Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Showing posts with label inspirasi. Show all posts
Showing posts with label inspirasi. Show all posts

Thursday, July 3, 2014

Nasionalisme di Perbatasan Indonesia

Kesempatan yang cukup langka, bisa berkesempatan mengeksplorasi potensi Kabupaten termuda di Kalimantan Timur, Kabupaten Mahakam Ulu. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kutai Barat, pada tahun 2012. Kabupaten ini memang belum lama berdiri, dan saat ini pun masih dipimpin oleh Pejabat Sementara, dimana pemilihan Bupati baru akan dilaksanakan pada tahun 2015. Selama akhir Juni hingga awal Juli, saya sedikit mengubek-ubek pedalaman yang dilintasi oleh sungai Mahakam, sungai terbesar di Provinsi Kalimantan Timur.

sumber: Peta Dasar - BNPB, 2009

Selamat datang di Mahakam Ulu. Nadi perekonomian Mahakam Ulu sangat bergantung pada keberadaan sungai Mahakam. Untuk mencapai Ibukota Kabupaten ini, yaitu Ujoh Bilang, kita perlu datang ke Melak, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Tering, yaitu dermaga yang berada di sebelah Barat kota Melak. Perjalanan menuju Ujoh Bilang ditempuh dengan menggunakan speed boat, mengingat jalan darat hingga ke ibukota kabupaten tersebut belum sepenuhnya tersambung dengan jalan raya. Perjalanan dengan menggunakan speed boat ditempuh selama 4 jam, karena speed boat harus melawan arus menuju hulu Mahakam. Di tengah perjalanan, kami berhenti di “rest area” di Datah Dawai, dan saya mencicipi makanan setempat, gule daging rusa dan tempoyak, alias fermentasi durian, yang rasanya tidak terlalu kuat dibanding tempoyak yang pernah saya coba di Jambi.




Kabupaten ini mempunyai 5 kecamatan yang cukup besar, yaitu Laham yang berbatasan dengan Kalimantan Tengah dan Kalbar, Long Hubung , Long Bagun yang menjadi ibukota kabupaten Mahakam Ulu, Long Pahangai yang berada di Utara berbatasan dengan Malinau dan Serawak, dan serta Long Apari yang berada paling jauh dan berbatasan dengan Serawak dan Kalbar. Saya tergabung dalam tim, dimana kami harus memetakan potensi mineral dan batubara di Kabupaten yang mempunyai luas mencapai 18rb meter persegi.
 
Sebenarnya, bukan hanya mineral dan batubara yang berada di lokasi ini. Banyak potensi lain yang dapat dikembangkan oleh pemerintah daerah sebagai potensi dan asetnya. Eksplorasi minyak bumi pernah dilakukan oleh Belanda pada tahun 1930-an, namun rig, kompresor dan peralatan lain terpakasa harus ditinggalkan karena adanya pendudukan oleh Jepang. Dilaporkan juga oleh penduudk, adanya gas yang keluar dari tanah, yang saya perkirakan itu adalah gas metana, yang berada di Formasi pembawa batubara.


Foto Eksplorasi Mahakam Ulu oleh Belanda 
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kutai_Barat)
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kutai_Barat#mediaviewer/Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Groepsportret_van_controleur_J.P.J._Barth_met_zijn_reisgevolg_tijdens_de_bestuursvestiging_in_het_Dajakgebied_aan_de_Boven_Mahakam_Midden-Borneo._TMnr_60010382.jpg

Sebelum kita masuk ke Ujoh Bilang, kita akan menjumpai singkapan batugamping yang sangat tinggi di tepi kanan darii arah Tering, yang disebut sebagai batu dinding. Batu dinding merupakan batu gamping yang menunjukkan adanyafosil yang berukuran mikro, namun sebenarnya tidak semuanya berukuran mikro. Beberapa di antaranya masih bisa kita lihat dengan mata telanjang. Menurut legenda, batu dinding ini adalah akibat adanya pesta adat yang dilanggar, karena hewan ikut serta dalam pesta  adat dayak tersebut. Dewa pun marah, dan menjatuhkan batu hanya di satu kampung tersebut, yang sekarang disebut sebagai batu dinding.






Jika menilik potensi mineral, memang kabupaten Mahakam Ulu ketiga kriteria yang diperlukan untuk terbentuknya endapan. Adanya sumber, perangkap, dan media, membuat potensi mineral, terutama yang berhubungan dengan emas alluvial sangat mudah ditemukan di sepanjang sungai Mahakam. Namun, bukan kegiatan eksplorasi jika tidak menemukan sumber-nya. Intrusi sintang yang  berada di sekitar sungai Mahakam, serta adanya granit Era, diperkirakan menjadi sumber adanya potensi emas yang melimpah di sepanjang sungai. Hampir semua anak sungai bermuara ke Sungai Mahakam, sebut saja sungai Boh, sungai Meraseh, sungai Oga, sungai Alan, sungai Ratah, dan sungai Nyerimbungan, semua nya menjadi media transportasi emas yang terbawa ke sungai. Mencari sumber emas bukan pekerjaan yang mudah. Tutupan lahan yang didominasi oleh semak belukar dan pepohonan, serta kemiringan lereng yang cukup ekstrim, membuat eksplorasi potensi mineral, terutama emas menjadi tantangan tersendiri. Namun, saya cukup menikmati kegiatan eksplorasi ini, mengingat insting kita sebagai seorang eksplorer benar-benar diasah, karena kita berada di perbatasan dengan Negara lain, yang harga komoditinya sangat jauh lebih mahal di banding lokasi lain.






Sebagai gambaran, untuk sekali makan nasi dengan lauk dan sayur, anda memerlukan 30rb rupiah. Mash normal? Mungkin ini yang membuat anda tercengang. Air mineral gelas 2rb rupiah, bensin bervariasi dari 10rb rupiah di Ujoh Bilang, 15rb rupiah di Long Pahangai, dan mencapai 20rb rupiah di Long Apari.  Hmmmmm, cukup mencengangkan bukan? Selamat datang di daerah perbatasan.  Orang-orang disini mungkin sudah terbiasa dengan harga yang cukup mencengangkan untuk kebanyakan orang-orang yang terbiasa hidup di kota dengan segala kemudahannya. Yap, kita harus banyak bersyukur, bahwa di tempat yang kita diami, harga komoditasnya mungkin tidak akan semahal ini. Sehingga, boleh saja saya berpendapat, bahwa seharusnya dengan harga yang seperti ini, subsidi bahan bakar dan pembangunan harusnya diutamakan ke penduduk di daerah perbatasan seperti ini, bukan terpusat di Jawa.Jika harga bensin naik, selalu orang-orang di perkotaan yang demonstrasi. Wong yang di perbatasan dari dulu harga sudah membumbung tinggi juga tidak pernah protes. Yah yah, Indonesia belum merdeka juga ternyata…


Untuk potensi batubara, memang ada potensi batubara, karena memang di daerah ini sedikit termasuk ke dalam Cekungan Kutai. Potensi batubara di sungai Medang, sungai Betunuung  dan sungai Mahakam, terutama berlokasi di Kampung Mamahak. Jumlahnya memang harus di eksplorasi lebih lanjut dengan eksplorasi yang lebih detail, namun saya sangat tertarik pada struktur geologi yang ada di lokasi ini. Memang, lokasi yang saya jumpai berada di zona lipatan, batubara seperti kue lapis yang sudah diacak-acak saja. Belum lagi saya sempat merenung, bagaimana bisa ada batubara dengan rank yang rendah, gambut mungkin, berada di antara dua seam batubara yang sudah lebih mature. Periode pembatubaraan yang berbeda saya rasa, yaitu ketika batubara seam tengah terbentuk, belum sepenuhnya menjadi batubara, sehingga hanya menjadi  dirty coal.




Dari 5 kecamatan, saya sudah cukup banyak berinteraksi dengan potensi Long Bagun, dan sedikit saja melihat dari dekat Kecamatan Long Pahangai. Ingin rasanya saya kembali lagi ke Long Pahangai yang berada di Utara, terutama ingin melihat lagi riam pernah saya lalui, dan membuat saya menganga, mengingat motoris, atau nahkoda speedboat sangat cekatan melewati riam atau jeram yang berbahaya, karena kami melawan arus. Konon katanya, setiap tahun ada saja kecelakaan yang meminta korban nyawa di riam-riam tersebut, sehingga tidak sembarang orang berani melewati riam menuju Long Pahangai, maupun Long Apari. Saya sendiri sempat mengabadikan, betapa ganasnya riam yang diterjang oleh speedboat. Memang, alam bukan untuk di lawan, namun untuk dipahami.




Semoga saja, nanti saya bisa kembali lagi ke tempat ini, entah kenapa ada satu potensi yang banyak dibicarakan dan diteliti oleh peneliti sebelumnya, namun selalu berakhir dengan cerita yang kurang menyenangkan, potensi uranium. Hmmmm, uranium dalam granit membuat saya ingin belajar lebih dalam tentang endapan ini. Di salah satu riam itulah, yang secara tidak sengaja saya lewati ketika saya menuju Datah Dawai, ternyata batuannya adalah granit yang mengandung uranium. Damn, saya tidak sadar, dan baru tahu setelah saya di basecamp lagi.Disana saya hanya terlongok, kenapa ya batuan yang besar-besar ini berwarna hitam kemerah-merahan. Semoga saja saya masih bisa mampir kesana. Sampai jumpa Mahakam Ulu, semoga kelak resmi menjadi Kabupaten baru. 



Ada beberapa foto lapangan, edisi dibuang sayang, warnanya menarik seperti mangga, harum juga,, ternyata, aseeeem buanget... selamat menikmati buah Pangin dari pedalaman Mahakam


Tangkapan lokal, namanya ikan jelawat,,, bukan jerawat ya... :D

Mejeng setelah bos-bos koordinator lapangan diinterview untuk siaran di RRI perbatasan

Share:

Monday, March 17, 2014

Panggilan Untukmu, Sang Yudha Bumi

Sudah lama saya mempunyai hobi untuk membaca, namun baru beberapa tahun saya menggemari hobi saya, untuk menulis dan bercerita. Dan hal yang mengubah hidup saya, adalah ketika saya membaca karya dari penulis yang saya kagumi, Pramoedya Ananta Toer. Penulis yang tidak pernah masuk ke dalam daftar buku atau penulis semasa kita bangku sekolah, karena memang sensor yang sangat ketat dari pemerintah, mengingat keterlibatannya dalam LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakjat), yaitu organisasi kebudayaan yang bersayap kiri, dan sangat kental dengan aroma komunisme. Mas Pram, begitu dia disebut, menelurkan puluhan karya, yang sudah banyak dikutip dan diterjemahkan ke dalam 41 bahasa asing, namun di negeri-nya sendiri, pengakuan akan kehebatannya sebagai satu-satunya penulis Indonesia yang masuk dalam nominasi Nobel Sastra sangat minim. Ironis. Nyai Ontosoroh, tokoh ibu dari Minke dalam novel Tetralogi Pulau Buru, pernah berkata. "Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari. - Anak Semua Bangsa".


Kutipan ini yang saya gunakan untuk mengawali tulisan saya, tentang motivasi menulis, terutama saat ini, apa yang saya tulis mungkin sedikit mengutip salah satu bagian dari tim kecil yang ada di himpunan berlogo merah bergambarkan palu beliung, Yudha Bumi. Saya pun membatasi tulisan saya dalam aspek pertambangan, supaya tidak lari dari topik awal dari blog ini.


Yudha Bumi, dikutip dari bahasa Sansekerta dan Indonesia. Kalau kita coba telusuri makna Yudha, maka yang akan kita dapat adalah "peperangan". Tidak heran memang, dalam tokoh pewayangan, sering kita dengar Perang Baratayudha, yaitu perang di Kurusetra antara Pandawa dan Kurawa, yang merupakan klimaks dari kisah Mahabarata. Nah, apakah Yudha disini bermakna perang? Ketika saya masih berstatus mahasiswa dulu, saya mendapat penjelasan seperti ini, Yudha bermakna "penjaga", dan Bumi, tetaplah bermakna "bumi". Yup, penjaga bumi. Yap, semua dari kita adalah Sang Penjaga Bumi.

Masuk ke hal yang lebih detail, di tempat saya berpijak sekarang, dunia pertambangan, sekelumit kecil dari bentuk industrialisasi, kadang saya masih belum nyaman, walaupun saat ini saya bisa hidup dari hal yang membuat tidak nyaman tersebut. Pertambangan, mempunyai dampak positif:  
1. membutuhkan modal yang besar, 
2. memberi kesempatan kerja warga sekitar dan meningkatkan kondisi sosial, ekonomi dan budaya daerah setempat. (ilustrasi kegiatan pengeboran eksplorasi yang membutuhkan puluhan orang untuk memindahkan peralatan bor dari satu lokasi ke lokasi lain)
3. memberi kemungkinan alih teknologi
4. menjadi pusat pengembangan wilayah dan masyarakat setempat. 
5. menambah pendapatan daerah, dan devisa untuk negara. 


Namun, ada hal negatif dari kegiatan pertambangan, yang justru oleh banyak orang dikemas sedemikian rupa, sehingga malah isu ini yang selalu menyudutkan dunia tambang, terutama oleh aktivis lingkungan, warga, dan orang-orang yang bergerak di sektor pariwisata. Dampak negatif dari pertambangan antara lain:
1. Merusak (mengubah) lingkungan hidup, 
a. Tanah atas yang subur
b. Vegetasi dibabat, daerah menjadi gundul, maka akan mudah tererosi dan 
c. Kondisi fauna dan flora rusak, sehinga ekosistemnya juga 
d. Mencemari sungai, danau, dan 
e. Terjadi polusi suara dan udara (debu batu bara, debu jalan angkut, dll)
2. Mengubah morfologi dan tata guna lahan
3. Dapat menimbulkan kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya diwilayah setempat.



Apakah solusi nya dengan menutup tambang? Mari kita tidak bermunafik diri, industri yang sudah ada bahkan semenjak peradaban manusia, tidak dapat lepas dari kehidupan kita. Industri ini sudah muncul bersama-sama dengan industri pertanian, yang saat ini sangat dekat dengan kebutuhan kita. Emas kita pakai bukan hanya sebagai perhiasan, namun juga di telepon seluler atau di laptop kita; tembok memerlukan semen untuk bisa kuat berdiri; sehingga mustahil untuk meng-stop kegiatan tambang. Kita tidak bisa mengulang masa lalu dengan menutup semua tambang dan hidup tanpa bahan tambang. Yang bisa dilakukan adalah mengontrolnya supaya tetap berada dalam kaidah good mining practices, yang berwawasan lingkungan, mengingat sumberdaya alam merupakan non renewable resources, yang bisa habis bila kita tidak bersikap bijaksana dalam mengelolanya. (ilustrasi Jatam)


Dari situ, ada hal-hal yang sering luput dari pengamatan masyarakat.  Pertambangan tidak selalu berkaitan dengan mengambil sumberdaya bumi sampai habis, namun juga harus memikirkan konservasi bahan galian untuk masa depan, dan perusahaan pun wajib untuk melakukan reklamasi, rehabilitasi dan revegetasi. Ironis memang, kebijakan di Indonesia tidak berpihak di sektor ini. Ekspor batubara sangat gencar, padahal jumlah batubara kita hanya sedikit. Siapa yang jadi kambing hitam? Selalu pemerintah, namun tidak kah kita sadar, ketika orang-orang itu kelak akan pensiun, kita lah sebagai generasi muda yang akan menggantikannya. (gambar ilustrasi diambil dari tulisan ini)

Dari situlah, kita seharusnya bisa menentukan, dimana posisi kita seharusnya berada. Kita harusnya masih tetap bisa berpegang teguh dengan idealisme kita, kita yang harusnya menyuarakan idealisme itu dalam semua aspek pekerjaan yang akan kita jalani (tidak hanya di dunia tambang saja), namun tak hanya itu, kita juga harus bisa menuangkan dalam suatu karya, Indonesia Baru Yang Bermartabat dari Saat Ini juga. Yup, kita lah Sang Yudha Bumi yang membawa karya tersebut.


Banyak informasi yang sebenarnya kita tahu, namun mirisnya, media selalu memanfaatkan hal-hal untuk membawa keuntungan untuk mereka. Pengaruh media di dunia maya sudah sangat kuat, kita ini kecil, namun bukan kita harus melawan kedigdayaan atau meluruskan berita yang ada, namun berkepribadian lah, berorasi lah secara bebas, karena banyak hal yang kita tahu tentang dunia tambang, namun suara itu tak pernah sampai di dunia luar. (Gambar bekas tambang batubara Manda Pit di Fukuoka, yang diusulkan menjadi salah satu warisan budaya Unesco)

Kita mengenal akan program reklamasi tambang, kita mengenal adanya uang jaminan penutupan tambang, kita juga bisa bercerita ke dunia bebas tentang genesa emas atau panas bumi di gunung-gunung berfumarol atau bersolfatar, namun banyak dari kita yang termenung dan membiarkan semuanya seperti angin lalu. Hai Sang Yudha Bumi, bangun dari tidurmu, sebarkan informasi yang tidak sampai ini ke seluruh penjuru negeri, karena hanya 4% dari 235 juta rakyat Indonesia yang menjadi kaum intelek. 

Bekas tambang emas diurug dan direvegetasi/dihutankan kembali, Halmahera Utara, Maluku Utara (Tain dkk., 2005)

Luruskan lah apa yang memang salah, namun jangan pernah membenarkan apa yang sudah salah menjadi benar. Tambang tidak merusak lingkungan, kita lah yang memastikan untuk mengawal misi besar ini.  Katakan salah pada kapitalisme yang ada di tanah Indonesia ini, namun masalah tak kunjung selesai hanya dengan menyalahkan.  Kita lah yang akan memegang bangsa ini 10 atau 15 tahun mendatang, sehingga mari kita bergerak menjadi bagian dari solusi. Menyebarlah di seluruh Indonesia ini, hai Sang Yudha Bumi. Setiap kita bisa memilih jalan yang berbeda untuk penghidupan kita, namun satu hal yang sama, darah kita merah dan kita berdiri di atas bumi pertiwi Indonesia.  

Membaca lah kawan, kemudian berceritalah. Bercerita Atau, menulis lah kawan, karena hanya dengan menulis, kau bekerja untuk keabadian.

Selamat berkarya di dunia-mu masing-masing.
(klik gambar ini untuk masuk ke dalam web Yudha Bumi HMT ITB)

1. http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/12/30/reklamasi-tambang-itu-bagaimana-sih-622440.html
2. TINJAUAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG DAN ASPEK KONSERVASI BAHAN GALIAN,Sabtanto Joko Suprapto, Kelompok Program Penelitian Konservasi “Pusat Sumber Daya Geologi". http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=609&It
3. http://yudhabumi.blogspot.com/


Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain




Share:

Saturday, October 5, 2013

Kata Siapa Mahasiswa Baru Tidak Bisa Me-manage Waktu?

Tulisan ini saya buat 4 tahun yang lalu, dan sempat dimuat di http://ssdk.itb.ac.id/?p=98 . Dan setelah 4 tahun berlalu, saya ingin berbagi tips-tips, yang semuanya berasal dari pengalaman saya sendiri. Semoga bisa bermanfaat dan memberi warna untuk banyak orang.

Ingat, kesuksesan bukan hanya diraih dari belajar atau hal yang bersifat akademik saja. Berorganisasi, bersosialisasi dengan lingkungan, dan mengembangkan hobi, itu bisa membantu kita untuk bisa lebih berkarya lebih, dan mendekatkan kita kepada kesuksesan. Ganbatte kudasai...

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
oleh Andy Yahya Al Hakim
Banyak mahasiswa, terutama mahasiswa baru, merasa bahwa kebiasaan belajar yang dilakukannya sudah memadai dan manajemen waktu yang dilakukan sudah efisien. Terbukti di SMA dulu, mereka adalah murid terpandai atau setidaknya tidak pernah merasa kesulitan untuk mendapatkan nilai yang baik. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, beberapa di antara mahasiswa ini menyadari bahwa nilai yang diperoleh tidak secemerlang seperti ketika di SMA. Nilai A atau B sepertinya sulit dijangkau. Mengapa? Apa sebenarnya yang terjadi? Salah satu jawabannya mungkin karena keterampilan belajar, termasuk manajemen waktu yang kurang efektif. Kuliah di perguruan tinggi memang berbeda dengan belajar di SMA. Oleh karena itu, manajemen waktu yang ada mestinya turut diperhatikan.
Tidak ada satu cara yang ampuh yang berlaku bagi semua orang dalam manajemen waktu. Namun dengan mengenali diri sendiri secara lebih baik, Anda dapat menentukan bagaimana cara mempergunakan waktu dengan lebih efektif. Pelu pula diingat bahwa inti dari manajemen waktu adalah konsetrasi pada tujuan/ hasil yang ingin diperoleh, bukan hanya sekedar menyibukkan diri. Banyak orang menghabiskan hari-harinya dengan berbagai kegiatan yang seakan tiada habisnya, tetapi tidak mendapat capaian apapun. Hal ini terjadi karena kurangnya konsentrasi pada hal yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Dalam sistem kredit semester (SKS), mahasiswa diharapkan mengalokasikan waktu untuk belajar di dalam kelas sebanyak 1 jam/minggu serta di luar kelas sebanyak 2 jam/minggu untuk setiap 1 SKS. Jika seorang mahasiswa mengambil 18 SKS, maka mahasiswa tersebut harus belajar setidaknya 36 jam per minggu di luar kelas secara mandiri. Jadi, mahasiswa tersebut harus merencanakan total jam belajar di kelas dan di luar kelas sebanyak 54 jam per minggu.
Salah satu sistem manajemen waktu yang bisa dipilih oleh mahasiswa adalah sistem siklus pada setiap tahun ajaran atau setiap semester. Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulai manajemen waktu. Umumnya sistem ini dimulai dengan menetapkan tujuan (goal setting) untuk mengukuhkan konteks bagi manajemen waktu. Berikutnya adalah menelusuri penggunaan waktu dan membangun kesadaran tentang bagaimana Anda menghabiskan waktu. Tahap ketiga adalah membuat rencana, dan ini termasuk membuat to do list, rencana mingguan, rencana bulanan, dan rencana semesteran. Tahap keempat adalah memantau (self monitoring) apa yang telah dikerjakan. Pada tahap ini, Anda menilai seberapa baik Anda dalam menjalankan rencana, seberapa akurat Anda membuat rencana, seberapa tepat Anda menduga kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dan sebagainya. Tahap akhir dari siklus manajemen waktu ini adalah pergeseran dan penyesuaian waktu, dimana Anda melakukan koreksi terhadap sistem yang berjalan sebelum memulai siklus yang baru.


Setiap orang akan bermasalah dengan waktu. Masalah yang dihadapi adalah kita tidak mungkin mengubah waktu atau mengendalikannya. Kita tidak mungkin mempercepat waktu atau memperlambat waktu. Jadi, jangan lagi kita menjadikan waktu sebagai alasan masalah mengapa kita tidak bisa belajar dengan benar. Yang harus kita lakukan adalah bagaimana cara kita memutuskan untuk menggunakan dan mengisi waktu yang dijatahkan kepada kita.


Share:

Sunday, July 14, 2013

Apa arti sebuah cita-cita?

Cita-cita bagi banyak orang merupakan hal yang menjadi angan-angan, yang sering kali digantung tinggi-tinggi di atas awan, atau digantung langit. Namun, saking tingginya cita-cita itu digantung, sehingga kadang orang mengambil jalan pintas untuk mencapainya, atau bahkan menyerah sebelum cita-citanya tercapai.

Bagi saya, cita-cita bukan hal pencapaian, namun sebuah proses. Apalah arti pencapaian itu kalau kita tidak menikmati proses-nya, yang sering kali berliku, naik turun, bahkan sering membuat orang jatuh bangun. Kenikmatan dari proses itu yang membuat "cerita" dari perjalanan itu menjadi indah untuk dikenang, kemudian untuk diceritakan dan dibagi dengan siapa pun di masa mendatang. 

Seperti saya yang saat ini menggemari nikmatnya bersusah payah mengayuh pedal, pelan-pelan, untuk mencapai tempat yang saya tuju. Pedal akan terkayuh sangat pelan ketika menanjak, dan bisa berputar sangat kencang ketika menemui turunan.
Atau seperti para pendaki gunung, yang ingin mencapai puncak gunung di akhir petualangannya. Hemm,,, walaupun sepertinya kurang pas, karena sering saya jumpai beberapa orang pendaki memilih bukan puncak yang menjadi tujuan utama, namun sampai batas apa dia mampu mendaki. Tidak salah, itu juga betul kok.
Cita-cita kadang bisa menjadi absurd, kalau kita tidak menciptakan titik akhir dari pencapaian kita, namun apa salahnya kita selalu menyiapkan rencana cadangan di balik rencana utama kita, untuk mencegah kekecewaan yang sangat berlebihan ketika kita gagal mencapai cita-cita tersebut, karena kadang kita sangat fokus terhadap hasil, bukan proses.Apalah artinya kalau kita tidak menikmati perjalanan yang sudah kita rancang dari jauh hari?


Dalam proses kuliah, nilai kadang kali menjadi tolok ukur keberhasilan dalam proses kuliah. Atau kelulusan dari siswa SD, SMP maupun SMA, yang ditentukan dalam proses UAN. Proses itu bukan lah yang paling sempurna dan akan selalu terjadi perdebatan mengenai hal tersebut, selama orang memandang dari perspektif yang berbeda. Sama ketika orang yang buta dan bercerita tentang binatang gajah, ada yang bilang gajah itu kurus karena dia memegang buntut,ada yang bilang gakah itu panjang karena dia memegang belalai, atau tipis karena dia memegang telinga. Selama kita tidak berada di satu titik yang sama, pendapat itu akan selalu berbeda-beda.

Biarkan perbedaan itu tetap ada supaya ada diskusi. Biarkan si anak memilih cita-cita nya, dan orang tua harusnya membantu mengarahkan, bukan malah memaksakan.

Hal ini yang membuat saya mencoba untuk lebih menikmati pencapaian untuk menggapai "cita-cita" itu, bukan dengan mengambil jalan pintas supaya cita-cita itu langsung terwujud. Tidak ada bangunan tinggi yang dibangun dalam sekejap seperti kisah Sangkuriang, Candi, maupun kisah-kisah rakyat dari berbagai daerah. Bangunan tinggi selalu dibangun dengan pondasi yang kuat, supaya kuat di kemudian hari. Mengutip dari pepatah asing, 

- Even tall building, build from the ground - 

Saya sendiri pun belum selesai mencapai cita-cita saya, karena saya masih harus melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi lagi, kemudian terus melanjutkan perjuangan, yang belum akan terhentikan langkahnya.

Share:

Wednesday, March 2, 2011

Motivasi Hidup

Ketika semuanya tampak tidak berpihak kepada Anda, ingatlah bahwa pesawat terbang lepas landas melawan arah angin, bukan sebaliknya (Henry Ford).

Betapa banyak jalan keluar yang datang setelah rasa putus asa,dan betapa banyak kegembiraan datang setelah kesusahan.Siapa yang berbaik sangka pada Pemilik 'Arasy, dia akan memetik manisnya buah yang dipetik di tengah-tengah pohon berduri  (Al Qarni – La Tahzan)

Know something is a valuable thing, but understanding is the most precious one (no name)

Orang Yang Berbahagia Bukanlah Orang Yang Hebat Dalam Segala Hal, Tapi Orang Yang Bisa Menemukan Hal Sederhana Dalam Hidupnya dan Mengucap Syukur.” (Warren Buffet)

Pelaut dan kapal terbaik tidak pernah muncul dari samudera yang tenang. Terbanglah terbang walau aral menghalang, berani lah bermimpi, karena kamu, adalah pelaut terbaik di samudera mu

Jangan pernah  menggantungkan harapan kepada sesama ciptaan Tuhan, karena tidak ada yang bisa menjanjikan apapun. Yang ada hanyalah kekecewaan.  (no name)

http://usimages.detik.com/content/2013/10/04/1036/154853_bjhabibiehasan8.jpg
Share:

Wednesday, February 23, 2011

Kenangan Semasa di Himpunan Mahasiswa Tambang ITB

Betapa banyak jalan keluar yang datang setelah rasa putus asa,dan betapa banyak kegembiraan datang setelah kesusahan. Siapa yang berbaik sangka pada Pemilik Arasy, dia akan memetik manisnya buah yang dipetik di tengah-tengah pohon berduri  (Al Qarni – La Tahzan)

Sebuah perubahan dalam sistem,yg dmotori oleh seseorang, sekelompok orang selalu muncul dari kaum yg merasakan keanehan atas ke"habitual"an atau keseharian yg mereka alami. Umumnya perubahan muncul dari kalangan terpelajar, dimana mereka tidak hanya memikirkan apa yang akan terjadi sekarang, namun mereka memikirkan bagaimana hari esok akan berlangsung. Namun untuk berubah, sangat jarang semua berlangsung dlm wktu yg singkat,karena butuh proses yang lama utk memasifkan gerakan tersebut. Menstimulus dan mengajak org lain utk mau dan ikut bergerak sesuai ide-ide baru tersebut tidak lah pernah se gampang yang pernah anda bayangkan. Butuh lebih dari sebuah kepercayaan, karena jaminan dari kemapanan hal tsb di masa depan tidak pernah kita tahu seperti apa. 

Saat kita sadar akan sebuah "weird" tsb, naluri kita utk mendobrak dan mengubah hal tsb,harusny sudah mulai muncul dari dini. Tiada sistem yang sempurna, ada "noise" dan "loss" yg membuat efisiensi sistem tsb tdk 100%. Pun juga dengan HMT, sebuah sistem yang digerakkan oleh sekelompok orang dgn dasar yg sama, keprofesian tambang yg berlandaskan kemahasiswaan dan mengedepankan keleluargaan, pasti mengalami perubahan, dan selalu, semua perubahan itu sgt lah wajar,asalkn menuju ke hal yg lebih baik.

HMT akan selalu berubah dari masa ke masa, namun satu hal yg tidak berubah, nilai-nilai luhur yg akan selalu turun temurun melalui proses penurunan nilai, yg sebagian orang mendefinisikan hal tsb dalam proses "mengkader" dan "dikader." Proses tsb tidak akan berhenti, karena perlu kita ingat, belajar tidak akan mengenal waktu, sampai roh kita lepas dari tenggorokan kita. Proses belajar tsb yg harus tetap ada dlm HMT.

Tantangan masa kini jauh lebih berat dibanding masa-masa sebelumnya, dan aku, sangat menyadari hal tersebut. HMT yg kritis dan solutif, kata para penjaga nilai, itu lah yg diharap dari penerus-penerus kami. Kami hanyalah setitik kecil yg mewarnai keberlangsungan HMT, sisanya teman-teman semua yang akan meneruskan. Namun kecil yang kami lakukan, akan berdampak besar utk perubahan HMT itu ke hal yang lebih baik. 

Mengutip dari konfusius, "I hear and I forget, I see and I remember, I do and I understand." Berpikirlah, Bertindaklah utk HMT yg lebih baik.
Andy Yahya Al Hakim
Mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Tambang 2009-2010

Share:

Sunday, February 6, 2011

Kisah kehidupan Bapak Penjual Kopi di Himpunan, Kang Dedi

Update Setember 2017
Alhamdulillah anak Kang Ded yang pertama sudah di wisuda. Keberhasilan dia salah satunya berkat ga ada lagi yang ngutang ke Kang D, sehingga uang dari berdagang makanan masih bisa disisihkan untuk pendidikan dan perbaikan rumahnya di Garut







Daerah itu berjarak 130 km dari Bandung, Awilega, Cihurip namanya. Daerah yang berada di balik gunung, dimana kalau kita menggunakan motor, tak kurang dari 5 jam tempat itu dapat dicapai. Untung aku mencapai nya dengan menggunakan motorku, jika harus menggunakan angkutan pribadi, aku harus rela merelakan 7-9 jam ku untuk mencapai daerah yang sangat "remote" tersebut. Ditambah jalan yang berliku-liku, mendaki dan menurun tajam, serta kondisi jalan yang rusak pada 5 km terakhir menuju desa tersebut. Bayangkan, untuk mencapai 5 km terakhir, kondisi jalan berbatu aspal namun sudah amburadul kemana-mana dan di salah satu sisinya harus diberi sekam supaya motor yang melewati tidak sampai terjatuh (walaupun akhirnya aku dan Openg-GEA 06 terjatuh juga tertimpa motor yang ga bisa dibilang keci di tanjakan dengan kemiringan lereng 70 derajat). Tepat di kampung itu, terdapat tidak kurang dari 10 orang yang menjajakan dagangannya di kampus ITB, dan salah satu nya, yang aku kenal baik sebagai KANG DEDDY.


Dibalik sikapnya yang baik, ramah, dan sholeh, ternyata terbesit sebuah kehidupan yang keras di tempat beliau berasal, yang belum pernah aku sangka sebelum-sebelumnya. Beliau mempunyai 3 orang anak, yang sekarang duduk di bangku TK, SD dan SMP. Untuk yang terakhir, tepatnya SMP naik ke SMK. Bukan, saya memang menulis SMK bukan SMA. Kang Deddy tidak mempunyai uang untuk menyekolahkan ke SMA, karena mahalnya biaya tempat tinggal, makan sehari-hari dan transportasi. Bayangkan teman-teman, anaknya yang pertama harus berjalan sejauh 3 km dari rumah ke sekolah dengan naik turun bukit, dan itu dijalani selama 3 tahun di masa SMP. Dan sekarang, masalah yang dihadapi adalah bagaimana cara untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Kalau teman-teman tahu, Kang Deddy menghabiskan Rp 120rb untuk tempat tinggal anaknya yang terbuat dari bambu (gedhek dalam bahasa Jawa) dan hanya Rp 60rb untuk makan anaknya dalam sebulan. Terbayang kan, betapa tiap satu keping rupiah sangat berarti buat beliau. 


Rumahnya di kampung Cihurip pun sangat sederhana. Terbuat dari kayu dan bambu (karena beliau belum mampu untuk membeli semen dan batu untuk membangun rumahnya) dan hanya terdapat 2 buah kamar untuk beliau dan istri serta ke-3 orang anaknya. Namun yang membuatku sangat terkejut, bagaimana beliau dan keluarga menyambut aku dan 3 kawan-kawan GEA (Joe 06, Openg 06, Dwi 06) ketika aku disana. 5 ikan mas terbaik dan terbesar beliau ambil dari empang nya (ikan tersebut hanya mendapat makan dari dari air untuk mencuci beras, "dedek", dan selebihnya mendapat makanan dari kotoran manusia - di atas empang tersebut adalah kamar mandi umum, dan jika teman2 mandi dan membuat hajat, ikan di bawah siap menunggu untuk mendapatkan makanan- ). 


Ikan terbesar disuguhkan untukku dan keluarganya dengan dibakar. Belum lagi itu, beliau menjadikan aku layaknya seorang tamu istimewa di Hotel berbintang 5. Apa pun yang ada beliau suguhkan untukku, mulai dari kelapa muda, ketela goreng, wajik, pisang raja, pete, ayam kampung dan itu berlangsung bukan hanya dalam waktu yang sebentar, namun terus-terusan sepanjang hari. Anyir mulutku untuk memakan semua makanan tersebut, karena mengingat bagaimana beratnya tanggungan keluarga harus dihidupi. Namun untuk menghormati beliau sebagai pemilik rumah, aku makan semua makanan tersebut bersama teman-teman GEA.

Keramahan yang beliau dan warga di kampung tersebut berikan kepada kami sangat luar biasa. Bayangkan, di tiap rumah yang kami datangi saat kami pamit untuk pulang, kami harus makan, untuk menghormati si pemilik rumah. Kalau teman-teman pernah mendengar nama Abuy, Acuy, Odin, di tempat itu lah kami harus makan walaupun perut kami sudah penuh terisi. Keramahan yang tak tersaingi bahkan di hotel berbintang 5. 

Hiburan di daerah itu mungkin hanyalah televisi, karena nampaknya itu lah barang termahal yang beliau miliki selain anak dan keluarga. Namun sayangnya, televisi yang dipunyai Kang Ded dan keluarga sudah tidak berfungsi maksimal lagi. Antena yang dipasang pada bambu di atas rumahnya terkena petir dan sampai sekarang, bahkan untuk membeli antena beliau tidak kuasa, karena besarnya pengeluaran untuk anak dan keluarganya. Aku hanya bisa menonton qosidahan, atau menonton power ranger yang di dubbing dalam bahasa Malay, dan anaknya yang paling kecil sampai hafal tiap text dan gerakannnya, karena mungkin hanya itu lah hiburannya tiap hari.

Secuil kisah ini mungkin tidak merefleksikan seluruh kehidupan Kang Deddy dan keluarga nya. Banyak yang sudah terketuk hatinya untuk sekedar datang melihat kehidupan beliau, seperti Lubi dan Kak Febi. Dan apa yang akan beliau suguhkan ke kalian, benar-benar di luar batas nalar dan kemampuan seorang Kang Deddy dalam menjamu tamunya. Ah, aku terlalu berlebihan. Untuk datang kesana saja terlalu berat, dan memang itu lah kondisi beliau. Minimal dengan anda semua tidak hutang ke Kang Deddy, itu sangat membantu beliau menghidupi keluarganya, sekedar untuk membeli seonggok pasir dan se karung semen untuk rumah beliau. Dan ingat, beiau adalah orang tua kita di himpunan, bukan kacung, bukan pesuruh, apalagi pelayan kita. Jangan hanya bisa meminta, menyuruh, dan kalian meninggalkan kepedihan di hati beliau dengan angka-angka yang beliau tulis di buku lepek yang berisi nama-nama kalian. Menyisihkan uang untuk menabung, sama sekali tidak menghilangkan uang mu, karena kau hanya memindahkan fungsi waktu, dari semula membayar hutang, sekarang menjadi di awal bulan. Dan tahu kah apa dampaknya? Senyum kecil beliau merekah karena beliau bisa berangan-angan untuk bisa pulang ke kampung halamannya dengan mobil ELF di akhir bulan depan, untuk mengantarkan sekeping uang tersebut dan se kotak Gery Chocolatos untuk anaknya, karena ternyata, di kampung tersebut tidak ada toko, bahkan pasar tempat ibu bisa membelikan jajanan untuk anak-anaknya.


(: thx 4 teman2 GEA yang menemani ku pulang ke Bandung, mengajari ku deskripsi endapan mineral di sungai, terutama untuk Kang Deddy untuk ikan mas jantan 50cm lebih untuk dibakar, yang ternyata itu adalah ikan bakar pertama yang beliau buat, dan itu spesial untukku...

++ cobain mandi n buang hajat di empang, katanya sih enak... ternyata emang nikmat dah... 


Walau makan sederhana

(Makan nasi sambal lalap)
Walau baju sederhana 
(Asal menutup aurat) 
Walau makan sederhana 
Walau baju sederhana 
Walau serba sederhana 
Asal sehat jiwa raga 
Dan juga hutang tak punya… 
Itulah orang yang kaya (hi-hu…) ------ Rhoma Irama, Gali lobang tutup lobang 


Hidup sederhana 
Gak punya apa-apa tapi banyak cinta 
Hidup bermewah-mewahan 
Punya segalanya tapi sengsara 
Seperti para koruptor…2x ------ Slank, Seperti Para Koruptor 

Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *