa yang masuk secara bergantian, setelah saya lihat, bahwa terowongan cukup aman. Selain itu, beberapa mahasiswa juga mencoba mendulang, langsung di terowongan tambang, seperti yang dilakukan oleh para penambang rakyat.
 Percabangan terowongan, tempat saya berdiam selama 1 jam..
Pak Atin mendulang emas di dalam tunnel

PT Mas Rusyati Abadi, nama dari perusahaan emas ini, mempunyai gelundung yang diputar dengan genset, kemudian di ekstrak dengan metode sianidasi. Namun hingga kunjungan akhir November kemarin, tangki sianidasi belum bisa dipakai, sehingga metode yang dipakai adalah amalgamasi. Gara-gara amalgamasi, saya sempat berdiskusi lama, bahwa menurut istri saya merkuri, atau raksa itu berbahaya, dan menurut saya tidak. Istri saya sempat membuat tulisan tentang raksa di blog nya, dan saya pun juga pernah melakukan sosialisasi tentang penggunaan raksa di tambang rakyat di Bunikasih. Akhirnya kita bersepakat, bahwa raksa berbahaya dalam bentuk ionnya dan telah diganggu, bukan dalam bentuk senyawa. Contohnya cinnabar, HgS, ketika masih dalam senyawa, ketika bereaksi dengan air, maka Hg akan larut dalam air  dan bisa mencemari badan air. Istri saya pernah menulis tentang bahaya merkuri, dalam halaman ini (atau klik gambar di bawah ini).

Add caption

Pengabdian masyarakat oleh beberapa dosen tambang ITB tentang bahaya merkuri dan pencegahannya


GALENA DAN SFALERIT

Sfalerit (kiri, besar) , galena (kanan, kecil)

Habit kubik pada galena


Ball mill

3 km ke arah Utara dari tambang emas Ciseuti, kita akan menjumpai tambang terbuka dengan komoditi galena dan sphalerit. Galena, PbS, merupakan mineral logam yang akan menghasilkan logam Pb, atau lead, dalam bahasa Indonesia adalah timbal. Sedangkan sphalerit, (Zn,Fe)S, merupakan mineral logam yang menjadi komoditi dari seng. Kalau kita mengangkat kedua batuan yang mengandung logam yang berbeda tersebut, maka galena akan lebih berat dibandingkan dengan seng, karena galena mempunyai densitas 7,2-7,6, sedangkan sphalerit 3,9-4,2.

Galena sering dijumpai pada lingkungan pengendapan dari endapan epithermal, umumnya muncul sebagai urat maupun disseminated, pada batuan beku atau batuan sedimen. Warna nya abu-abu tua, kadang-kadang hitam, dengan warna gores batuan abu-abu kehitaman. Sistem kristalnya adalah isometrik-hexoctahedral, tidak dapat ditarik oleh magnet, dan mempunyai belahan yang sempurna.

Sphalerit, sering juga disebut sebagai false galena, karena bentuk yang sangat mirip. Sfalerit menunjukkan fenomena yang disebut sebagai solid solution, yaitu unsur Zn dan Fe, bersifat saling menggantikan pada mineral yang sama. Jika Zn jumlahnya melimpah, maka mineral akan nampak transparan dengan warna kecokelatan. Namun jika unsur Fe yang melimpah, maka mineral akan nampak lebih gelap. Warna gores dari sfalerit adalah putih kecokelatan, dengan kilap kaca-minyak.

Di lokasi ini, sudah terdapat pengolahan galena dan sfalerit. Namun sayang, perusahaan ini sedang tidak beroperasi karena memerlukan air yang relatif banyak untuk mengolah bijih menjadi konsentrat timbal dan konsentrat seng. Kita juga akan disuguhi pemandangan yang sangat indah ketika kita menuju lokasi ini. Pemandangan Gunung Parang yang membentang di arah Utara, membuat lelah nya berkeliling di Purwakarta menjadi hilang.

Dan, saya senang...... akhirnya tulisan ini selesai dalam 2 minggu. Luaamaaaaa sekali.....

http://vidyasatya.wordpress.com/2011/04/17/merkuri-oh-merkuri/
Share:

Friday, September 26, 2014

Potensi Wisata Tambang Seputaran Jawa Barat


Sambil berwisata di Jawa Barat, tetap bisa sambil belajar ilmu geologi dan mengetahui potensi tambangnya. 

Itulah yang menjadi motivasi saya untuk tulisan di blog saya kali ini. 

Jawa Barat sebagai salah satu Provinsi yang kaya akan bahan tambang mineral dan mineral industri mempunyai potensi tambang yang kaya dan melimpah. Potensi ini mempunyai nilai tambah yang ekonomis yang dapat dimanfaatkan oleh masing-masing Kota dan Kabupaten pada sektor pertambangan, namun juga berpotensi untuk dimanfaatkan pada sektor pariwisata. Hal ini akan memacu Kota dan Kabupaten untuk dapat mengelola aktivitas penambangan secara baik dan berwawasan lingkungan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pemasukan pada sektor lain.
 Potensi bahan tambang di Jawa Barat (Profil Data dan Statistik ESDM, 2012) 

Kegiatan di lapangan merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi nyata di lapangan baik kondisi endapan maupun aktivitas penambangan. Kegiatan kunjungan lapangan sebaiknya tidak hanya dilakukan oleh komunitas keilmuan yang berkecimpung pada keilmuan geologi dan pertambangan, namun juga mulai dikenalkan kepada masyarakat luas yang belum mengetahui ilmu geologi dan pertambangan secara umum. 

Potensi Bahan Tambang di Jawa Barat (Profil Data dan Statistik ESDM, 2012)


Jawa Barat secara geografis terletak diantara 105° 00’ 00” - 109°00’ 00” BT dan 50’ 00” - 50’ 00” LS. Secara administratif, Jawa Barat di bagian utara berbatasan dengan Laut Jawa bagian barat dan DKI Jakarta, di bagian timur dari Jawa Barat berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah, di bagian selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Propinsi Banten di bagian barat. Jawa Barat terdiri atas 17 Kabupaten dan 9 Kota, dengan ibukota Bandung.
Pisau Komando, Citatah, Padalarang

Kawasan Utara dari Jawa barat merupakan daerah dataran rendah, kawasan Tengah dan Selatan dari Jawa Barat merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang merupakan daerah dataran tinggi dengan sedikit pantai. Jawa Barat merupakan bagian dari busur kepulauan gunungapi (aktif dan non-aktif). Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di daerah selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 meter di atas permukaan laut, wilayah dataran luas di bagian utara dengan ketinggian 0-10 m dpl, wilayah lereng bukit yang terjal hingga landai di bagian tengah dengan ketinggian 100-1.500 m.
Basalt, Pasirimpun, Bandung

Potensi bahan tambang di Jawa Barat, terutama sumberdaya mineral industri dan mineral konstruksi bervariasi, baik dalam hal sebaran, kualitas, kuantitas, dan penggunaannya. Tidak kurang dari 40 jensi bahan tambang tersebar merata di seluruh Kabupaten di Jawa Barat, meliputi potensi mineral logam primer, di antaranya mineral logam mulis (Au,Ag), logam dasar (Cu,Pb,Zn), logam mangan (Mn), serta mineral non logam diantaranya pasir besi, zeolit, gamping, dan lain-lain.

Gunung Galunggung, Tasikmalaya

Di Jawa Barat terdapat lebih dari 400 perusahaan tambang di 19 Kabupaten yang mengusahakan 33 jenis komoditas bahan tambang (Data dan Statistik Bidang Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2012), dimana sebagian besar merupakan penambangan skala kecil dan belum memperhatikan kaidah tata cara penambangan yang baik. Peran aktif dari semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, peneliti dan pengusaha diperlukan untuk mengelola pertambangan menjadi lebih baik, dan memberikan nilai tambah bagi seluruh aspek di Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Barat.
Volkanik Gunung Guntur, Garut
Pantai Pelabuhan Ratu, Sukabumi
Pantai Santolo, Garut

Curug Lalay, Rancabuaya

Tangkuban Perahu, Bandung
Cipanas, Garut
Situ Gunung, Sukabumi
Pantai Cipatujah, Tasikmalaya

Baca Juga Artikel Lain (klik gambar)










Share:

Tuesday, March 25, 2014

Taman Bermain Struktur Geologi di Bantarujeg, Majalengka



Menghabiskan akhir pekan di lapangan untuk menemani adik-adik dan teman-teman senasib karena harus bermandikan air sungai dan berkubang di tanah yang "muddy" memang mengasyikkan. Bantarujeg, yang ditempuh sekitar 4 jam perjalanan darat menggunakan mobil, atau pun 5 jam jika menggunakan Bus Medal Sekarwangi atau Bintang Sanepa, merupakan salah satu lokasi di Kabupaten Majalengka, yang sudah menjadi tujuan kuliah lapangan atau ekskursi mahasiswa yang berkecimpung di ilmu geologi, eksplorasi maupun pertambangan.



 
Bantarujeg merupakan daerah yang terkenal akan adanya struktur geologi lipatan maupun perlapisan, serta adanya batuan beku hasil letusan gunung api (diperkirakan berasal dari Tampomas atau Ciremay), menjadi tempat belajar menggunakan kompas dan peralatan geologi lainnya. Batuan yang umum dijumpai di lokasi ini adalah batuan sedimen, berupa perselingan antara batupasir dan batulempung, serta secara setempat kita jumpai adanya breksi vulkanik, konglomerat, serta munculnya batuan karbonatan yang diperkirakan muncul secara sekunder akibat presipitasi air bikarbonat. Namun karena pengetahuan geologi saya yang masih terbatas, kami pun (saya dan dosen-dosen Teknik Eksplorasi ITB) masih belum sepaham tentang batuan tersebut.




 
Disini, mahasiswa bisa mempraktekkan ilmu yang didapat selama perkuliahan mengenai kegiatan pemetaan geologi dan eksplorasi, seperti mempraktekkan cara penggunaan kompas, membuat lintasan pemetaan, belajar mengenai geologi struktur, petrologi, serta geomorfologi. Memang, lokasi ini merupakan laboratorium yang bisa dibilang komplit untuk mempelajari ilmu geologi dan eksplorasi tersebut. Belum cukup? Secara geoteknik dan mekanika batuan, potensi longsoran juga dapat dijadikan wahana belajar yang lengkap.

Kali ini, saya hanya mengupas sedikit tentang penggunaan kompas, supaya kita semua tahu, bahwa kompas tidak hanya digunakan oleh Jack Sparrow untuk menunjukkan arah berlayar nya kapal atau sebagai penunjuk solat, namun juga dapat menentukan arah umum dari perlapisan batuan.

Gambar kiri menunjukkan adanya bidang perlapisan. Dengan kompas geologi, kita bisa menghitung arah dan kemiringan perlapisan tersebut. Bisa kah dengan kompas biasa yang biasa di tempelkan di kulkas? Hmm, rasanya tidak bisa, karena yang ditunjukkan hanyalah arah magnetik saja, sedangkan kemiringan tidak bisa dihitung. Strike atau Jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara. Sedangkan Dipadalah derajat yang dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari garis strike. Dari gambar di samping, yang disebut sebagai strike adalah yang bertanda (1), arah dip atau dip direction ditunjukkan oleh nomor (2), apparent dip adalah nomor (3), dan besar kemiringan (dip) ditunjukkan dengan nomor (4). Bagaimana cara menggunakan kompas? Ternyata setelah saya browsing, sudah banyak blogger yang menjelaskan cara penggunaannya, beserta gambarnya. Supaya tidak terlalu menyita waktu, saya kutip dari Tim Olimpiade Ilmu Kebumian Indonsia (http://www.toiki.or.id/2010/07/cara-menggunakan-kompas-geologi.html ) yang sangat komunikatif, yang kalau dijabarkan dalam gambar adalah sebagai berikut.










Nah, mari kembali ke Bantarujeg. Dengan mengerti cara menggunakan kompas, maka kita bisa mengukur arah perlapisan yang ada di daerah ini, dimana arah kemenerusan lapisan ini akan digunakan untuk mengetahui arah dari batuan yang ada. Hanya batuan sedimen yang menunjukkan perlapisan, walaupun pada batuan metasedimen ataupun metamorf, sering kita jumpai adanya lapisan-lapisan, yang nantinya bukan lagi disebut dengan srike dan dip lagi, namun disebut sebagai foliasi.

Coba kita lihat variasi batuan, serta aktivitas yang dilakukan selama di lapangan , siapa tahu ada yang setelah baca tulisan ini jadi pengen mampir ke Bantarujeg, Majalengka, hehehe.

Sisipan batuan karbonatan antara batupasir dan batulempung

Batuan karbonatan yang masih membingungkan darimana asalnya. Air bikarbonat sebagai endapan sekunder, atau ketika deposisi saat pertama terbentuk (?). Kemudian, apa mineralnya? kalsit kah?

Konglomerat dengan ukuran yang kasar terendapkan di antara batupasir dan batulempung

Breksi vulkanik dengan butiran menyudut tajam di Sungai Cijurey

Breksi di Sungai Cijurey, yang ditunjuk oleh bolpoin adalah bongkah karbonatan pada batuan vulkanik

Batuan karbonatan dilihat lebih dekat

Fold

Perlapisan batupasir dan batulempung, sebagian berfoto, sebagian sibuk mengukur arah perlapisan, termasuk saya lagi berfoto :D

Lipatan di salah satu dinding sungai

Bersusah payah menyeberang sungai yang arusnya lagi deras-derasnya. Akhirnya saya buat deh jembatan darurat,, :D

Saking asyiknya, Pak Nur Heriawan mengabadikan momen-momen penting penyeberangan, padahal di belakang ada yang sedang menghitung menggunakan metode lintasan kompas

Hikmah dari ekskursi, akhirnya sesama peserta jadi lebih akrab

Dosen pun ikut menyeberang :D

Bahkan ada yang tercebur ke sungai (best moment of the day)

Masih tentang tercebur sungai, daripada malu, cheers dan peace saja lah

korban hanyut karena terlalu kurus dan terbawa arus

Salam hangat dari Tambang Eksplorasi ITB
Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *