Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Showing posts with label inspirasi. Show all posts
Showing posts with label inspirasi. Show all posts

Monday, August 17, 2015

Mencari Arti Merdeka



Saya tidak pernah membolos upacara bendera selama 12 tahun sejak SD hingga SMA. Tiap pemimpin upacara menginstruksikan untuk hormat kepada bendera, saya selalu melakukannya. Rutinitas ini saya lakukan tiap upacara. Simbol negara tidak pernah saya buat main-main. Selama masa itu pula, saya merasa status kewarganegaraan yang saya dapat hanya masalah ruang dan waktu, karena saya lahir di Indonesia, saya mendapat kewarganegaraan Indonesia. Tidak ada yang spesial. Justru dari situ muncul pertanyaan saya, "Apa sebenarnya arti merdeka?"

Tidak ada yang salah dengan proses upacara itu. Pembina upacara sudah dengan sering menyampaikan dalam pidato dan amanatnya. Saya mendengarkan, namun saya yang bawaannya memang agak "ndableg" masalah ideologi, harus mencari sendiri jawaban pertanyaan saya tadi. Dalam kasus saya, perlu lebih dari 12 tahun untuk benar-benar memaknai arti dari hormat kepada bendera dan memahami perjuangan para pendahulu. Beberapa mungkin lebih baik dari saya dengan bisa memaknai hal-hal tadi dengan cepat, tidak 12 tahun seperti saya. Namun sangat menyedihkan melihat beberapa orang bahkan tidak peduli lagi dengan arti dari simbol negara dan kemerdekaan. Anda boleh tidak suka dengan karakter seorang pemimpin, tapi bukan berarti anda selalu berperilaku negatif dengan menyampaikan opini-opini yang ga makin membawa ke perubahan positif, malah bikin pembacanya makin emosi dengan anda.

Sampai suatu ketika, saya memaknai sendiri apa arti "merdeka" dari guru-guru kehidupan.
1. Saya memaknai arti "merdeka" dari dua anak perempuan di Geunteut (Aceh) yang susah untuk membaca di umurnya yang 10 tahun karena kurang mendapat pendidikan yang baik. Semula 2000 orang kepala keluarga ada di kampung mereka, namun sekarang hanya tersisa 500 orang KK karena sebagian dari mereka meninggal dunia saat tsunami Aceh. Mereka bersemangat sekali untuk belajar, sayang mereka tidak berada di lingkungan yang baik untuk mendukung pendidikan yang berkualitas.

2. Saya memaknai arti "merdeka" dari orang-orang di Long Pahangai dan Long Apari (dua kecamatan terluar di perbatasan Kaltim, Malaysia), dimana saya harus membayar nasi dan telor dengan harga 30 ribu. Ongkos speed boat mencapai lokasi itu hampir 5 juta per orang dengan perjalanan hampir 2 hari tergantung deras tidaknya arus sungai. Transportasi darat belum sampai di daerah itu, semua harus ditempuh dengan sungai. Semua harga 4 hingga 5 kali dibandingkan harga di Jawa. Apa yang membuat saya trenyuh, ada beberapa riam (jeram) yang tidak bisa dilewati oleh kapal yang penuh dengan penumpang. Orang harus berjalan di sepanjang batuan di beberapa titik jeram untuk menghindari badan kapal terbentur dengan bebatuan.

3. Saya memaknai arti "merdeka" dari penambang rakyat yang masuk ke dalam terowongan lebih dari 100 meter sambil jongkok untuk mengambil batuan yang mengandung emas . Beberapa batu mulia yang menjadi bahan dari batu akik juga ditambang dengan metode seperti itu, dengan metode tambang bawah dengan oksigen terbatas, kondisi kerja yang basah karena air harus dipompa keluar, dan keamanan kerja yang sangat minim (tanpa helm, terowongan bahkan kadang tidak disangga).

4. Saya memaknai arti "merdeka" dari Pramoedya, yang tidak bisa datang ke pernikahan anaknya karena masih menjadi tahanan politik di Buru. Dia menulis surat sebagai hadiah selayaknya pesan ayah terhadap anaknya, walaupun akhirnya tidak sampai ke anaknya.

Hadiah-kawin untukmu hanya permenungan dan pengapungan ini. Itu pun belum tentu akan sampai kepadamu. Tak ada harganya memang dipandang dari nilai uang yang membikin banyak orang matanya jadi hijau. Nilainya terletak pada kesaksiaan dan pembuktian sekaligus betapa jelatanya jadi warga negara Indonesia angkatan pertama. Boleh jadi untuk jadi warganegara Amerika atau Brazilia tidak akan sesulit ini. Sedang kewarganegaranmu kau peroleh cuma-cuma. mungkin juga kau tidak peduli apa kewarganegaraanmu.
Nyaris empat tahun ditahan, memasuki tahun kelima justru berangkat ke pembuangan, tanpa tahu duduk perkara. Dan dibuang sebagai hadiah ulang tahun untuk segolong orang yang justru menghendaki kami qo-it! Mungkinkah sudah terjadi kekeliruan? Tidak, karena lebih seribu tahun lamanya wayang mengajarkan : bahkan para dewa pun bisa salah, bisa keliru, tidak kalis dari ketololan, dan : korup! (Nyanyi Sunyi Seorang Bisu)

5. (Contoh lain silahkan ditambahkan dari pengalamannya sendiri-sendiri)

Akhirnya saya memaknai sendiri kemerdekaan itu lebih dari upacara bendera dan kemerdekaan. Betapa orang-orang zaman dulu merasakan hal yang lebih berat. Mereka berperang dan mengangkat senjata, bersimbah keringat karena romusha dan kerja paksa, makan thiwul atau gaplek. Dulu penjajahan bersifat fisik, , dan saya termasuk yang tidak setuju Indonesia dijajah 3,5 abad. Bukannya yang datang tahun 1602 itu VOC, sebut saja koperasi. Sudah adakah negara bernama Indonesia itu? Jangan minder diri terus-terusan, speak up,,,.

70 tahun berselang, ternyata sebagian orang masih belum merasakannya. Tidak perlu bertanya siapa yang salah, karena hanya akan muncul perdebatan yang hanya akan berakhir kalau perut ini sudah kembung karena kebanyakan kopi dan perut sudah mulai masuk angin karena angin malam. Sepertinya semua bisa sepakat, bahwa bentuk penjajahan sudah berubah, dalam bentuk neo-kolonialisme, pemerataan pembangunan, dan satu masalah sensitif yang muncul dalam beberapa waktu terakhir, toleransi antar golongan.

Sangat belum pantas untuk menanyakan, apa yang bisa kita dapat dari negara ini. Negara ini hanyalah benda mati, 230 hingga 250 juta orang inilah yang membuatnya menjadi hidup. 
Kita sendiri lah yang bisa menjawab pernyataan retoris ini "apakah Indonesia sudah merdeka? Kalau belum, apa kontribusi kita esok hari, minggu depan, tahun depan?"

NB: saya selalu tergetar ketika menyanyikan lagu ini. Betapa hidup yang sebentar ini ingin saya manfaatkan sebaik-baiknya untuk bermanfaat untuk Indonesia. Oh Indonesia, betapa aku cinta kamu, apa kamu cinta aku juga? plissss....
--------------------------------------------------------
Tanah Airku
(oleh Ibu Sud)

Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku

Biarpun saya pergi jauh

Tidak 'kan hilang dari kalbu

Tanah ku yang ku cintai

Engkau ku hargai

Walaupun banyak negeri ku jalani
Yang masyhur permai di kota orang

Tetapi kampung dan rumahku

Di sanalah ku rasa senang

Tanah ku tak ku lupakan

Engkau ku banggakan

Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku

Biarpun saya pergi jauh

Tidak 'kan hilang dari kalbu

Tanah ku yang ku cintai

Engkau ku hargai

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tanah Airku
(by Mother Sud)

My homeland,i will never forget it
You will be remembered forever in my life

Even if i go far away

You will never disappear from my heart and mind

My homeland,my homeland i loved,

I appreciate you

Even though i visit many countries,
The countries that famous,scenic at other's land

But my hometown,and my home

There i will happy

My homeland,my homeland i won't forget

I'm proud of you

My homeland,i will never forget it
You will be remembered forever in my life

Even if i go far away

You will never disappear from my heart and mind

My homeland,my homeland i loved,

I appreciate you
(http://lyricstranslate.com/en/tanah-airku-tanah-airku.html)

Bendera merah putih berkibar di sepanjang 500 meter menuju titik akhir dari Grossglockner highway, yang merupakan jalan tol tertinggi di Austria

Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain





Share:

Saturday, August 8, 2015

Manusia(wi) Pernah Berada di Bawah


Update: 12 Agustus 2015, kutipan tulisan dari Pak Dasapta Erwin tentang originalitas saya cantumkan di bawah.
---------------------------------------
Dalam minggu ini, saya mendapati kejutan yang ga saya sangka, lokasi penelitian disertasi saya tidak hanya di teliti oleh dua orang, namun tiga orang. Awalnya ketika hanya dua orang yang sedang meneliti daerah itu, saya masih yakin bisa mempunyai karya yang berbeda dengan kompetitor ketika harus menulis publikasi internasional. Namun ketika ada satu orang tambahan lagi yang meramaikan lokasi penelitian dengan tujuan yang sama, merumuskan genesa dari lokasi yang sedang diteliti, resmi sudah persaingan menjadi sangat sangat sangat ketat. 

Betapa saya akhirnya merasakan atmosfer penelitian jaman dahulu merasuk ke dalam nadi saya, semua orang berusaha menjadi orang pertama yang menemukan sebuah teori..... Eurekaaaaa....

"Saya pasti bisa menyemangati diri saya sendiri", itu keyakinan saya. Walaupun ternyata mengucapkan itu mudah, namun ternyata melaksanakannya sungguh amat sangat super susah sekali. Sudah hampir satu minggu ini saya tidur lebih dari jam 2 pagi untuk memikirkan bagaimana saya harus membuat kemasan disertasi saya berbeda dengan kedua kompetitor saya. Kami mempunyai tujuan penelitian besar yang hampir sama, sampel yang kami teliti kemungkinan besar hampir sama, serta metode dan alat yang akan digunakan pun juga sama. Phiuh, gitar udah digenjreng sekenceng-kencengnya, musik juga, sepertinya saya stress.

Akhirnya saya merasakan, kalau tidak selamanya seorang motivator bisa memotivasi dirinya sendiri. Sangat manusiawi sekali ketika menghadapi masalah, kita merasa di bawah, dan susah untuk bangkit. Hal ini lah yang saya alami sekarang. Seminggu ini adalah titik terbawah saya, dan saya menghabiskan malam-malam ini untuk hal yang tidak bermakna,. Saya catat paling hanya ada satu hal yang bisa bermanfaat di begadang saya yang ga jelas: dari jam setengah 12 malam sampai jam 2 pagi menulis artikel untuk anakbertanya.com untuk menjawab pertanyaan anak setara SD atau SMP.


Untung saya dapat pembimbing yang sangat perhatian dengan saya, Prof Frank Melcher. "Andy, how many hundreds peoples working in Bushveld complex (Bushveld is an area in in South Africa which has well known mine deposits, and Melcher had conducted research about PGE), and until this day, we always found something new and an idea to conduct a further researchs."

Saya langsung semangat lagi untuk melanjutkan penelitian saya. Tapi itu hanya berjalan satu malam saja setelah saya ketemu beliau. Setan bernama keputus-asaan itu datang menghampiri dan membayangi saya dengan bayangan buruk tentang masa depan. Hingga beberapa menit yang lalu sampai saya membuka icon "blogger" ini, keputus-asaan itu masih menghampiri saya. Saya coba biarkan dulu pelan-pelan, sambil mulai menulis apa yang saat ini sedang saya alami dalam blog ini. 

Maafkan saya teman-teman, blog yang seharusnya menjadi tempat berbagi ilmu pengetahuan dan motivasi, akhirnya menjadi tempat saya untuk MEMBANGKITKAN MOTIVASI SAYA KEMBALI.

Saya mulai merasakan, dengan mengalihkan stress saya ke dalam tulisan ini, saya perlahan bisa mengurangi beban yang saat ini sedang saya pikirkan. Saya langsung teringat oleh seorang pengusaha yang pernah memberi saya beasiswa Sarjana dalam Yayasan A.A. Rahmat, namanya Pak Theodore Rahmat. Beliau adalah bos Grup Triputra dengan hampir 60.000 pegawai. Beliau berkata seperti ini.

"Kamu boleh satu minggu mengurung diri di kamar dan menangis sejadi-jadinya, namun di hari ke delapan, kamu harus bisa bangkit.

Kamu boleh saja jatuh pada percobaan ke-10, namun kamu akan bangkit dan memulai lagi pada percobaan yang ke-11. Kamu tidak kehilangan apa-apa, namun kamu belajar bagaimana untuk memulai hal yang baru."

Ini pesan yang dikatakan Umi (Ibu) saya ketika kami berteleponan sore ini. 

"Mas Yayak, kan udah biasa nulis di blog tentang motivasi, nyemangatin orang untuk bangun dan semangat, sekarang gantian sampeyan yang harus nyemangatin diri sendiri. Sampeyan ambil hikmah dari ujian ini. Sampeyan buktikan kalau ga cuma bisa nuturin dan nasehatin orang lewat tulisan, tapi juga bisa buat nyemangatin diri sendiri juga. 

Tidak ada kesulitan yang diberikan Allah di luar kemampuan kita. Allah-lah yang menguji kita semua, makanya sampeyan kembalikan semuanya kepada Allah. Kita ga punya siapa-siapa lagi selain Allah. Berdoa, ikhtiar, insyaAllah sampeyan bisa, Mas. Sampeyan ga sendiri, ada keluarga yang selalu mendoakan untuk kesuksesan sampeyan."
Saya jadi ingat tulisan saya kemarin, "........ jangan-jangan kesuksesan yang kita raih sekarang ini bukan karena kecerdasan dan kepintaran kita, namun karena ada orang tua yang mendoakan kita di heningnya malam."

Dan, ini adalah titik terendah saya, berarti setelah ini, saya harus bangkit dan naik lagi ke atas. Allah selalu menyediakan kemudahan dibalik kesulitan. Ujian adalah ujian paling baik untuk menguji seseorang, apakah dia bisa melewatinya, atau dia gagal melewatinya. InsyaAllah, akan ada jalan untuk ini semua. 
Hidup ini ibarat naik sepeda, sepanjang jalan mana ada jalan yang terus-terusan datar dan lurus. Pasti ada beloknya, ada naiknya ada turunnya. To keep on moving, you have to keep on pedalling. Once you tired, you have to had a break, but remember, you have to start afterwards.


Leoben,
7 Agustus 2015


Makasih banyak Umi dan Abah,
sahabat dan guru paling hebat di dunia. 
--------------------------------

(Phillips and Pugh, 1984, How to get a PhD, Open University Press, Buckingham – Philadelphia)

Menurut para reviewer jurnal berpengalaman, yang pernah saya survei di jejaring www.researchgate.net, originalitas dapat dibagi menjadi dua golongan besar:

Yang pertama, dan yang mudah dicapai, biasanya adalah karya yang menampilkan hasil yang baru. Hasil yang disampaikan tidak mengikuti hasil-hasil yang sebelumnya pernah dibahas atau ditulis oleh peneliti atau penulis sebelumnya. Dalam ilmu kebumian bisa diambil contoh mudah. Ada satu lokasi yang mengandung satu sesar besar. Selama ini sesar tersebut selalu disebut sebagai sesar geser yang homogen di sepanjang bagiannya. Nah, anda sebagai peneliti kesekian, mendapatkan beberapa bukti yang menyatakan bahwa ada segmen tertentu yang lebih cocok disebut sebagai sesar normal. Atau contoh lain, anda datang di satu wilayah perkotaan di tepi pantai yang telah mengalami intrusi air laut dalam bentuk zona. Data anda yang lebih rapat, membuktikan bahwa intrusi air laut tersebut mengikuti jalur-jalur unik menjari. Dari data geofisika, anda dapati bahwa jalur-jalur air asin tersebut mengikuti alur-alur sungai purba yang menjorok ke laut. Pastinya ada banyak contoh lain yang bisa anda cari. 

Golongan kedua adalah karya ilmiah yang menggunakan pendekatan, teknik, atau metode baru, yang sekaligus mampu menyampaikan hasil-hasil yang unik. Pendekatan itu dapat membantu pengembangan ilmu secara signifikan. Bisakah anda cari contoh yang seperti ini. Tidah harusrocket science atau Nobel prize research ya. 

Pendapat lain dari Phillips and Pugh dalam bukunya yang berjudul Hot to get a PhD terbitan Open University Press pada tahun 1984 (masih dicari bukunya), menyatakan bahwa ada 12 cara macam originalitas, walaupun terus terang saya perlu waktu untuk mencari contohnya, yaitu: 
  1. Menjadi yang pertama kali menyampaikan informasi baru, 
  2. Mengembangkan atau berkolaborasi dalam kegiatan riset yang sedang berjalan, untuk menghasilkan hal-hal baru, 
  3. Mengerjakan ulang (mereproduksi) hasil karya orang lain, yang ternyata menghasilkan informasi baru, 
  4. Menciptakan produk (barang) baru, atau mengembangkan yang telah ada sebelumnya untuk menambahkan nilai atau fungsi yang baru, 
  5. Mereinterpertasi teori yang sudah ada, dalam konteks yang berbeda, 
  6. Mendemonstrasikan originalitas dengan menguji ide milik orang lain, 
  7. Mengerjakan riset empiris yang belum pernah dikerjakan sebelumnya, misal membuat kuesioner tentang suatu hal yang belum pernah diuji sebelumnya, 
  8. Menggunakan pendekatan metode yang berbeda untuk menjawab masalah, 
  9. Membuat sintesis informasi dengan cara yang berbeda, 
  10. Menyusun interpretasi baru dari data atau informasi yang telah ada. Sepertinya ini biasa terjadi di bidang /geosains/. 
  11. Mereproduksi suatu riset pada konteks yang berbeda, untuk bidang geosains, misalnya mencoba suatu metode yang pernah dilakukan di luar negeri ke suatu lokasi di Indonesia yang mirip kondisi geologinya, 
  12. Mengaplikasi ide yang sudah ada di lokasi yang baru. Ini juga kerap kita lihat di bidang geosains, 
  13. Mengembangkan perangkat atau teknik multi disiplin untuk memecahkan suatu masalah, 
  14. Mengembangkan portofolio riset, berisi kerangka historis, plus dan minus, sejenis literature review, yang dapat memberikan kontribusi kepada khasanah ilmu pengetahuan, 
  15. Mengadakan kajian yang belum pernah diriset sebelumnya, 
  16. Membuat analisis kritis terhadap hasil riset yang belum pernah diuji keabsahannya, 


Date: 2015-08-11

Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain



Share:

Monday, August 3, 2015

Memilih Masa Depan



Seorang anak lahir di Batu, Malang, hidup di keluarga yang sangat kekurangan. Bapaknya sopir angkot, tidak lulus pendidikan SMP, dan Ibunya yang hanya berkutat di dapur dulunya juga tidak lulus SD. Si anak tinggal bertujuh dalam dua kamar di rumah yang berukuran 6x7 meter. Di balik rumah yang kecil itu, cita-cita kedua orang tuanya sangat besar, nasib anak tidak boleh sama seperti orangtuanya, harus lebih baik. Di rumah yang kecil itu, si anak rajin sekali belajar saat dini hari, karena sepanjang hari kondisi rumah sangat berisik membuat dia tidak bisa belajar.

Sampai akhirnya beranjak dewasa, si anak mendapatkan kesempatan untuk berkuliah di jurusan statistika di IPB melalui jalur PMDK. Namun, si anak ini tidak mempunyai uang untuk berangkat ke Bogor. Dengan berat hati, orang tuanya merelakan untuk menjual angkot untuk membiayai kuliah anaknya. Singkat cerita, si anak akhirnya sukses untuk merampungkan kuliahnya, dan bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta selama 3 tahun, dan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bekerja di Amerika Serikat hingga 10 tahun.

Selang 10 tahun, si anak memutuskan untuk kembali pulang ke Indonesia supaya lebih dekat dengan keluarganya. Dia akhirnya bekerja sebagai motivator, menulis buku, berkeliling dari satu tempat ke tempat lain untuk memberikan semangat kepada anak-anak muda, bahwa kesuksesan bukan milik orang-orang berada, namun milik orang-orang yang bekerja keras, kehangatan keluarga, yang dibarengi oleh doa restu orang tua, terutama ibu. Anak tadi bernama Iwan Setyawan, penulis "9 Summers 10 Autumns, Dari Kota Apel Ke The Big Apple".

*) Tahun 2013, saya pergi untuk melakukan eksplorasi bijih besi di pedalaman Aceh dan bertemu kedua anak ini. Saya lupa namanya. Mereka bersekolah kelas 2 SD dan meminta saya untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumahnya setelah saya pulang dari lapangan di sore hari. Saya baru tahu ternyata mereka mengalami kesulitan untuk membaca. Tidak banyak orang di kampung itu karena dulunya daerah itu adalah kantong separatis militer dan sebagian orang-orang tua di kampung itu yang sebagian besar meninggal karena tsunami. Kemauan kedua anak itu untuk belajar itu sangat besar, namun kondisi sekitar menghambat proses belajarnya. Semoga kamu mendapatkan guru yang sabar membimbing mu ya, Dik.

Sudahkah kita bersyukur dengan kondisi kita sekarang dan berbuat sesuatu untuk masa depan dan orang-orang sekitar kita? Masihkah kita mengeluh karena kesulitan yang sebenarnya tidak seberapa? Masihkah kita berleha-leha dan berharap kita bakal sukses padahal kita tidak melakukan apa-apa untuk mengejar kesuksesan itu?

Sudahkah kita berterima kasih kepada kedua orang tua kita? Jangan-jangan kesuksesan kita sekarang bukan semata-mata karena usaha kita sendiri, namun berkat kedua orang tua yang tidak berhenti mendoakan kita di heningnya malam.
"Kita tidak bisa memilih masa lalu kita, namun kita masih bisa melukiskan masa depan kita"


Leoben,
AYAH


Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain





Share:

Sunday, May 31, 2015

Maaf Pak, Asbaknya Pecah..

Hampir 1 minggu lebih, 60 kg batu saya kumpulkan untuk penelitian disertasi saya. Lokasi penelitian saya ada di Sulawesi Selatan, 8 jam perjalanan darat dari Makassar. Karena jumlah batu yang sangat berat, 51kg saya kirim, sisanya saya bawa melalui bagasu pesawat. Saya kirim batunya dengan jasa kargo. Cara mengirim batu melalui jasa kargo pernah saya ulas disini

Setelah batu saya bungkus dengan karung, saya bawa ke kargo bandara, tiba-tiba ada seorang bapak-bapak paruh baya datang ke saya. Mungkin karena saya membawa palu geologi di tas saya dan membawa 4 sak batu, akhirnya dia penasaran dan datang ke saya. 

A: saya, B: si Bapak, lokasi pembicaraan di kantor sebuah jasa pengiriman barang di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar


B: Mas, mau ngirim batu ke Jawa ya?
A: Iya Pak, saya baru beres penelitian di Latimojong, mau ngirimkan batu ke Bandung.
B: Oh gitu ya Mas. Batu yang dikirim batu akik Mas?
A: (mulai ada yang aneh) Engga Pak, batu biasa aja, buat saya sekolah

B: Hoo, gitu ya,, berarti Mas ngerti tentang akik kan ya?

A: Iya sedikit-sedikit sih Pak, ada apa gitu?

B: Saya boleh minta tolong di cek kan batu akik saya asli atau engga ya. 
(saya lupa, si Bapak menyebutkan nama batu - yang menurut saya adalah nama dagang -, warna nya hijau agak kemerahan. Tapi saya agak merasa aneh, sepertinya ini bukan batuan beku, lebih mirip sedimen hingga metamorf, dan kalau boleh menebak, sepertinya itu marmer).
A: Maksudnya saya cek batu ini asli atau engga Pak?
B: Iya Mas,, 
(Saya keluarin lah pisau lipat saya, yang katanya bisa buat dipakai buat defusal bomb (ada tulisan EOD di pisau saya - Explosive Ordnance Disposal . Sebenarnya saya beli pisau ini sesuai keperluan dasar saya, pisau, gergaji, dan beberapa tools lain yang kira-kira bisa awet kalau ada kebutuhan mendesak)

A:Pak, kalau ini tergores,masalah ga pak?"
B:Oh ndak papa mas, batu saya asli kok

A: Sebelum itu saya coba pisau saya sama asbak ya pak,karena harusnya pisau saya g bisa nggores kaca. Ujung pisau mempunyai skala Mohs kekerasannya 6 (apa itu skala Mohs, silahkan buka tentang pengalaman saya menemukan Topaz di Jambi  dan kalsit dengan belahan yang bagus di Padalarang ). Kaca yang didominasi dengan kuarsa dan zirkon kekerasannya 5,5. Secara teori, kaca akan tergores oleh pisau. Saya asumsikan batu akik tadi keras dengan skala mohs di atas 7. 


A: Pak, saya gores ya asbaknya. 
B: Iya Mas, silahkan. 
(saya gores lah asbak itu sepanjang 3 cm, dan memang tergores. Setelah itu saya tunjukkan bekas goresannya, dan lanjut ngobrol-ngobrol lagi dengan si Bapak).  Selang beberapa menit, tiba-tiba... praaaaang..pecah asbaknya). 
A: Waaah, maaf Pak, asbaknya pecahkan Saya gores sedikit kok pecahnya sampe segitu (sambil garuk-garuk kepala baru sekali jumpa kayak gini)
B: Waduh bisa gitu ya
A: Gimana pak, masih mau diuji batunya?

B: Iya mas ga papa

A: Sebelum itu saya coba yg lain ya Pak. Sebenarnya saya bawa semacam pena yang ujungnya sudah ada mineralnya, mulai dari yang paling lunak sampai paling keras, skala mohs 3-9. Cuma nanti aja Pak kalau Bapak penasaran bisa saya pakai. Saya bawa HCl, kalau HCl saya teteskan ke tembok atau lantai,nanti bakal berbuih krn ada kandungan karbonat (CaCO3). Batu akik ga boleh berbuih, klo berbuih berarti batu bapak bisa jadi marmer. (saya terpaksa bilang tebakan batu saya ke si Bapak).


Saya teteskan lah HCl itu ke tembok, dan tembok karena mengandung kalsit akan berbuih. Marmer pun yang ada di lantai kalau ditetesi HCl juga akan berbuih. 
B: Iya Mas, ga papa...
A: Pak, kalau batunya tergores gimana
B: Ga papa Mas, batu saya asli dan keras kok.
A: Ya sudah saya gores akik bagian belakangnya ya Pak

(Dan....... Batunya tergores....krik krik...)

B: Mungkin Mas nge gores lem nya. Coba aja yang bagian atas ga papa kok

A: Beneran Pak? 
B: Iya Mas,,
A: (Dan....... Batunya tergores lagi....krik krik...) 
B:  %^&*^%$#$#@* (orangnya langsung melengos keluar)

Hmmm,, jadi? Di tengah maraknya penipuan, alangkah baiknya kita mengenali apa itu batumulia. Bagaimana cara mengetahui mana yang asli mana yang tidak? Sebelum kita salah berekspetasi tinggi, saya sempat beberapa kali menulis tentang referensi tentang batu mulia di bawah halaman ini. Selamat bereksperimen dengan Leatherman dan batu akik
Marmer di tambang besi, Waldenstein, Austria. Link bacaan disini

Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain






Share:

Saturday, May 30, 2015

Stone Balancing: Belajar Sabar dari Batu

Leoben, 17.30 - 22.16 CEST

Namaste..
Sore ini saya dapat seorang guru baru bernama, BATU. Secara tidak sengaja, guru itu datang dari seseorang bernama Michael Grab, yang lewat dari timeline fans page "Geomorphology". Dia adalah seseorang yang mempunyai hobi "stone balancing". Setelah lihat beberapa videonya, saya tertarik untuk mencobanya. Karena saya mempunyai banyak batu di laci ruang kerja saya, saya keluarkan saja. Saya lakukan setelah jam kerja, karena saya ingin kerjaan saya produktif, sehingga tidak akan menggangu disertasi. Peridotit, tuff, gamping, slate, kalsedon, gneiss, dan beberapa batu lain yang saya kurang paham itu apa, saya hamburkan di lantai
courtesy : Michael Grab

Mulai lah saya mencobanya. Saya letakkan batu terbesar di bawah, kemudian semakin kecil ke atas, dan.....jatuh.... 

Saya coba lagi menata ulang, berharap saya mendapatkan point of view yang bagus ketika kelak saya foto, kemudian, jatuh lagi....







Masih berpikir bagaimana cara menyeimbangkannya, saya coba kombinasi yang lain supaya tampak menarik, dan jatuh....

Pelan-pelan akhirnya  saya belajar, bagaimana cara nya supaya di kesempatan berikutnya bisa lebih stabil. Tiga puluh menit, satu jam. Setelah itu saya coba lagi, coba lagi, hingga tidak terasa sekarang sudah jam 9 malam, dan baru saja adzan maghrib berkumandang. Apa yang saya dapat selama 3,5 jam ini? Foto yang bagus seperti Michael Grab? Hmm, jauh sekali. Dia bisa meletakkan batu terbesar di atas dengan stabil, sedangkan saya masih berkutat dengan ketinggian kurang dari 50 cm. Tapi selama saya mencoba, banyak perenungan yang dapat. 

courtesy : Michael Grab

Apa hikmahnya buat saya?
Kadang orang hanya menilai hasil yang didapat dari hasil yang dicapai, tapi apakah dia tahu apa yang sudah dilakukan untuk memperolehnya? Silahkan ambil batu di sekitar anda, kemudian cobalah apa yang sudah saya dan Michael Grab lakukan. Anda tidak akan pernah tahu betapa susahnya untuk menyeimbangkan batu kalau anda belum mencobanya. 

Saya tidak tahu berapa puluh jam, berapa ratus jam, atau bahkan beribu jam waktu yang Michael luangkan untuk menjadi seorang yang ahli dalam stone balancing. Sedangkan saya, baru saja memulai 3,5 jam yang lalu dan berharap sesuatu yang besar, mustahil...... 

Kita mungkin sering menganggap remeh pekerjaan, namun sudahkah kita melakukannya sendiri? Misalkan kita sebagai seorang bos atau orang yang berkedudukan lebih tinggi, kita mungkin sering menyalahkan orang, menganggap pekerjaan bawahan kita kurang ini, kurang itu, dan sebagainya. 

Tapi coba kita berkaca, kalau kita sendiri yang mengerjakan pekerjaan tersebut, apakah hasilnya akan lebih bagus, atau malah lebih jelek? Saran saya, sebelum marah, reaktif, selalu renungkan dulu, apakah kita lebih baik dari orang lain? Apakah dia mungkin membutuhkan waktu untuk belajar lebih banyak, sehingga kali ini kita bisa memaklumi kekurangannya?
Karya lain

Berulang kali saya mengutip pernyataan Malcom Gladwel, walaupun saya sendiri belum baca buku "Outlier" sampai habis "untuk menjadi seorang yang ahli, diperlukan waktu 10.000 jam berlatih, dan terus berlatih." Tidak ada hal lain untuk meraih kesuksesan selain dengan kerja keras dan tekun

Kalau mustahil, kenapa ada orang yang bisa menguasai dalam waktu sebentar saja?
Tiap orang mempunyai bakat, ketertarikan dan potensi yang berbeda-beda. Mungkin ada orang yang bisa lebih sabar dalam menata batu dibanding saya, sehingga dia bisa mendapatkan lebih baik. Cemburu kah saya? Saya belajar untuk tidak cemburu, malah seharusnya saya belajar dari dia, bagaimana dia bisa melakukannya dalam waktu sebentar saja, sedangkan saya tidak. Andaikan saya merasa kalah dan tersaingi kemudian saya mundur, saya tidak akan mendapatkan pelajaran yang baru dari orang tersebut.


Merasa rendahkah kalau saya bertanya kepada orang yang lebih ahli? Tidak. Justru saya akan lebih cepat belajar sesuatu yang baru, daripada saya harus belajar sendiri. Dan justru disitu kadang menjadi refleksi untuk saya, sudahkah saya menurunkan ego untuk mengakui orang lain lebih baik dibanding kita, kemudian kita tidak malu untuk bertanya?

Kalau saya meluangkan waktu seperti Michael Grab, tentu lama-lama saya akan bisa menjadi ahli seperti dia. Namun, dunia saya dan dia berbeda. Kami sama-sama bermain dengan batu, namun tujuan akhir kami berbeda. Dia adalah seorang artis stone balancing, setelah dia mendapatkan susunan batu yang dia dapat, dia cukup mengambil foto, kemudian melemparkan batu lain sehingga tumpukan batunya jatuh. Sedihkah? Tidak, itulah kepuasan yang dia dapat dari permainannya. 

Stone balancing dalam kehidupan yang lain?
Maslow mengatakan melalui piramida kebutuhan, bahwa hal yang paling mendasar dari kebutuhan seseorang adalah kebutuhan primer untuk bertahan hidup, sedangkan yang paling tinggi adalah aktualisasi diri dan ketenangan. Banyak orang yang saat ini melakukan meditasi untuk mendapatkan ketenangan, ada juga yang meluangkan waktu untuk menikmati alam, atau juga ada juga yang beribadah supaya mendapatkan ketenangan. Apakah dengan itu semua kita merasakan ketenangan? Kita sendiri yang akan mendefinisikan ketenangan hidup kita. 

Belajar susunan batu dalam posisi miring

Saya sangat bersyukur batu itu jatuh lebih dari 100 kali dalam 3,5 jam. Hampir lebih dari 10 kombinasi susunan sudah saya buat, namun beberapa kali jatuh ketika saya baru mau mengambil hp. Beberapa susunan akhirnya saya dapat Kalau misalkan batu itu tidak jatuh sama sekali dalam percobaan pertama, mungkin saya akan menjadi sombong dan tidak mendapatkan apa-apa dari stone balancing. Tapi dari situ saya tahu, bahwa saya harus memutar-mutar batu dulu supaya ada ruang untuk meletakkan batu dalam tiga titik, atau bisa juga dengan meletakkan butiran-butiran batu yang sudah pecah sebagai landasan supaya tidak terlalu miring. Semua yang dilakukan terburu-buru hasilnya tidak akan memuaskan. Dan dengan berlatih, berlatih dan terus berlatih, seseorang akan menjadi lebih ahli, tidak hanya dalam menata batu, semua bidang kehidupan. 

Seorang pembuat sushi di Jepang konon menghabiskan 7 tahun menjadi pelayan sebelum akhirnya dia menjadi seseorang pembuat sushi. Seorang mahasiswa harus menempa kuliah, membuat tugas akhir kemudian mempertahankannya untuk menjadi seorang sarjana. Seorang Christiano Ronaldo dan David Beckham, punya waktu latihan lebih lama dibanding rekan-rekannya, sehingga mempunyai akurasi tendangan bebas yang sangat baik. Ingin menjadi hebat? Tidak ada yang instan... semua perlu langkah pertama, yang kadang-kadang sangat sulit dan berat. Tapi ingatlah tulisan di buku tulis terbitan Sinar Dunia, Practice makes perfect

Hari ini saya berutang budi dengan batu. Kamu? Kapan mau mulai menata batu :D

Dari Komiknya Si Juki tentang batu, dari link ini

Heiho! Apa kabarnya anda hari ini? Luar biasa?.
Nah kali ini gue bakal ngasih tips yang sangat bermnafaat. Bagi banyak orang sebuah batu gak
punya arti apa-apa. Tapi pada kenyataannya batu bisa diubah menjadi emas.
Proses mengubah batu menjadi emas ternyata gak susah dan gak memerlukan bahan-bahan kimia.
Tips ini gue dapetin dari temen-temen di twitter yang udah bantu ngejawab cara mengubah batu jadi emas.
langsung cek aja sob!
1. Batunya Buat Mecahin Etalase Toko Emas(@hanifah_jolanda)
Cara ini cukup masuk akal. Kalau kaca etalase toko emas pecah, emasnya bisa dikantongin terus batunya ditinggalin. Voila! Batu yang tadinya lo kantongin kini udah jadi emas.



Perhatian : Bila lo masuk penjara, jangan ajak-ajak gue

2. Kawinin Adeknya (@tjredds)
Dengan mengawini adeknya si batu lo bisa manggil batunya (e)mas. Ehm, masuk akal juga sih. Kalau lu masih betah ngejomblo saran gue sih gak perlu lu nikahin adeknya. Lu suruh aja tuh batu beli makanan di warteg. Entar kan ditanyain ama mbak-mbak warteg nya : Karo opo mase?. Fix! Jadi emas.



3. Di Diemin Aja (@SultanSynsysterG)

“Diam itu emas”, jadi batunya didiemin aja biar jadi emas.



Beuh! Gue bangga punya follower yang pada cerdas gini. Kalau semua pemuda-pemudi Indonesia kreatifnya kayak mereka, bukan mimpi kalau beberapa tahun ke depan Indonesia jadi negara yang kaya karena berhasil merubah batu di pelosok negara menjadi emas!

Selamat Mencoba!
Share:

Sunday, April 12, 2015

Kamu-kah Havelaar, Pak Hoegeng yang Ditunggu Bangsa ini?

Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. Tulisan ini saya buat karena saya terinspirasi oleh dua tokoh lama, yang akhirnya saya bisa berkenalan lebih dekat karena saya membaca autobiografi nya. Max Havelaar dan Pak Hoegeng Imam Santoso. Nama pertama pasti lebih familiar bagi banyak orang, karena nama itu masuk ke dalam kurikulum pendidikan (dulu saya mendapatkannya ketika SMP dan SMA pada pelajaran Sejarah), sedangkan nama kedua agak telat saya kenal, persisnya ketika saya sudah di akhir-akhir menjelang lulus sarjana.

Max Havelaar diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, pertama kali oleh HB Jassin


Max Havelaar, adalah judul sebuah novel yang ditulis oleh Multatuli, nama samaran dari E.F.E. Douwess Dekker. Roman ini ditulis pada tahun 1850-an, mengkisahkan tentang seorang Asisten Residen Lebak, yang bernama Max Havelaar, yang ditugaskan untuk menjadi asisten residen di daerah Banten, dan mendapati banyak sekali kecurangan, kebobrokan mental pejabat pemerintahan pribumi oleh Bupati dan Demang (sekelas Lurah/Camat), serta korupsi dari Residen Banten, yang dijabat oleh Belanda. Hanya sebatas itu cerita yang saya dapat ketika saya sekolah. Filmnya bisa dibuat tahun 1976, dan bisa ditonton disini.

Ketika kita membaca lebih detail tentang Max Havelaar, kita akan mendapati sosok berdarah Belanda yang jujur, adil dan berperilaku tegas, baik terhadap pribumi maupun terhadap sesama warga berkulit putih. Di Manado, di tempat lamanya dia bertugas, dia pernah menempeleng petugas keamanan (Letnan) karena ada mandor yang mempermainkan wanita pribumi, namun petugas tersebut bukannya menolong, malah menertawakannya. Karena letnan tersebut tidak terima karena dianggap melecehkannya di depan "jongos" pengangkut kopi, permasalahan diselesaikan dengan "cara Eropa", yaitu dengan beradu pedang 1 vs 1. Max Havelaar menang karena berhasil melukai dahi si Letnan.
Dari Manado, oleh Gubernur Jenderal Belanda, dia dipindahkan ke Lebak untuk menjadi asisten Residen di Lebak. Kira-kira asisten Residen itu sekelas Wakil Bupati. Lebak adalah daerah yang miskin, banyak warganya yang pindah ke kota, padahal disana daerahnya subur, dan banyak sawah membentang luas. Penyebab kemiskinannya adalah budaya untuk bekerja tanpa di bayar di rumah Bupati (mencabuti rumput, memperbaiki rumah), sehingga banyak sawah yang ditelantarkan oleh warganya. Ketika dia menjadi Asisten Residen Lebak, dia melarang praktek korupsi, tanam paksa, dan meminta untuk tuan tanah, Demang dan Bupati untuk membayar upah rakyat dengan adil. Namun yang terjadi, kerbau warga diambil secara paksa, yang digunakan Bupati untuk menyambut kerabat-kerabatnya dari Cianjur dan Bandung, serta banyak warga yang disiksa ketika menuntut upah dari bekerja, dan menuntut kerbau-kerbau yang diambil secara paksa oleh Demang, sebagai pajak untuk Bupati dan Belanda. Di Roman tersebut, diceritakan juga tokoh Saidjah dan Adinda, tokoh pribumi yang melaporkan perampasan kerbau dan kerja paksa kepada Havelaar di Lebak, akhirnya harus meninggal di akhir hayatnya di tangan Belanda.

Di akhir cerita, dia ingin membongkar rusaknya sistem pemerintahan di Lebak, namun malahan dia diteror, dengan meletakkan tas berisi puluhan ular di dekat rumah dinasnya oleh orang-orang yang tidak suka dengan cara memimpinnya yang tegas. Dia akhirnya dimutasi menjadi Asisten Residen di Ngawi oleh atasannya saat itu, karena ternyata atasannya juga terlibat korupsi, dan tidak suka dengan keberadaan Havelaar. Havelaar memilih memutuskan untuk mundur dari jabatan, dan kembali ke Belanda. Dia berkata pada istrinya, Tine, bahwa lebih baik dia mundur dan tetap memegang kejujuran daripada harus mengikuti rusaknya pemerintahan saat itu.

Tokoh kedua yang saya kupas adalah Pak Hoegeng, seorang Jenderal Polisi, namun juga pernah menjabat menjadi Menteri di periode Bung Karno. Beliau mendapat julukan "Polisi Jujur". Kata Presiden Gus Dur, beliau termasuk satu dari 3 polisi yang tidak bisa disogok, karena yang kedua adalah Patung Polisi dan yang ketiga adalah polisi tidur. Beliau pernah menjabat di Medan, Sumatera Utara, dan ketika menjabat disana, beliau heran karena rumah dinas yang seharusnya ditempati, tiba-tiba sudah lengkap dengan perabotan rumah beserta mobil. Padahal, beliau belum mengenal rekan di Medan. Ternyata, seorang pengusaha lah yang mengirimkan itu semua. Pak Hoegeng memilih untuk tinggal di Hotel, dan hanya mau menempati rumah jika barang-barang itu dikeluarkan. Akhirnya, bersama ajudan, dia keluarkan semua barang-barang, dan meletakkannya di depan rumah. 


Hal lain yang patut kita contoh dari Pak Hoegeng, adalah kejujurannya. Beliau diturunkan secara tiba-tiba oleh Presiden Soeharto di umurnya yang masih 49. Kala itu, dia berupaya untuk membongkar sindikat mobil-mobil mewah yang didatangkan oleh salah satu pengusaha. Namun ketika dia membongkar pejabat itu, yang ternyata masih berhubungan dengan bisnis keluarga Cendana. Ketika dia mengetahui informasi tersebut dan menceritakannya kepada Ibunya, Ibunya berpesan, "Ibunda rela makan nasi dan garam asalkan Jenderal Hoegeng jujur". Dan di akhir masa jabatannya, dia tidak mempunyai rumah dan mobil, yang akhirnya Kapolri setelahnya memberikannya dia rumah, dan rekan sejawat patungan untuk membelikannya dia mobil Kingswood. Di masa tua nya, Pak Hoegeng menggeluti hobinya di bidang musik, beraliran Hawaii, dan juga menjual lukisan untuk sekedar menyambung hidup, karena pensiunan nya hanya Rp 10.000,- dipotong Rp 2.500,-, yang akhirnya diubah tahun 2001 menjadi Rp 1.170.000,-. Hmm, dua tokoh yang berbeda zaman, namun keduanya sama-sama mempunyai hal yang sama, yaitu sifat jujur.

Eksplorasi batubara di Mamahak, Mahakam Ulu

Hal yang sama akan kita jumpai, ketika kita akan masuk ke dalam dunia kerja, sebut saja dalam dunia yang digeluti di bidang eksplorasi dan pertambangan. Sebagai contoh, anda melakukan eksplorasi di daerah terpencil, dan tidak ada yang tahu aktivitas anda di lapangan, selain anda sendiri, helper (tenaga harian lokal), dan tentunya Tuhan anda. Anda bisa saja bersantai-santai selama di lapangan dengan harapan mendapatkan upah harian lebih, karena bisa saja, semakin lama anda di lapangan, maka upah anda akan bertambah. 

Core shed, tempat menyimpan hasil pemboran

Atau misalkan ketika dituntut untuk membuat Laporan Eksplorasi, Laporan Studi Kelayakan dari sebuah perusahaan. Dengan data yang didapat, tentunya kita akan mengetahui, sejauh mana perusahaan itu telah melakukan eksplorasi maupun kegiatan pembuatan infrastruktur tentang operasional tambang. Sangat mudah sekali untuk mengubah laporan eksplorasi, misalkan dengan membuat suatu "project" yang tidak layak jual menjadi layak jual, seperti dengan manipulasi data dari data yang didapat dari pemboran, analisa kualitas, dan pelaporan dalam hal sumberdaya dan cadangan.

PLTU di Pelabuhan Ratu

Pernah suatu waktu ketika saya survey sebuah lokasi rencana pemasok PLTU di Sumatera Selatan, saya meminta perusahaan untuk menunjukkan lokasi singkapan batubara, pemboran yang sudah dilakukan, beserta tempat menyimpan hasil pemborannya. Perusahaan sepertinya kebingungan, dan akhirnya mengambilkan saya sebongkah batubara, yang katanya didapat di tepi sungai, namun karena sungai nya sedang pasang, sehingga batubara tidak terlihat. Ketika saya minta untuk menunjukkan lokasi bor, ternyata orang tersebut lupa, dan hasil pemborannya pun tidak disimpan. Ketika anda sudah berbohong untuk pertama kali, maka akan muncul kebohongan kedua, ketiga dan seterusnya. Padahal, perusahaan sudah memasukkan dokumen lelang, yang juga sudah melengkapinya dengan Laporan Eksplorasi dan Laporan Studi Kelayakan. Lalu, data itu darimana ya? Hal ini bukan hanya sekali saya jumpai ketika saya bekerja di LAPI ITB maupun di proyek lain bersama Dosen saya, namun, apa mereka tidak malu ya melakukan itu semua?

Kejujuran dalam Islam
Menulis blog tentang kejujuran itu tidak susah, hanya tinggal menunggu inspirasi datang, kemudian kalimat demi kalimat akan tersusun dengan mudah. Namun hal yang ingin saya lakukan dengan tulisan ini, karena saya sudah menuliskannya dan membagikannya ke publik, artinya saya pun harus konsekuen dengan apa yang saya tuliskan. 
Mengingatkan orang untuk berkata jujur itu mudah, namun menjalaninya sulit, kalau tidak dibiasakan. Tidak ada yang sulit, asalkan ada kemauan

Penggembala sapi di Santolo, Garut

Nabi Muhammad SAW pun mengajarkan jauh lebih banyak dari itu. Beliau mempunyai 4 sifat yang tidak dipunyai oleh orang lain: 
(1) Shiddiq (benar atau jujur), yaitu benar bukan hanya hanya dalam perkataan, namun dalam perbuatan. Semasa kecil, Nabi Muhammad SAW adalah penggembala kambing, pedagang yang jujur, sehingga beliau mendapat julukan Al Amin (yang dapat dipercaya). 
(2) Amanah (yang benar-benar dipercaya). Berkali-kali Nabi Muhammad SAW mendapatkan ancaman dari Suku Quraisy untuk berhenti menyebarkan Islam, namun karena kegigihan beliau karena Islam adalah amanah dari Allah SAW. 
(3) Tabligh (menyampaikan). Segala Firman dan Wahyu dari Allah disampaikan oleh Nabi, tanpa ada yang disembunyikan. Islam yang dulu hanya disebarkan dari kerabat, hingga akhirnya saat ini Islam tersebar di seluruh penjuru dunia. Islam disebarkan dengan kedamaian, sehingga ketika ada kekerasan maupun kejahatan yang mengatasnamakan Islam, maka sesungguhnya, itu bukanlah Islam.
(4) Fathonah (cerdas). Tidak mungkin Nabi Muhammad SAW, yang menjadi orang paling berpengaruh di dunia, menyampaikan Firman Allah, 6.236 ayat Al Quran dengan menjelaskan maknanya, kalau beliau tidak cerdas. Dan beliau pun selalu mengingatkan kepada Umat Islam, untuk terus dan terus belajar, seperti ayat yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad "Iqra' Bismi Rabbikal Ladzi Kholaq", yang artinya "Bacalah dengan menyebut Nama Tuhanmu yang menciptakan." Baca, baca dan baca, itu adalah pintu untuk mendapatkan ilmu.

Saya tidak perlu menanyakan ke orang lain tentang kejujuran itu. Saya hanya bisa bertanya kepada diri sendiri sambil mengajak, "Kamu-kah Havelaar, Pak Hoegeng di Jaman Edan ini?"

Semoga bermanfaat..


Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain







Sumber gambar:
1.http://media.kompasiana.com/buku/2013/10/31/max-havelaar-karya-multatuli-a-fenomenal-indisch-literature-penerbit-padasan-10-november-2013-606417.html
2.http://www.readingmultatuli.com/2014/09/ilustrasi-buku-saijah-und-adinda.html
3.https://bangakrie.wordpress.com/page/5/

Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *