Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Showing posts sorted by relevance for query besi. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query besi. Sort by date Show all posts

Thursday, February 27, 2014

Darimana Asal Pasir Besi?

Umumnya, kita akan senang dan berfoto ceria ketika bermain di pantai yang berwarna putih dibandingkan ketika kita datang ke pasir pantai berwarna hitam. Sekarang, saya coba gali sedikit tentang pasir di pantai, terutama asal mula pasir yang berwarna hitam dan putih.


Pasir berwarna hitam, karena mengandung mineral dengan dominasi unsur besi. Cara mengujinya? Sangat simpel, tinggal dekatkan magnet ke pasir tersebut, pasti banyak mineral yang mengandung unsur besi yang tertarik oleh magnet. Sifat kemagnetan tersebut, kita sebut sebagai ferromagnetik, yang artinya ditarik sangat kuat oleh magnet. Berbeda ketika kita mendekatkan magnet ke pasir pantai yang berwarna putih. Tidak ada butiran yang akan tertarik oleh magnet, kita sebut sebagai diamagnetik, atau sedikit tertarik oleh magnet. Sekarang, kita masuk lebih jauh, mineral apa sih yang terkandung di dalam pasir yang berwarna hitam itu, dan apa yang ada di pasir berwarna putih itu? Pada pasir yang berwarna hitam, mineral yang mendominasi adalah magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), Limonit (Fe2O3.nH2O), Siderit (FeCO3). Semakin gelap warna dari pasir, menunjukkan konsentrasi unsur Fe yang makin tinggi (ilustrasi pasir besi yang tertarik magnet).
Pada pasir yang berwarna putih, mineral yang mendominasi adalah silika (SiO2), zirkon (ZrSiO4), felspar (KAlSi3O8 – NaAlSi3O8 – CaAl2Si2O8) yang berwarna pink, dan sesekali kita jumpai bekas-bekas makhluk hidup (koral) atau gamping (CaCO3), mungkin juga mengandung mineral seperti rutil (TiO2), kasiterit (SnO2), bahkan bisa mengandung mineral tanah jarang (REE) seperti xenotime (YPO4), monasit [(Ce,La,Nd, Th(PO4, SiO4)]. Seperti gambar di atas, yang menunjukkan pasir pantai di Pantai Pelabuhan Ratu, Sukabumi, yang didominasi oleh mineral yang berwarna terang yaitu silika dan felspar. 

Kita bertanya-tanya, mengapa hanya pantai di Selatan Jawa dan pantai di Barat Sumatera umumnya berwarna hitam (walaupun tidak semuanya), dan di pantai Utara Jawa berwarna terang? Syarat utama dari terbentuknya pasir besi adalah gunung api, dan sungai yang mengalir melalui pantai. Gunung api merupaka sumber (source) dari pasir besi, yang berwarna kehitaman. Letak gunung berapi sepanjang Sumatera yang lebuh ke arah Barat, serta Jawa yang lebih dekat dengan sisi Selatan, serta adanya sungai yang mengalir ke lebih dekat ke sisi Barat dan Selatan, membuat pasir besi hasil erupsi gunung berapi yang aktif, tertransportasi ke pantai dan terakumulasi di pantai tersebut. Sumber dari pasir besi ini adalah batuan yang bersifat intermedier hingga basa yang bersifat andesitik hingga basaltik (gambar pasir besi di Rancabuaya, Garut).


Pasir besi termasuk ke dalam endapan sedimenter, karena mengalami proses:
1. perombakan
2. transportasi
3. pemilahan
4. pengkayaan.
Dari gambar di sebelah, tampak pasir besi yang berasal dari gunung berapi, mengalir melewati sungai, berkumpul di sepanjang sungai (terutama pada lekukan sungai), dan mengendap di sungai, muara, hingga menuju laut. Ombak yang menyapu di sepanjang pantai membuat pasir besi terpilahkan dan menjadi butiran bebas, yang terkayakan, dimana mineral dengan nilai specific gravity tinggi akan mengendap, sedangkan mineral yang mempunyai nilai specific gravity rendah akan tercuci dan terbuang. Proses ini terjadi berulang-ulang, sehingga bisa terbentuk menjadi endapan pasir besi yang ditemukan di sungai maupun di pantai.


slide penulis

slide penulis


slide penulis

Aspek politik dan ekonomi vs Aspek lingkungan dan pariwisata
Kegunaan pasir besi sangat banyak, antara lain:
bahan baku industri baja
bahan baku industri semen
bahan dasar tinta kering (toner)
bahan utama pita kaset
pewarna serta campuran (filter) untuk cat
bahan dasar untuk industri magnet permanent
Bagi orang-orang yang berkecimpung di dunia tambang, pasir yang berwarna hitam mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi, dibandingkan yang berwarna putih. Pasir yang berwarna hitam tersebut, karena mengandung unsur besi yang tinggi, dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk konstruksi bangunan, namun bisa juga di ekstrak untuk diambil besi nya saja, untuk dijadikan sebagai bijih besi. Jawa Barat, yang sudah menjadi rumah kedua saya, mempunyai garis pantai 1.000 km yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, menjadi seperti novel "Salah Asuhan", karena adanya pasir besi tersebut, membawa berkah, namun juga membaha bencana bagi orang-orang yang menggantungkan nasibnya pada perikanan, kelautan dan pariwisata.

Bencana itu, kalau boleh saya bilang, ditambah lagi ketika pada tahun 2010 yang lalu, Gubernur Jawa Barat, mengeluarkan surat edaran moratorium pertambangan pasir besi di wilayah Jawa Barat Selatan terkait dengan ditetapkannya UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.

Ahmad Heryawan di Bandung, Selasa, mengatakan dikeluarkannya surat edaran moratorium tersebut berdasarkan kepada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan dan PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan. Menurutnya, surat edaran ini juga ditujukan kepada lima kabupaten, yakni Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur dan Kabupaten Sukabumi, yang kesemuanya berada di Jawa Barat bagian Selatan (gambar di samping adalah lokasi tambang pasir besi di Tasikmalaya).

Mengapa menjadi bencana? Hampir sepanjang Jawa Barat, pantainya berwarna hitam, yang mengandung pasir besi. Dengan adanya edaran tersebut, kegiatan penambangan pasir besi menjadi mati suri, dan kebanyakan malah menjadi ajang curi-curi dari pengusaha yang nakal, yang selalu berkonfrontasi dengan aspek yang lain, yaitu aspek pariwisata maupun aspek lingkungan.

Di tempat lain, ada sebuah Pulau Kecil di gugus taman nasional Bunaken, yang bernama Pulau Bangka. Pulau yang terletak di Kabupaten Minahasa Utara ini, sedang hangat-hangatnya naik ke pemberitaan, mengingat konfrontasi antara dunia tambang dan pariwisata, bakal tidak akan berkesudahan. Seperti buah simalakama memang, mengingat pembangunan negeri ini sangat pesat, pemberlakuan ekspor bijih mentah yang sudah dilarang yang mensyaratkan penambang wajib mengolah bijih mentah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi, dan konflik dengan para penikmat dan pelaku usaha pariwisata, membuat nasib pasir besi menjadi persoalan yang rumit dan berlarut-larut. Di Pantai Cipatujah, Tasikmalaya, penyu yang ada di daerah tersebut menjadi jarang bertelur akibat adanya pada pantai, sehingga pantai yang semula tenang dan tidak terlalu berombak, saat ini menjadi berombak kuat sehingga penyu susah untuk menepi.


Kawasan konservasi penyu di Pantai Cipatujah

Abrasi pada Pantai Cipatujah
Proses pemurnian menjadi pasir besi dengan kadar yang tinggi memerlukan alat yang bernama magnetic separator, yang merupakan kumparan-kumparan yang berbentuk tabung, yang jika dialiri arus listrik, maka mineral yang bersifat feromagnetik akan tertarik oleh magnet, sedangkan yang bersifat diamagnetik akan masuk ke dalam bak penampungan, yang akan diulang terus menerus sampai kadar bernilai ekonomis untuk dipasarkan (gambar disamping). Namun, itu hanya langkah awal dari pengolahan dan pemurnian pasir besi. Bijih ini kemudian umumnya tidak di olah di dalam negeri, namun langsung dipasarkan melalui pelabuhan-pelabuhan, seperti yang ada di Cilacap, dimana nilai dari pasir besi ini masih sangat murah. Padahal nantinya, bijih besi akan masuk kembali ke Indonesia dalam bentuk baja, yang harganya jauh lebih mahal, yang membuat perusahaan baja sekelas Krakatau Steel sempat terseok-seok karena bahan baku yang mahal. Ironis memang, bahan baku milik kita sendiri, namun kita sendiri belum mengoptimalkan potensi yang ada itu. Bagai itik yang mati di lumbung padi.


Terlepas dari carut marutnya konflik pasir besi di Indonesia, memang harus ada sikap tegas dari Pemerintah dan penegak hukum. Dinas Pertambangan daerah akan ompong tanpa adanya tindakan dari aparat kepada penambang-penambang liar, namun akan lebih tak bergigi lagi jika Pemerintah sebagai pembuat regulasi tidak memberikan sanksi sebesar-besarnya kepada pada penambang liar tersebut. Hal ini bukan untuk melarang kegiatan penambangan pasir besi, namun harus mengatur supaya semua pihak yang terlibat dan masyarakat tidak terkena dampak dari aktivitas penambangan. Reklamasi di bekas lahan penambangan bisa dilakukan, seperti riset yang dilakukan oleh Djajakirana, Tjahyandari dan Suprijatno dari IPB (2009), yaitu dengan menambahkan bahan-bahan organik pada lokasi bekas tambang (slide dikutip di bawah paragraf) (gambar kiri adalah potensi pasir besi di Pantai Loji, Sukabumi)






Sudah saatnya Indonesia menjadi negara yang madani, yang tidak hanya bisa mengambil dan menjual bahan alam, namun juga mengekstraksi tidak hanya menjadi bahan logam setengah jadi, namun menjadi bahan jadi.


Foto saya ketika diminta oleh Dosen senior memberi kuliah lapangan tentang Zeolit di lokasi tambang pasir besi di Cipatujah (thx Meiliza buat fotonya)

Tambang besi hematite di Austria


Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain





Sumber:
1.Slide perkuliahan Genesa Bahan Galian, 'Genesa Pasir Besi'
2.http://rovicky.wordpress.com/2008/06/09/gumuk-pasir-sand-dune/
3.http://www.change.org/id/petisi/gub-sarundajang2014-bupati-sompie-singal-tolak-tambang-di-pulau-kecil-selamatkan-pulau-bangka-sulut
4. Reklamasi Lahan Bekas Tambang Pasir Besi Melalui Teknik Ameliorasi In Situ Bahan Organik.Gunawan Djajakirana, Dyah Tjahyandari, Suprijatno. IPB. 2009

Share:

Sunday, April 8, 2018

Taman Bumi Pelabuhan Ratu and Ciletuh

Ciletuh dapat ditempuh sekitar 7-8 jam dari Jakarta atau Bandung dengan menggunakan mobil. Kota terdekat dari lokasi ini adalah Sukabumi. Di taman bumi (Geopark) ini, kita bisa mengunjungi berbagai macam obyek, antara lain air terjun, pantai yang indah, lokasi pandang, dan tentu saja, belajar geologinya. 

1. Pantai loji (bijih besi)
Jika kita berangkat dari Sukabumi, kita akan menjumpai simpang tiga (pertigaan) sebelum mencapai Pelabuhan Ratu. Ambil sisi kiri, yang akan mengarahkan kita ke Pantai Ciawitali- Loji. Setelah 4 km, akan ada persimpangan yang ditandai dengan patung ikan dan ombak. Penting! Ambil jalan ke kanan bawah yang akan mengarahkan kita ke pantai Loji dan taman bumi Ciletuh. 

Di tepi pantai, kita bisa melihat PLTU Pelabuhan Ratu, yang mempunyai kapasitas 3x350 MW. Pantai Loji, berlokasi di sebelah Selatan PLTU ini. Di Pantai Loji, kita bisa melihat pantai yang berukuran hitam, yang mengandung banyak mineral pembawa bijih besi, seperti magnetit, ilmenit dan beberapa mineral aksesoris yang lain (mis. zirkon, rutil). Ketika kita menggali lebih dalam, kita bisa melihat lapisan yang lebih hitam, yang mengindikasikan lapisan yang mengandung kadar besi yang lebih tinggi dibanding di permukaan. 

Pasir Besi adalah endapan pasir yang mengandung partikel bijih besi (magnetit), yang terdapat di sepanjang pantai, terbentuk karena proses penghancuran oleh cuaca, air permukaan dan gelombang terhadap batuan asal yang mengandung mineral besi seperti magnetit, ilmenit, oksida besi, kemudian terakumulasi serta tercuci oleh gelombang air laut. Pasir ini juga berasal dari erupsi gunung api atau berasal dari pelapukan batuan beku yang tertransport hingga pesisir pantai. Lapisan yang bergradasi menunjukkan adanya proses sedimentasi secara bertahap, yang terus berlangsung hingga sekarang.

Kalau kita melihat peta geologi regional (lihat gambar di bawah), kita bisa melihat beberapa formasi pembawa besi umum dijumpai, misalkan dari Citanglar (Surade) dan Cimangkok (Sukalarang, Sukabumi). Pasir ini tertransport melalui sungai yang mengarah ke pesisir laut.
Peta geologi Jampang dan Balekambang (digambar oleh dari Sukamto, 1975. versi pdf tersedia disini)

2. Hotel Cipunaga (breksi)
Dari Pantai Loji, kita lanjutkan perjalanan menuju Hotel Cipunaga. Disini kita bisa menjumpai singkapan breksi volkanik yang berkontak dengan lava yang terletak persis di pinggir pantai. Batu ini adalah termasuk batuan penyusun Formasi Jampang. Formasi ini tersusun atas: 
(i) breksi volkanik, 
(ii) anggota Cikarang terdiri dari tufa dan tufa lapili berselingan dengan tufa berbatuapung, batupasir berbatuapung, tufa gampingan, batulempung tufaan, batupasir gampingan, napal tufaan, breksi, batugamping.
(iii) aliran andesit dan basal, sebagian membreksi dan ditemukan basal bantal dari anggota Ciseureuh. 
Breksi volkanik di Cipunaga
Breksi dan lava dari Formasi Jampang

3. Puncak Darma/ Pasir Muncang/ Puncak Kemiri
Walaupun penyebutan namanya berbeda-beda, lokasi ini populer dengan nama Puncak Darma. Lokasi ini tempat yang ideal untuk melihat amfiteater Ciletuh, dimana kita bisa melihat dinding dari Formasi Jampang (Miosen Bawah, 23-16 juta tahun yang lalu), lembah di sepanjang teluk Ciletuh yang tersusun dari aluvium dan endapan Formasi Ciletuh. 

Nama Puncak Darma dipopulerkan oleh Direktur CV Darma Guna yang bernama H. Opan Sopardi (alm). Di tahun 2004, pembangunan jalan menuju daerah ini dilakukan oleh kontraktor tersebut. 
 Ciletuh amphiteater dari Puncak Darma
Teluk Ciletuh (Ci atau cai= air, letuh=kotor). Air yang berwarna kecokelatan ini berasal dari sungai Ciletuh dan sungai Cimarinjung
Amphiteater Ciletuh dilihat dari arah Barat 
Citra google earth di overlay dengan peta geologi regional
Coret-coretan saya
4. Curug Cimarinjung
Air terjun Cimarinjung, terletak di Desa Ciemas, tidak jauh dari Puncak Darma. Kita cukup menuruni bukit dengan kendaraan (atau berjalan kaki), dan kita akan menjumpai 2 buah curug yang dipisahkan oleh jembatan Cimarinjung. Air terjun di sisi kiri jembatan bisa dikunjungi dengan gratis dan tidak perlu membayar biaya parkir. Kalau kita melanjutkan rute ke Curug Cimarinjung yang kedua, maka kita dipungut restribusi untuk parkir dan dana kebersihan (sukarela). Air sungai Cimarinjung sangat deras dan airnya berwarna kecokelatan. Air sungai mengalir di sepanjang batuan yang mudah tererosi, sehingga airnya yang deras mengerosi bagian bawah dan samping sungai. Hal ini mengakibatkan air sungai menjadi keruh, terutama pada musim hujan. Kalau kita melihat peta geologinya, air sungai CIletuh berasal dari hulu yang banyak mengandung endapan pasir besi (endapan besi Citanglar).  
Curug Cimarinjung yang terletak di sisi Kiri Jembatan Cimarinjung (jika perjalanan dimulai dari Puncak Darma)
 
Curug Cimarinjung dilihat dari etage atas
Curug Cimarinjung dilihat dari etage lebih rendah


5. Curug Sodong-Ngelai-Cikaret-Cikanteh
Curug di atas berlokasi agak jauh dari Curug Cimarinjung (+- 30 menit dengan kendaraan bermotor). Batuan dasar dari air terjun di atas sama seperti batuan dari Curug Cimarinjung, yaitu batupasir tufaan dan breksi dari Formasi Jampang anggota Cikarang. Air yang mengisi air terjun berasal dari Sungai Cikanteh. Curug Sodong disebut juga sebagai Curug Kembar  karena aliran airnya bercabang menjadi dua. Tidak jauh dari Curug Sodong, kita bisa mendatangi Curug Ngelai, Curug Ciateul dan Curug Cikanteh. Saya beruntung bisa mendapatkan dua buah pelangi di kedua air terjun tersebut. 

Saya jadi ingat dongeng berbahasa Jerman tentang pelangi. "Der Leprechaun und das Gold am Ende des Regenbogens". Artinya, di ujung pelangi akan muncul kurcaci dan satu panci penuh berisi emas. 

Sayang, itu cuma dongeng. 
 Curug Sodong
Curug Cikanteh 
Curug Cikanteh
Curug Ngelai. Curug ini mempunyai aliran yang sangat tinggi dan menjulur seperti lidah (ngelai dalam bahasa Sunda)
Matahari tenggelam di tepi Teluk Ciletuh
Di Puncak Darma, Taman bumi Ciletuh
Saya dan dosen saya, Pak Komang

Artikel lain tentang potensi sumber daya alam Sukabumi bisa dibaca di halaman ini . Artikel tentang Geopark Merangin pernah saya tulis di halaman ini. Selamat membaca!

Behind the scene
Tulisan ini ditulis dalam 1 minggu, karena inspirasi yang ga kunjung datang. 
Share:

Saturday, December 29, 2012

Perlit, Panas Bumi, Emas dan Pasir Besi di Kabupaten Garut

Garut, sebuh kota berjarak sekitar 80 km dari Bandung, ditempuh perjalanan dengan kendaraan sekitar 2-3 jam menggunakan motor/ kendaraan, merupakan kota yang banyak dikenal karena domba, dodol, air panas, dan beberapa tempat wisata yang terkenal. Namun, sebenarnya banyak komoditi tambang yang bisa kita ketahui dan manfaatkan dari garut. 

Kalau coba ditengok dari geologi-nya, Garut itu termasuk pegunungan Selatan Jawa Barat. Disini, saya ga akan terlalu banyak membahas tentang geologinya, daripada nanti terlalu berat untuk dibaca, saya coba share yang dasar aja ya. Kita mulai satu-satu ya.

1. Pasir Vulkanik Gunung Guntur
Gunung Guntur atau sering juga disebut Gunung Gede yang berada di Kabupaten Garut mempunyai ketinggian 2,249 meter di atas permukaan laut, memiliki 13 kawah yang keadaannya masih aktif yaitu kawah Ayakan, Picung, Sangiang Buruan, Masigit, Japati, Geulis, Gajah, Parupuyan, Sangiang Jarian, Kabuyutan, Guntur dan Putri. Gunung Guntur mempunyai ciri khas khusus dari  “Hasil Letusan  Gunung  Api Pada  Tahun 1847,  Muntahan  Aliran  Lava membentuk Boot ujung berbentuk Tapal Kuda”. Merupakan fenomena alam yang  langka dan mempunyai karakteristik tertentu, dimana hanya dijumpai di Gunung Guntur sehingga “Perlu dilestarikan dan ditangani secara terpadu”, Baik ditinjau dari segi keilmuan khususnya ilmu kebumian atau aspek panorama alam. Akibat perubahan alam kondisi lereng Gunung Guntur dengan bertambahnya alur-alur dan semakin melebarnya alur-alur tersebut menunjukan material pasir yang turun ke kantong lahar alam terus bertambah

Kenapa pasir vulkanik disini bagus untuk dijadikan konstruksi bangunan? Karena disini pasir nya merupakan hasil erupsi dari gunung Guntur. Pasir ini masih belum terlontar jauh dari sumbernya, sehingga kalau dilihat, pasir ini mempunyai bentuk yang hampir menyudut, sehingga kalau teman-teman menggunakan pasir ini untuk bahan bangunan, ikatan antar butir nya akan melekat lebih kuat satu sama lain. Jadi, sangat logis kenapa pasir gunung berapi lebih mahal dibanding pasir pantai. :D

2. Obsidian Perlite, Samarang
Perlite dan Obsidian merupakan batuan vulkanik yang sebagian besar tersusun atas silika glass (SiO2) tanpa adanya struktur kristal. Obsidian dihasilkan dari lava riolitik yang mendingin secara cepat sehingga hanya memungkinkan terbentuknya glass sementara perlite adalah hasil proses hidrasi sekunder dari obsidian maupun tipe batuan vulkanik glass setelah pengendapan sehingga memiliki kandungan air lebih besar daripada obsidian 
Perlite merupakan produk dari proses pendinginan cepat dari magma berkomposisi riolit membentuk tipe batuan riolit glass yang amorf atau tanpa kristal. Magma riolit kental menyisakan lava yang masih mengandung SiO2 tinggi. Pendinginan lava kaya silika dengan cepat dapat membentuk lapisan endapan obsidian. 

Eksplorasi perlite di  Samarang bermula saat W. Kartawa (1974) (dalam Kurniawati 2010) pernah melakukan  peninjauan singkat yang ditujukan terhadap lokasi keterdapatan dan arah sebaran Perlite. Hasil peninjauan yang dilakukan oleh tim ini dapat diperoleh gambaran bahwa sebaran obsidian sebaran obsidian pada sekitar G. Kiamis ini berbentuk singkapan maupun bongkah-bongkah. Singkapan yang representatif terdapat di S. Cibodas, S. Cikaniri, dekat Kampung Penagan dan tebing baratdaya G.Kiamis. Arah sebaran baratlaut-tenggara dengan kemiringan timurlaut dan sebaran baratdaya-timur laut dengan kemiringan kearah barat laut. Hal ini memberikan gambaran bahwa awalnya Obsidian terdapat dalam kubah. Bongkahanya banyak tersebar mulai Kampung Gadog/ Patrol sampai barat dekat jembatan S. Cibodas (sekitar Cipanas) ke utara menyebar sampai Cibatuipis, Pangkalan, Lemahgandu dan Lereng Baratdaya G.Kiamis. Saya pernah mengunjungi tambang perlit di Thailand, yang ulasannya bisa dibaca disini.

3. Tambang Emas Aneka Tambang, Ciarinem, Papandayan

Daerah tambang emas ini, termasuk ke dalam pegunungan Jawa Barat bagian selatan dengan morfologi berupa perbukitan terjal. Litologi yang dijumpai pada wilayah ini berupa perselingan Lava andesit dan batuan Tuffa yang diprediksi merupakan formasi Waringin bedil-malabar tua dan Kancana. Formasi waringin bedil-malabar tua tersusun oleh Batu andesit dan tuffa yang tersusun oleh mineral piroksen dan horblende. Sedangkan formasi kancana tersusun oleh lava andesit (breksi autoklastika). Endapan hidrotermal ini merupakan  endapan yang letaknya relatif menempati tempat dangkal dengan tinggi suhu berkisar 500-2000 Celcius. Dalam tahap pengendapan mineral tipe ini terjadi reaksi kimia antara cairan sisa magma dengan batuan dinding celah yang dilewati cairan ini, yang dapat merubah susunan kimia maupun tekstur batuan asal itu sendiri dengan diiringi pengendapan mineral yang berharga yang dibawanya.

Di lokasi ini, PT Aneka Tambang sedang melakukan eksplorasi dan berencana untuk membuka tambang emas nya di masa mendatang. Namun mereka mendapat "partner", yaitu penambang liar. Mereka dengan bebas membuat lubang-lubang untuk mengejar urat kuarsa, yang kemudian di bawa dalam karung-karung untuk dibawa ke penggilingan. Miris memang, di saat BUMN kita harus "bersahabat" dengan para penambang liar, karena memang tidak bisa dipungkiri, tantangan sosial memang sulit untuk diselesaikan. Penertiban memang seharusnya dilakukan, sehingga keselamatan dari para penambang itu juga terjaga, karena ketika mereka membuat lubang-lubang galian, nyawa mereka hanya bergantung pada kayu yang menyangga,, bahkan jika batuannya memang sangat kompak, sangat mungkin mereka tidak menyangga batuannya. Subhanallah sekali memang.


4.  Pasir Besi Rancabuaya
Sepanjang pantai Selatan Pulau Jawa, kita ketahui potensi akan pasir besi sangat melimpah. Namun hal ini yang sering kali dimanfaatkan dengan salah, sehingga penambangan pasir besi di garis pantai sering merusak lingkungan, dan bertentangan dengan aspek tata ruang lain, seperti pariwisata dan perikanan. Endapan pasir besi merupakan produk dari rombakan proses kimia dan fisika dari batuan intermediet hingga basa atau batuan yang bersifat andesitik hingga basaltik. Pada beberapa daerah, endapan pasir besi juga diperkirakan berasal dari akumulasi hasil disintegrasi kimia dan fisika seperti adanya pelarutan, penghancuran batuan oleh arus bawah laut, pencucian secara berulang, transportasi, dan pengendapan.Endapan pasir besi juga diyakini merupakan endapan sedimenter placer. Model endapan pasir besi juga beragam, salah satunya adalah berupa lenses structure dengan kandungan magnetit yang beragam ke salah satu arah.

Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin.mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Magnetit adalah komoditas utama dalam endapan pasir besi dimana kandungan Fe nya besar dan dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri besi dan baja.Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik 
-------------------------------------
Sebenarnya masih banyak komoditi Garut yang masih belum diangkat, seperti tambang emas rakyat di Cihideung, batu mulia Krisopras di Caringin, Bungbulang, panas bumi di Kamojang dan Darajat... Tulisan lainnya saya masukkan ke dalam halaman ini tentang potensi panas bumi di Kamojang, panas bumi di gunung Ciremay serta tentang Papandayan.


Potensi daerah lain juga sudah saya tulis, untuk Sukabumi dan Tasikmalaya.


Semoga bermanfaat ya. 
Salam Eksplorer... Anda melihat, anda mengingat, dan anda akan menceritakannya kepada dunia.. 

AYAH

Di jembatan Bambu yang melintas di Sungai Cikandang, tambang Emas Ciarinem, Papandayan

Sumber:
1. Artadana, I P E, 2011. “Geologi, Alterasi Dan Mineralisasi Daerah Nyerengseng Dan Sekitarnya,
Kecamatan Cisewu,Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat”. Skripsi Sarjana. Jurusan Teknik
Geologi.UPN Veteran. Jogjakarta.
2. Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan, 2009. “Peluang Investasi dan Bisnis Bidang Energi Dan
Sumber Daya Mineral”. Pemerintah Kabupaten Garut. Tidak dipublikasikan
3. Hendrasto, M. 2009. Guntur, Jawa Barat, http://portal.vsi.esdm.go.id/joomla/index.php.
4. Kurniawati, D. 2010. “Karakteristik Perlite Gunung Kiamis Daerah Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat”. Tugas Akhir. Institut Teknologi Bandung. Tidak dipublikasikan

Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *