Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Showing posts with label geowisata. Show all posts
Showing posts with label geowisata. Show all posts

Thursday, July 19, 2018

Panas bumi di Pulau Jawa

Tulisan ini hanya tulisan ringan rangkuman dari beberapa referensi tentang panas bumi di Pulau Jawa. Di tengah-tengah tulisan, saya masukkan beberapa lokasi wisata yang pernah saya kunjungi di sekitar lokasi panas bumi tsb. Enjoy!

Sejarah
Di Indonesia usaha pencarian sumber energi panasbumi pertama kali dilakukan di daerah Kawah Kamojang pada tahun 1918. Pada tahun 1926 hingga tahun 1929 lima sumur eksplorasi dibor dimana sampai saat ini salah satu dari sumur tersebut, yaitu sumur KMJ‐3 masih memproduksikan uap panas kering atau dry steam (Saptadji, 2010). Pecahnya perang dunia dan perang kemerdekaan Indonesia mungkin merupakan salah satu alasan dihentikannya kegiatan eksplorasi di daerah tersebut.

Pada tahun 1978, pembangkit listrik pertama di Indonesia didirikan di Kamojang, Jawa Barat. Semenjak itu, hingga tahun 2013 terdapat hingga 1.200 MW daya yang sudah dihasilkan, lebih dari 90% di instalasi di pulau Jawa (Schotanus, 2013). Berikut beberapa lokasi panas bumi yang sudah beroperasi di Pulau Jawa.

Patuha
Lapangan panas bumi berdekatan dengan lokasi wisata Kawah Putih dan Ciwidey, 40 km di Selatan Bandung. Patuha merupakan vapor-dominated system, dimana panas berasal dari reservoir yang berada di bawah Kawah Putih dan Gunung Patuha. Aliran panas mengisi sepanjang rekahan yang terbentuk pada cap rock melalui sesar dan pada batuan yang mempunyai permeabilitas rendah. Lapangan panas bumi ini mempunyai kapasitas 60 MW dengan temperatur berkisar antara 210 - 240 derajat Celcius. Kawah Putih mempunyai air yang memiliki temperatur berkisar 26 - 34 derajat Celcius yang didominasi oleh acid-sulphate-chloride water dengan pH yang sangat rendah (<0.5 - 1.3).

Kawah Putih

Selain Kawah Putih, terdapat juga beberapa manivestasi di sekitar Gunung Patuha, antara lain mata air panas (thermal spring) seperti Ranca Upas dan Ranca Walini, serta mata air dingin (cold spring) di sekitar Gunung Patuha, antara lain Panceuling, Cimanggu dan Legok Kondang dan Situ Patengan. Kebetulan saya beberapa kali mampir di Ranca Upas (bersepeda, motor), dan lokasi ini sangat ideal untuk lokasi camping Bersama keluarga.
Mentari pagi di Ranca Upas

Ranca Upas

(Out Of Topic)
Tahun 2012, saya pernah mengikuti Gowes Bareng Geolog yang diadakan oleh Ikatan Alumni Ahli Geologi, diawali dari Kawah Putih, menyusuri desa di sekitar Puncak Patuha, menyusuri perkebunan teh hingga finish di Situ Patengan. Saya kembali lagi ke sekitar Kawah Putih ke Ranca Upas Bersama-sama teman Federal Bandung Indonesia pada

Almarhum Pak Budi Brahmantyo memberikan kuliah tentang geologi Kawah Putih

Di Ranca Upas Bersama Bikepacker Indonesia, foto di atas bukan milik saya (maaf saya lupa ini milik siapa)

Bikecamping di Ranca Upas (by Idoz)


Kamojang
Lapangan panasbumi Kamojang berada dalam wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Lapangan ini berjarak + 17 km Baratlaut Garut atau + 42 km Tenggara Bandung, dan berada pada ketinggian 1640 – 1750 m diatas permukaan laut.Lapangan Kamojang mencakup suatu kumpulan kenampakan gejala panasbumi di permukaan, berupa fumarol serta kubangan lumpur panas. Beberapa diantaranya adalah Danau Pangkalan, Kawah Manuk, Kawah Berecek dan Kawah Leutak.  

Melalui 24 sumur produksi, dihasilkan energi listrik 140 MWe dan akan dikembangkan hingga 200 MWe. Lapangan panasbumi Kamojang merupakan sistem dominasi uap yang cenderung kehabisan air, oleh karena itu perlu dilakukan reinjeksi berdasarkan kondisi reservoir. Tulisan tentang Kamojang bias dibaca di laman ini.

Kawah Kereta Api






Salak
Gunung Salak berlokasi 70 km di sebelah Selatan dari Jakarta. Lapangan geothermal ini menghasilkan daya sebesar 377 MW yang diproduksi dari 6 pembangkit. Produksi dimulai pada tahun 1994 dengan membangun dua pembangkit, yang dilanjutkan pembangunan unit lain pada 1997. Panas bumi gunung Salak merupakan reservoir dengan tipe liquid-dominated system dengan temperatur antara 235 - 310 derajat Celcius.

Darajat

Darajat adalah lapangan panas bumi vapor-dominated system dengan temperatur 245 derajat Celcius yang beroperasi sejak tahun 1994. Produksi awal sebesar 110 MW yang terus bertambah hingga 270 MW. Darajat berlokasi di Garut dan berdekatan dengan lapangan panas bumi Kamojang dan Gunung Papandayan.




Berdasarkan catatan DVMBG, Kawah Mas Gunung Papandayan dapat dicapai dari Bandung dengan kendaraan bermotor melalui 2 jalan alternatif. Jalan alternatif pertama, melalui kota Garut (lama perjalanan sekitar 2 jam), lalu menuju Kecamatan Cisurupan (lama perjalanan sekitar 20 menit) dan dari sini dilanjutkan hingga Kawah Mas (lama perjalanan sekitar 25 menit). Jalan alternatif yang kedua, melalui Pangalengan, melewati daerah perkebunan Garut Selatan (Perkebunan Sedep dan Malabar) hingga perkebunan Cileuleuy (lama perjalanan sekitar 3 jam), dari sini dilanjutkan menuju Kawah Mas (lama perjalanan sekitar 30 menit).

Banyak kawah kecil, cerobong kecil yang muncul semenjak letusan tahun 2002. Muncul beberapa kawah baru yang mengeluarkan bau yang sangat menyengat, seperti Kawah Mas, Kawah Batu, Kawah Nangklak, Kawah Manuk yang termasuk ke dalam tipe solfatar. Daftar letusan gunung Papandayan pernah saya tulis di laman ini.



Gunung Papandayan

Natupala di Papandayan
Papandayan

Wayang Windu
Lapangan panas bumi ini berlokasi di sebelah Barat dari panas bumi Kamojang dan Drajat. Lapangan ini beroperasi sejak tahun 2000 dan menghasilkan daya sebesar 110 MW, yang meningkat dengan penambahan 117 MW pada tahun 2009. Reservoir geothermal ini mempunyai temperatur antara 250 - 270 derajat Celcius dan merupakan liquid-dominated system. Dari Gunung Wayang, mengalir air yang mengisi Sungai Ciliwung yang berasal dari Situ Cisanti.





Situ Cisanti
Natupala alias Naik Turun Paling Lama

Dieng
Lokasi panas bumi ini berlokasi di Jawa Tengah, di sebelah Utara kota Wonosobo. Lapangan panas bumi ini menghasilkan daya sebesar 60 MW dengan temperatur berkisar antara 280 - 330 derajat Celcius. Di lokasi, terdapat beberapa kawah, antara lain Kawah Sikidang, Kawah Sileri, Kawah Sinila, Kawah Sikendang, Kawah Timbang dan Kawah Candradimuka. Di plateau Dieng ini, terdapat wisata komplek Candi Dieng (Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Gatotkaca, dsb) dan Telaga Warna, serta Gunung Sikunir yang terkenal dengan pemandangan di ketika pagi hari.






Telaga Warna, Dieng

Arjuno -Welirang
Lapangan panas bumi yang berlokasi di Utara Malang, Jawa Timur, mempunyai potensi sumberdaya 180 MW, dengan temperatur reservoir mencapai 260 derajat Celcius (Wardana dkk, 2016). Beberapa Manivestasi solfatar dan fumarol ditemukan di sekitar Gunung Welirang, serta ditemukan beberapa manivestasi air panas seperti di Padusan, Coban dan Cangar.

Disclaimer 
Foto koleksi pribadi penulis. 

Referensi:
1. Fauzi, A., Bahri, S., & Akuanbatin, H. (2000, May). Geothermal development in Indonesia: an overview of industry status and future growth. In World Geothermal Congress.
2. Layman, E. B., & Soemarinda, S. (2003, January). The Patuha vapor-dominated resource West Java, Indonesia. In Proceedings of the 28th Workshop on Geothermal Reservoir Engineering, Stanford University (pp. 56-65).
3. Schotanus, M. R. J. (2013). The Patuha geothermal system: a numerical model of a vapor-dominated system (Master's thesis).
4. Sriwana, T., Van Bergen, M. J., Varekamp, J. C., Sumarti, S., Takano, B., Van Os, B. J. H., & Leng, M. J. (2000). Geochemistry of the acid Kawah Putih lake, Patuha volcano, west Java, Indonesia. Journal of Volcanology and Geothermal Research, 97(1-4), 77-104.
5. Wardana, A., O’Sullivan, J., & O’Sullivan, M. (2016, November). Natural State and Future Production Modelling of Arjuno-Welirang Geothermal Field, Indonesia. In Proceedings 38th New Zealand Geothermal Workshop (Vol. 23, p. 25).
6. http://www.slideshare.net/SugengWidodo/geothermal-system-7688546, Saptadji, 2010
Share:

Thursday, July 21, 2016

Asal usul Dolomit

Cara paling mudah untuk menguji apakah batuan batuan atau mineral yang diamati mengandung karbonat, adalah dengan cara meneteskan asam klorida (HCl), biasa disebut uji asam. Jika batuan karbonat, maka batuan yang sedang diamati akan mengeluarkan buih, kadang-kadang mengeluarkan bunyi ("cessss/ josss"). Namun sebenarnya, tidak semua karbonat akan bereaksi kuat dengan HCl, karena ada beberapa mineral karbonat memberikan reaksi yang lemah terhadap uji asam. Kalsit memang penyusun batuan karbonat yang paling umum dijumpai, namun ada juga mineral yang memberikan reaksi lemah dengan HCl, salah satunya adalah dolomit. Tapi tahukah teman-teman, kalau dolomit juga merupakan nama salah satu pegunungan di Alpen?


The Dolomites adalah rangkaian pegunungan di Utara Italia, berbatasan dengan Austria, merupakan singkapan pegunungan dolomit terluas di dunia. Daerah ini merupakan bagian dari UNESCO World Heritage Site dan juga diabadikan menjadi nama mineral.

Kimia
Seperti saya tulis sebelumnya, dolomit CaMg(CO3)2 adalah satu dari beberapa karbonat yang bereaksi lemah dengan HCl. Magnesit dan siderit juga bereaksi sangat lemah dengan HCl. 

Reaksi yang terjadi antara HCl dan karbonat menghasilkan buih yang kadang berbunyi "jess atau coss", merupakan bukti bahwa sedang terjadi reaksi kimia yang menghasilkan CO2 dan H2O. Ion lain juga terbentuk, seperti ion Ca2+ pada kalsit, atau ion Mg2+ pada magnesit dan Fe2+ pada siderit.
Jika kita meneteskan HCl dingin ke dolomit, maka sangat sulit untuk melihat buih, karena reaksi ini sangat lemah. Sering kali, HCl malah menetes seperti air di permukaan, baru kemudian bereaksi dengan karbonat. Lain hal nya kalau kita menghancurkan mineral dolomit, kemudian baru meneteskannya. Hal ini disebabkan luas permukaan dari dolomit akan lebih luas, sehingga reaksi akan sangat mudah diamati. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan menetesi karbonat dengan HCl hangat.

Batuan lain yang bereaksi dengan HCl
Kalsit sangat umum dijumpai di batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Karena keterdapatannya yang melimpah, baik sebagai bentukan primer maupun alterasi, kita bisa menjumpai reaksi di atas tidak hanya di batuan sedimen karbonat.

Sebagai contoh, batuan sedimen seperti batupasir (sandstone), batulanau (siltstone) maupun konglomerat, sering mengandung kalsit sebagai semen, sehingga reaksi nge"joss" sangat lazim dijumpai. Saya ambil contoh batuan beku yang sudah teralterasi oleh karbonat, sehingga jangan kaget kalau ada batuan beku yang tiba-tiba bereaksi jika ditetesi dengan HCl.
Pengamatan mikroskopis dari basalt yang telah lapuk lapuk, tampak fenokris dari plagioklas (habit meniang) dan kalsit (gambar kanan, warna interferensi cokelat-merah-hijau) di pengamatan.

Mendaki di Dolomiten
Kalau ditanya, mana lokasi favorit dari pegunungan dolomit (sering juga disebut dolomiten), saya akan menyarankan:
1. Drei Zinnen,
2. Tre Cime atau
3. Three Pinnacles.
Kalau disuruh memilih, saya pilih ketiganya, karena ketiga nama tersebut sama, hehehe. Yang pertama bahasa Jerman, kedua bahasa Italia, yang terakhir bahasa Italia. Drei Zinnen berbentuk seperti candi prambanan dari sisi Utara dan di dekatnya, terdapat Alpin hütte (dibaca huette), yang merupakan rumah tempat pendaki biasanya bermalam (shelter). Hütte ini bernama Drei Zinnenhütte - Rifugio Antonio Locatelli. Hütte ini didirikan tahun 1935 dan masih berdiri hingga sekarang. Tapi di bagian dalam shelter, saya lihat hütte semi permanen sudah ada sejak tahun 1883.  Wow...

Apa isi hütte?
Selain pendaki bisa menginap, umumnya kita bisa memesan makanan atau minuman untuk dimakan, sehingga sangat jarang pendaki membawa peralatan masak sendiri. Umumnya, beberapa gunung di Alpen melarang untuk menyalakan api untuk menghindari kebakaran. Untuk masak, umumnya alpinist menggunakan fasilitas hütte, sehingga tas yang mereka bawa akan jauh lebih ringan.  Hal ini baru saya pahami setelah mendaki beberapa gunung di Alpen. Trangia yang saya punya akhirnya lebih banyak mangkrak, sehingga ketika sudah sampai mendekati puncak atau sampai di puncak dan lapar, biasanya sudah ada hütte, sehingga tinggal memesan telor goreng dan kentang rebus, plus cokelat panas.

Drei Zinnen Hütte ini adalah hütte paling ramai yang saya datangi. Hütte ini hanya dibuka pada saat musim panas dan tutup saat musim panas. Di dalam hütte ini, terdapat 40 kasur dan hampir 100 matras, sehingga pendaki hanya perlu membawa sleeping bag saja. Untuk anggota komunitas Alpen Verein, akan disediakan diskon 50%. Keunggulan menjadi anggota komunitas Alpen Verein adalah asuransi ketika terjadi kecelakaan. Penting kah? Menurut saya, kalau kita banyak beraktivitas di gunung, maka menjadi member sangat dianjurkan, karena selain diskon, ada fasilitas helikopter darurat jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Sebagai gambaran, jika kita terjebak dalam kondisi kritis dan terpaksa harus dievakuasi dengan helikopter, padahal kita tidak menjadi member Alpen Verein, maka kita harus membayar helikopter tersebut.

Pendakian menuju Drei Zinnen bisa dilakukan dalam beberapa trek. Saya mengambil trek perjalanan 3,5 jam dengan kenaikan elevasi sekitar 1000 meter. Jika tidak terbiasa dengan berjalan jauh, ada trek lain menuju Drei Zinnen dengan kenaikan elevasi hanya 240 meter. Bagaimana cara memilihnya? Disediakan web untuk semua lokasi alpen di bergfex.at . Saya personal sangat terbantu dengan web ini, karena selain bisa mendownload trek untuk gps, saya juga bisa melihat cuaca via webcam secara live.

Mendaki bersama anak 
Alhamdulillah, ketika umur saya bertambah (sebenarnya berkurang) tanggal 17 Juli lalu, saya, Vidya dan Aqila bisa mencapai Drei Zinnen dalam 5 jam. Sampai disana, saya langsung memesan nudelsuppe (sup mie, padahal isinya seperti makaroni) dan sphagetti. Saya bukan satu-satunya orang tua yang membawa anak kecil. Selama pendakian, saya menjumpai 4 orang membawa baby carrier (2 Osprey, 1 Vaude dan 1 Phil & Teds) dan Aqila bukan yang termuda. Anak termuda berumur 1 tahun dan yang paling tua berumur 3 tahun. 

Anak-anak umur di bawah 10 tahun sangat banyak yang diajak oleh orang tuanya mendaki gunung, umumnya mereka sudah bisa memilih jalan sendiri namun tetap dalam pengarahan orang tuanya. Terlepas diskusi panjang baik tidaknya mengajak anak ke gunung, saya hanya memberikan pengalaman mendaki Alpen di bagian Austria dan Italia saja, karena ini yang saya tahu. Saya dan istri berlatih bersama Aqila secara bertahap, karena mendaki bersama anak diperlukan latihan. 10 bulan Aqila bersama saya di sini, lama-kelamaan, anak bisa berkata dan mengungkapkan apa yang dirasakan (lapar, capek, ngantuk, nenen), barulah disitu saya memilih jalur yang pas untuk istri dan anak saya.

Dan tulisan ini saya tutup dengan beberapa foto dari pegunungan dolomit, tetap sehat, tetap semangat, stay save.







 






Share:

Friday, May 8, 2015

Glittering Hematite in Waldenstein

"The master has failed more times than beginner has ever tried". 

I am still learning to draw a geological cartoon of the deposits than can be easily understand by the peoples. Since I am not a master to draw a geological sketch, this is the best I can imagine, interpret, and draw as a geological sketch
The basic things of this cartoon, is the replacement of the hematite (ferrous) ore body with the marbles, and remobilized, enriched by the iron-rich fluid and metamorphic fluid, and minor meteoric fluids. The chloritisation occur near the ore vein, and pegmatite occur older than the mineralization. The mineralisation tends to be epigenetic, means, the ore deposit mineralised later than the host rock

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Empat hari ini saya beraktivitas di kedalaman 70 meter di bawah permukaan sejak jam 06.30-13.30 di tambang hematit bawah tanah Waldenstein, Karinthia. Saya mengambil kuliah berjudul "Montangeologische aufnahme", atau pemetaan geologi di dalam terowongan. Lokasi nya sekitar 100 km di Selatan kota saya tinggal, Leoben. Kalau saya boleh kupas sedikit sejarahnya, tambang ini ditambang sejak "Roman Empire" (saya pun kurang paham itu berapa tahun Masehi ya,, :D). Tambang ini berlanjut dan ditambang dengan metode "gophering", dengan mengikuti arah kemenerusan dari bijih. Bijih yang ditambang adalah hematite (Fe2O3), yang mempunyai sifat fisik paramagnetik, atau tidak tertarik kuat oleh magnet. Apa itu paramagnetik, diamagnetik, dan ferromagnetik bisa dibaca di artikel ini.


Ini pertama kalinya saya mengunjungi tambang besi bawah tanah, karena yang pernah saya datangi sebelumnya umumnya ditambang dengan metode tambang terbuka yang berdekatan dengan pantai (artikel tambang pasir besi di Indonesia) , atau masih dalam tahap eksplorasi seperti di Merangin, Jambi . Tambang ini dijalankan hanya oleh 25 orang manajemen dan karyawan, dan hanya mempunyai 1 shift operasional tambang, dan kadang 2 hingga 3 shift pengolahan. Kegiatan pengangkutan dan pemuatan mineral dilakukan dengan Bobcat, semacam loader dengan ukuran kecil, yang memuat bijih yang sudah diberaikan (diledakkan) ke dalam lori (kereta kecil di dalam tambang).

Komoditi dari tambang ini adalah "specularite hematite", yaitu varian dari hematite yang mengandung besi, berwarna perak kehitaman, dan mempunyai habit tabular (flakes). Jika kita memegang mineral ini, tangan kita seperti dilumuri "glitter" yang berkilauan. Itu yang terjadi selama 4 hari ini di dalam tambang. Baju kerja dan jaket kerja saya sangat berkilauan jika terkena sinar, dan jika saya kibaskan, maka butiran dari "specularite" itu akan sangat mudah terbang dan menempel di tempat lain.

Hal yang membuat saya kagum, seorang asisten profesor (Pak Heinrich Mali) yang sudah senior mendampingi grup kami selama pemetaan di terowongan selama 4 hari ini, dan mengontrol pemetaan kami, naik turun tiap 1 jam dari 1 kelompok ke kelompok lain. Beliau harus naik turun terowongan melalui ramp (terowongan melingkar) untuk mengecek dan mengulang-mengulang "Fragen?" atau ada pertanyaan. Penjelasan diberikan dalam 2 bahasa, Jerman dan Inggris. Beberapa kali saya ampun-ampunan karena bahasa jerman saya masih belepotan, sehingga banyakan ga ngertinya karena saya satu-satunya penduduk baru yang belum bisa bahasa jerman. Akhirnya, saya harus rajin bertanya supaya tidak menjadi penonton di tengah diskusi dosen dengan mahasiswa. 


 Ini namanya kloritisasi, yaitu proses berubahnya marmer akibat adanya fluida meteorik/ fluida yang kaya akan unsur besi yang masuk melalui rekahan
Hematite (warna merah dan hitam). Specularite yang semula berwarna hitam, akibat tergerus oleh sesar atau kekar menjadi berukuran lebih halus, dan berubah warna menjadi merah  
 Lori untuk mengangkut bijih untuk diremukkan di crusher, kemudian dibawa dengan belt conveyor
Pegmatit dicirikan oleh mineral yang mempunyai ukuran yang kasar, sebagai contoh muskovit (yg ditunjuk bolpoin berukuran cukup besar)
Specularite yang menyebabkan tangan saya mengkilap
Kondisi 70 meter di bawah permukaan. Gelap, dingin, basah
 Persiapan sebelum masuk ke terowongan
Mobil dari kampus untuk membawa mahasiswa ekskursi


Penginapan di atas bukit
Bobcat, loader dengan ukuran yang lebih kecil, tingginya hanya 1,9 meter
Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain







Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *