Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Monday, July 1, 2013

Bikecamping di Situ Gunung, Sukabumi




Kamis malam itu, susah rasanya menutup mata untuk mempersiapkan camping besok pagi. Entah kenapa, tiap ingin menikmati indahnya alam dengan sepeda, saya selalu tidak bisa tertidur pulas, malah memikirkan bagaimana perjalanan besok. Saya berencana untuk mengayuh pedal saya ke arah Barat dari Bandung, menuju sebuah danau di Taman Nasional Gede Pangrango, yaitu Situ Gunung.

Pukul 8 pagi, saya bertiga dengan kedua teman saya memulai perjalanan dari Gerbang Ganesha, Institut Teknologi Bandung. Saya memakai sepeda tua yang sudah dipasang rak dan pannier untuk membawa peralatan makan dan tidur, sedangkan kedua teman saya memakai sepeda gunung. Bikecamping, begitu istilah yang sering dipakai oleh komunitas pencinta bersepeda sambil membawa barang-barang sambil camping di lokasi yang akan dituju. Dari hasil penelusuran saya, perjalanan dari Bandung akan menempuh sekitar 120 km, dan karena saya ingin menikmati perjalanan ini, kami tidak mempermasalahkan kapan kami akan tiba, yang penting kami bisa sampai di lokasi yang kami tuju.

Perjalanan kami mulai menelusuri ke arah Padalarang, yang  didominasi oleh truk yang mengangkut batu kapur. Perjalanan terasa cepat, karena jalur yang kami lalui merupakan jalan raya antar kota, dengan elevasi yang relatif datar dan banyak menurun.

Setelah mencapai jembatan panjang yang menjadi batas antara Rajamandala dengan Cianjur, saya menyempatkan diri mengambil foto di atas sungai Citarum. Setelah jembatan tersebut, di kanan kiri banyak penjual cincau menjajakan dagangannya, seperti menyambut pelancong dari arah Bandung untuk beristirahat sejenak   sebelum melanjutkan perjalanan ke arah Cianjur.
Dari Cianjur, jalan raya yang ditempuh datar, dengan pemandangan sawah padi. Bus mulai tampak berseliweran menemani perjalanan kami. Disini kesabaran goweser mulai diuji, karena cuaca yang cukup panas (sekitar jam 10-11 siang), dengan rute yang datar, dan bus-bus besar yang mulai meng-klakson kami kalau jalan kami terlalu menutupi jalan yang akan mereka lewati. Yah, memang jika kita berjalan di jalan raya antar kota, kita harus banyak mengalah dengan pengendara lain dengan ukuran lebih besar, seperti bus dan truk.

Selepas dari Cianjur dan istirahat Sholat Jumat, saya melanjutkan perjalanan Cianjur-Warung Kondang. Dari Warung Kondang menuju perbatasan dengan Sukabumi, perjalanan mulai menanjak perlahan. Menurut saya, disini rute yang paling menguras tenaga, karena tanjakannya lumayan panjang, dimulai dari Warung Kondang hingga Gekbrong. Melahap tanjakan ini cukup lama, karena saya baru masuk ke perbatasan Sukabumi pada pukul 6 malam.


Setelah masuk kota Sukabumi, saya langsung melanjutkan perjalanan ke Cisaat, untuk melanjutkan perjalanan ke Situ Gunung. Perjalanan dari Cisaat menuju Kadudampit - Situ Gunung ternyata tidak kalah menantang. Perjalanan 9 km terakhir merupakan perjalanan paling indah saya. Jalanan benar-benar sepi (jam 9 malam start dari Polsek Cisaat), dan ketika itu di Kadudampit, sedang terjadi pemadaman lampu. Jalanan menanjak  dari ketinggian 600 meter di Polsek Cisaat, hingga Situ Gunung di ketinggian 1050 meter, kami bertiga lewati dalam 2 jam, hingga jam saya menunjukkan pukul 11 malam. Barulah saya mencapai gerbang Situ Gunung, Taman Nasional Gede Pangrango.


Dari pintu masuk, saya harus menuntun sepeda saya menuju pinggir danau, karena jalanan berbatu menyulitkan saya untuk menunggangi sepeda tua saya. Alhamdulillah, setelah menuntun sepeda sekitar 15 menit, saya mencapai tepi Situ Gunung, dan letih selama perjalanan Bandung-Situ Gunung, terbayarkan sudah. Keheningan, kesunyian, dan kedamaian, menikmati pantulan sinar bulan di danau nan asri. Terlebih ketika pagi hari datang, dingin menusuk, membuat saya enggan untuk bergegas pergi dari indahnya belaian kabut di Situ Gunung.

Share:

Wednesday, June 19, 2013

Belaian Embun Situ Sangkuriang


Bandung, ibukota Provinsi yang dibangun oleh Belanda tidak berdekatan dengan pelabuhan, merupakan sebuah fenomena alam yang indah, karena dikelililingi oleh alam yang sejuk, dan dikelilingi oleh perbukitan dan gunung. Jika kita berdiri di tempat yang cukup tinggi di Bandung, kita dapat melihat adanya Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Burangrang, Gunung Palasari dan Gunung Bukit Tunggul di sisi Utara, di Bagian Barat terdapat perbukitan kapur Padalarang-Ciatatah-Rajamandala (Gunung Masigit, Pasir Bancana, Pasir Pawon, dll), di bagian Timur terdapat Gunung Manglayang dan Gunung Masigit-Kareumbi, dan di bagian Selatan terdapat Gunung Malabar, Gunung Tilu dan Gunung Patuha. Hampir di tiap lokasi gunung tersebut ditemukan obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi, seperti obyek wisata Tangkuban Perahu di sisi Utara, Goa Pawon di Pasir Pawon-Citatah, Kawah Putih di Gunung Patuha, serta Kawasan Konservasi Kareumbi di Gunung Masigit, Kareumbi. Aduhai, betapa indahnya Bandung ini. Namun kali ini, saya coba membagi sedikit yang saya tahu tentang obyek wisata di sisi Utara Bandung, tentunya dengan sedikit bumbu "geologi", supaya tulisan di blog ini tetap pada jalurnya sebagai blog yang edukatif.

Gunung Bukit Tunggul dari Situ Sangkuriang

Gunung Bukit Tunggul, merupakan salah satu sisa dari letusan Gunung Sunda, dimana gunung ini mempunyai ketinggian 2.208 mdpl. Di kaki sebelah Selatan Bukit Tunggul, terdapat perkebunan kina yang dikelola oleh PTP VIII Bukit Unggul (entah mana yang betul, Bukit Tunggul atau Bukit Unggul). Asal muasal Bukit Tunggul menurut legenda Sangkuriang, berasal dari kayu dari pohon yang tumbuh di bagian Timur, dimana tunggul (pokok pohon, dalam bahasa Sunda), yang menjadi bahan untuk membuat perahu yang disyaratkan oleh Dayang Sumbi (cerita sejarahnya dapat dilihat disini). Bukit Tunggul tersebut, berada di Desa Cipanjalu, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, yang menghubungkan antara Lembang dengan Ujungberung. Daerah ini bisa dicapai dari Maribaya-Cibodas-Bukit Tunggul, atau dari Ujungberung-Tanjakan Panjang-Palintang-Palasari-Bukit Tunggul.

Situ sangkuriang

Di Situ Sangkuriang, terdapat mata air yang diperkirakan menjadi sumber dari Sungai Cikapundung, yang mengalir dari Lembang ke Kota Bandung. Jika dilihat secara geologi, mata air merupakan pertemuan antara 2 litologi yang berbeda, dimana air mengalir di antara rekahan-rekahan batuan, atau pada pertemuan antara batuan yang bersifat permeabel (dapat mengalirkan air), dengan yang impermeabel (susah ditembus air). Kalau kita lihat pada peta geologi dan morfologi, Situ Sangkuriang berada tepat di cekungan antara Gunung Bukit Tunggul dan Gunung Palasari. 


Peta geologi lembar Bandung yang menunjukkan lokasi Bukit Tunggul dan Situ Sangkuriang

Dari peta geologi, Situ Sangkuriang berada di Formasi yang berwarna jingga hingga cokelat dengan kode Qyu, dimana Qyu adalah Hasil Gunung Api Tak Teruraikan yang terdiri dari pasir tufaan, lapili, breksi, aglomerat. Sebagian berasal dari Gunung Tangkuban Perahu dan sebagian berasal dari Gunung Tampomas. Sedangkan di bagian Selatan dari Situ Sangkuriang, formasi ditandai oleh kode Qc dimana, Qc adalah Koluvium, yang terdiri dari reruntuhan pegunungan hasil gunung api tua, berupa bongkah batuan beku antara andesit-basal breksi, batupasir, lempung dan tufa. Adanya kontak antara 2 formasi tersebut memungkinkan adanya air tanah yang keluar, dan mengalir mengisi cekungan, yang oleh warga dibendung, menjadi Situ Sangkuriang dan Curug Batu Sangkur.

Jika dilihat, daerah yang didominasi oleh persawahan dan perkebunan kina tersebut merupakan daerah yang sangat subur, dimana hampir di sepanjang pengamatan saya, tidak ada tanah yang tidak ditanami oleh warga. Pada beberapa titik, saya melihat adanya kenampakan terasering oleh warga yang teratur, yang biasa disebut oleh goweser sebagai jalur circle crop, yang melingkar sepanjang bukit. Tanah yang tebal, merupakan produk dari gunung api purba, sehingga pada daerah tersebut, abu gunung berapi terakumulasi sehingga membentuk lapisan tanah yang subur.

Crop circle di kala hujan 

Crop circle dengan pemandangan Gunung Palasari (di kala cerah) (foto: Yogie Subrata)

Hal lain yang bisa diamati adalah fenomena Sesar Lembang, yang tepat melintasi Gunung Palasari. Sesar yang relatif berarah Barat-Timur ini dapat diamati dengan jelas, jika kita melewati Maribaya-Cibodas, dan kita menengok ke gawir terjal. Adanya gawir tersebut ditunjukkan oleh adanya kontur kasar, yang berubah menjadi halus, dan sangat jelas jika dilihat pada penampakan di citra yang didapat dari google maps.

Sesar lembang yang melintasi Gunung Palasari dan Palintang, yang berarah ke Cibodas, Lembang dari citra Google Maps
Gawir sesar lembang (di jalan antara Maribaya-Cibodas melihat ke arah Selatan)

Nah, ternyata dengan berjalan-jalan, banyak bukan yang bisa dipelajari dari sekitar kita. Memang, alam kita merupakan laboratorium yang tiada habisnya untuk kita amati. Saya datang kemari, ditemani oleh Three Musketeer (Gumi, Firly dan Obi), serta teman-teman dari Bikepacker Indonesia, yang menemani saya bergowes dari Ujungberung sampai pintu masuk PTP Bukit Unggul, namun sayangnya rombongan Three Musketeer tidak bisa ikut saya menikmati Situ Sangkuriang karena harus kembali lagi ke Bandung. Semoga sekelumit cerita yang ngalor ngidul ini bisa memotivasi teman-teman, tidak hanya mengagumi keindahan alam di sekitar kita, namun juga melihatnya dari sisi yang lain.

end.of.paragraph.

GeoEducative Blog
Follow me: @andyyahya
Three Musketeer (dari ki-ka: Gumi, Firly dan Obi)
Warung di Tanjakan Pines

SD Palintang

Membelah Gunung Palasari dari Palintang
Perkampungan warga di kaki Palasari
Berlatarkan Gunung Palasari

Situ Sangkuriang berlatarkan Gunung Bukit Tunggul
Situ Sangkuriang, melihat ke arah Barat
Tanggul buatan untuk membendung Situ Sangkuriang


Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain





Share:

Friday, May 31, 2013

Lombong Emas yang Menggurita di Ciseuti, Purwakarta

Beberapa waktu lalu, saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi tambang rakyat yang berada di Purwakarta. Lokasi itu merupakan tambang emas rakyat yang berada di Gunung Cimuringis, Desa Ciseuti, Purwakarta. Pada daerah tersebut, dilakukan kegiatan penambangan emas rakyat, dimana di sepanjang lereng gunung tersebut, sudah banyak ditembus oleh terowongan-terowongan yang saling menggurita satu sama lain. Pada lokasi tersebut, para penambang mengambil bongkah-bongkah yang dimasukkan ke dalam karung, dimana proses pengolahannya dilakukan dengan menggelundung sampai bongkah berukuran halus. Jika penambang tidak mempunyai cukup dana untuk menggelundung batuan tersebut, mereka hanya meremukan batuan hingga sangat halus dengan menggunakan palu, kemudian didulang persis di depan lombong mereka. 

Sedikit miris memang melihat aktivitas mereka di lombong-lombong itu. Tidak semua lubang yang mereka buat di sangga oleh kayu, yang mereka sebut sebagai stake. Hanya berdasarkan intuisi dan pengalaman saja, mana yang harus disangga, mana yang tidak. Memang, ketika saya coba masuk ke dalam lubang tersebut, saya melihat sendiri, batuan yang ada di dalam sana relatif keras, dengan kondisi air yang tidak banyak. Tapi, kita tidak akan tahu bagaimana kestabilan dari lubang tersebut di masa mendatang. Sudah jelas, pada lokasi yang dekat dengan vein, alterasi akan berkembang dengan intensif, dimana alterasi merupakan kumpulan dari mineral-mineral, yang umumnya muncul sebagai mineral lempung. Pada alterasi tersebut, batuan umumnya lunak, sehingga cukup mengkhawatirkan juga membiarkan batuan tidak disangga. Dan kalau kita lihat, vein atau urat sebagai jaring-jaring yang saling menjemari satu sama lain, urat merupakan media lewatnya air, yang bisa terhubung satu sama lain. Hal ini yang dapat menjadi media yang bersifat porous, yang bisa sewaktu-waktu mengalirkan air ke dalam lombong.

Ironi memang kalau harus menangani tambang rakyat seperti ini. Bukan permasalahan yang mudah untuk Dinas terkait dalam rangka menertibkan penambang-penambang tersebut. Belum lagi, dari referensi yang saya baca dari halaman internet di Kompas dan  Pikiran Rakyat pada link berikut:
http://regional.kompas.com/read/2011/08/20/12503680/Tambang.Emas.Purwakarta.Dihidupkan.Lagi
dan http://www.pikiran-rakyat.com/node/124647 . Pada salah satu kutipan dari berita tersebut, pemilik dari lokasi tambang di Purwakarta ini adalah keluarga Panigoro, yang besar melalui Medco Group. Harusnya, kegiatan penambangan di lokasi tersebut dikelola lebih layak lagi, karena kesehatan, keselamatan para penambang, tidak sebanding dengan emas yang akan mereka dulang maupun mereka dulang untuk kehidupan sehari-hari. Lagi-lagi, pernyataan retoris inilah yang akan muncul "perlu adanya sinergi antara lembaga, baik Dinas Pertambangan, pemilik usaha pertambangan, serta penambang itu sendiri, supaya aktivitas penambangan berjalan dengan baik".


Yah, sekali lagi, saya hanya memaparkan kondisi yang ada di sekitar kita, untuk mengingatkan, banyak orang di luar kita yang tidak lebih beruntung dari kita. Kita harus banyak bersyukur, karena dunia tidak seindah nasi hangat yang terhidang di depan piring kita setiap harinya. Lakukan apa yang kamu bisa untuk duniamu, dan berkaryalah untuk kemajuan bangsa dan negaramu.




GeoEducative Blogspot
follow me: @andyyahya

Saya ketika berada di salah satu lombong emas bawah tanah di Ciseuti, Purwakarta

Share:

Tuesday, May 14, 2013

Tuesday, May 7, 2013

[VIDEO] Memasukkan Parameter Dalam Pemodelan Blok - Studio 3 Datamine

@andyyahya
Cara memasukkan parameter pemodelan blok model pada Studio 3 Datamine

Share:

Friday, April 5, 2013

[FULL PAPER] Integrated Exploration Method to Determine Cu Prospect in Seweden District, Blitar, East Java

Alhamdulillah, tulisan saya masuk ke dalam Procedia Earth and Planetary Science , salah satu prosiding internasional yang dibawahi oleh Elsevier. Saya coba lampirkan link download nya, siapa tahu ada yang membutuhkan untuk membantu referensi dalam menulis, terutama yang berkaitan dengan epithermal atau pun mineralisasi di Jawa Timur bagian Selatan.



Link download abstract bisa langsung menuju ke http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1878522013000106 . Kalau di tempat nya belum berlangganan sciencedirect, kontak saja saya via email, dengan senang hati akan saya kirimkan. Demi kemajuan bangsa kita supaya kita bisa bersaing dengan bangsa lain.

Sedikit tidak akan pernah habis walau dibagi, mari berkarya.

Salam,

GeoEducative blof\g
@andyyahya
Share:

Tuesday, March 19, 2013

Membuat kontur dari data SRTM dan Global Mapper

UPDATE AGUSTUS 2015



Suatu waktu, kita sebagai seorang yang banyak berkecimpung di dunia geologi, geodesi, maupun di dunia tambang, dituntut untuk bisa membuat peta, penampang dari suatu lokasi atau area yang belum pernah kita ketahui sebelumnya. Jika data yang kita miliki sudah lengkap, maka akan tidak masalah untuk membuat peta tersebut. Namun, jika kita belum mempunyai data sama sekali mengenai lokasi tersebut, bagaimana kita dapat menghasilkan peta yang baik? Terutama jika pada daerah tersebut belum pernah di-peta-kan sebelumnya, misalnya dengan LIDAR, sehingga belum ada data kontur di daerah tersebut?

Hal ini saya alami, ketika saya diminta untuk mengeluarkan kontur dari data SRTM, yaitu Shuttle Radar Topography Mission. Memang sudah banyak teman-teman blogger maupun website yang menyediakan bagaimana cara men-download file SRTM dan membuat kontur tersebut. Namun hal itu tidak menyurutkan jari jemari saya untuk tetap mengetik, maklum, sedang gatal-gatalnya untuk menulis. Hehehe...

Hal yang pertama kali dilakukan, adalah mengetahui koordinat lokasi yang akan kita cari. Sebagai contoh, saya diminta untuk mencari peta kontur daerah Banda Aceh, Sumatera. 

1. Masuk ke dalam alamat web: " http://srtm.csi.cgiar.org/SELECTION/inputCoord.asp " , kemudian pilih lokasi yang akan di cari 

2. Pilih menu download-nya,, saya menggunakan "download http" supaya memudahkan proses mengunduh

3. File akan ter-download dalam format tif, dengan tampilan seperti hitam putih.

4. Buka software Global Mapper, kemudian buka file SRTM dengan ekstensi .tif tersebut

5. Klik "file > generate contours > dan masukkan spasi antara kontur yang ingin dimasukkan. Semakin rapat konturnya, maka akan semakin lama proses rendering-nya. Saya gunakan spasi 50 meter untuk keperluan peta kontur saya

6. File SRTM akan secara otomatis membuat kontur, kemudian save dengan "export vector data > export dxf"

7. Buka dengan menggunakan software AutoCAD, dan rapikan kontur yang ada.


Walaupun sedikit, semoga bermanfaat... Sedikit akan lebih bermakna jika dibagi, daripada banyak namun tidak berarti jika disimpan sendiri.

Klik gambar di bawah untuk melihat tutorial software yang lain.


Salam GeoEducative
follow me : @andyyahya
Share:

Sunday, February 10, 2013

Lava Basalt Pasir Impun Menanti Konservasi




Sambil gowes, sambil melihat keindahan alam kota Bandung, terutama melihat singkapan geologi yang ada di sekitar Cekungan Bandung. Lava basalt yang berada di Bandung Timur, bisa ditempuh dari Pasir Impun, Cicaheum, maupun Cikadut ke arah Utara.  

Basalt adalah batuan beku ekstrusif yang berwarna gelap, berbutir kristal halus,  secara megaskopis, bila dalam keadaan segar, basalt dapat dikenal dari warnanya yang hitam atau gelap dan dengan butiran kristal mineral yang halus. Di lapangan, basalt dapat hadir dalam bentuk tubuh intrusi atau sebagai aliran lava. Sebagai tubuh intrusi, pada tubuh basalt dapat terbentuk kekar tiang (collumnar joint). Sebagai aliran lava, dapat dikenal dari adanya indikasi aliran dalam bentuk lubang gas atau mineral dengan orientasi arah tertentu. Di lapangan, basalt dapat juga ditemukan sebagai lava bantal (pillow lava)  yang menunjukkan genesa pembentukan di bawah air (laut, sungai, danau atau es).

Di sepanjang perjalanan menuju tambang, penduduk lokal banyak yang menggunakan bahan tambang sebagai batu templek sebagai ornamen dekorasi bangunan. Lava basalt ini ditambang menggunakan peralatan tambang mekanis, dengan cangkul dan linggis, dan diangkut menggunakan truk. Sangat simple, namun multiplier efeknya berarti untuk banyak orang. 
Konservasi sumberdaya sudah harus kita pikirkan sejak saat ini. Bukan untuk melarang, menutup, atau memboikot kegiatan tambang, karena kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari bahan tambang. Bahan tambang merupakan sumber daya yang tidak terbaharui, sehingga, kegiatan penambangan yang berwawasan lingkungan sudah harus mulai dipikirkan dan dikelola dengan lebih baik, serta masih di konservasi sehingga anak cucu kita kelak masih bisa melihat fenomena ini.

Tetap sehat, tetap semangat, Salam gowes, Salam betis gatotkaca.





Share:

Monday, February 4, 2013

Metode Eksplorasi Terintegrasi untuk Delineasi Endapan Cu di Seweden, Kabupaten Blitar, Jawa Timur

Banyak penelitian yang dilakukan di sepanjang busur kepulauan di Indonesia, terutama di zona subduksi antara 2 lempeng, dimana diperkirakan pada zona-zona tersebut, terdapat banyak mineralisasi logam berharga. Seperti yang saya lakukan kali ini, penelitian untuk mengetahui karakteristik mineralisasi logam di Selatan Jawa Timur, terutama di Kabupaten Blitar.

Daerah yang saya teliti bernama Desa Seweden (baca Suweden, bukan sweden seperti mengucapkan Swedia dalam bahasa Inggris). Daerah ini terletak di sebelah Selatan Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Bulan September 2012, pada sebuah konferensi Internasional yang berjudul CINEST 2012 (International Symposium on Earth Science And Technology) yang dilaksanakan di Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat. Peserta dari konferensi sangat beragam, mulai dari tuan rumah, Indonesia; penyandang dana utama, Jepang, kemudian dari Papua Nugini, Filipina, Malaysia, Kamboja, Thailand, Mongolia, bahkan hingga Republik Ceko. Saya coba memberikan abstrak dan gambaran penelitian yang saya lakukan, dimana menggabungkan semua metode eksplorasi, dimulai dari analisis kelurusan dan alterasi, dan menggabungkan dengan data yang diambil di lapangan melalui pemetaan geologi, hingga analisis di laboratorium.



Integrated Exploration Method to Determine Cu Prospect
In Seweden District, Blitar, East Java

ABSTRAK

Wilayah Seweden terletak di jalur pegunungan Selatan Jawa menunjukkan adanya indikasi keterdapatan endapan logam polimetalik. Wilayah ini diindikasikan berada pada Formasi Campurdarat yang dicirikan oleh batugamping kristalin dan sisipan lempung, serta Formasi Mandalika yang dicirikan oleh perselingan breksi gunungapi, lava andesit-basalt, tuf, bersisipan tufan, batulanau dan batulempung.  Daerah Seweden dipilih karena daerah ini memperlihatkan jejak alterasi dan mineralisasi, serta adanya aktifitas magmatik yang tersingkap baik di lapangan. Dilakukan analisa petrografi dan analisis XRD, dimana hasil identifikasi mineral ubahan adalah kuarsa (SiO2), dickite (Al2Si2O5(OH)4) dan pirit (FeS2), dan dari hasil petrografi didapatkan mineral serisit, plagioklas, mineral kriptokristalin dan mineral opak. Batuan terubah nampak tersilisifikasi, dimana fragmen yang disusun oleh kuarsa, relik fragmen mineral terubah ke serisit. Dari hasil analisis kadar pada sampel stream sediment, bulk gold, konsentrat dulang, didapatkan kadar Au bervariasi antara 4 ppb dari sampel stream sediment, 56 ppb dari sampel dulang, 110 ppb dari grab sample, dan 293 ppb dari sampel bulk gold. Dari hasil pengamatan dan analisa, diperkirakan daerah penelitian dipengaruhi oleh adanya aktivitas hidrotermal yang mengontrol adanya mineralisasi.

=======================================================================


ABSTRACT


Seweden district is located in the mountain range of Southern Java shows the indication of polymetallic mineralization. The area of study is characterized by the crystalline limestone, claystone intercalation (Campurdarat Formation), and andesitic-basaltic-lava, porphyry lattice, rhyolite, dacite (Mandalika Formation). This area is chosen as the presence of copper mineralization, strong alteration, and magmatic activities that exposed because of the human activities. 
Aerial photo shows that the lineaments structure dominated in the area of study. Petrography and mineragraphy analysis shows the alteration mineral e.g. quartz (SiO2), dickite (Al2Si2O5(OH)4), pyrite (FeS2), sericite KAl2[Si3AlO10](OH,F), plagioclase (NaAlSi3O8) and cryptocrystalline mineral. Silicified quartz is clearly identified, where the fragment consist of quartz and sericite mineral.
Geochemical study in this area is taken by analyzing samples from stream sediment, Bulk Leach Extractable Gold (BLEG), panned concentrate and rock chip samples. Gold grades varies from 4 ppb (stream sediment sample), 110 ppb (rock chip sample), 56 ppb (panned concentrate sample), and 293 ppb (BLEG sample). Copper grades varies from 1760 oom (rock chip sample), 66 ppm (panned concentrate sample). It is predicted that hydrothermal activities in Seweden district controls the mineralization.

full paper "Integrated Exploration Method to Determine Cu Prospect In Seweden District, Blitar, East Java".


Semoga bermanfaat untuk memotivasi teman-teman untuk menulis ya. Jangan lupa, hargai jerih payah  penulisnya, dengan mencantumkan sumber penulisnya. Selamat berbagi. 

Foto bersama adikku, Achmad Rofi Irsyad, di acara CINEST 2012

Salam GeoEducative 
Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *