Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Thursday, January 1, 2015

Artikel Epithermal-Porfiri-Sedimentary Hosted-Skarn


Genesa Endapan
* USGS Descriptive Model - USGS
* British Columbia Descritive Model - BC

Epithermal
* LS--Harijoko,2004-Timing of the Mineralization at Cibaliung
* LS--Milesi,1994-Cirotan, Hybrid Epithermal Au-Ag-Sn-W deposit
* LS--Polve,1992-Magmatic evolution of Sulawesi
* LS--Rosana,2002-Cikidang Hydrothermal Gold Deposit in Western Java, Indonesia
* LS--Syafrizal,2005- Characteristics of Gold Mineralization at the Ciurug Vein
* LS--Syafrizal,2007- Origin of Ore-forming Fluids Responsible for Gold
* LS--Takahashi,2014-Epithermal Gold Mineralization in the Trenggalek District
* LS--Warmada,2003-Polymetallic sulfides and sulfosalts
* LS--Warmada,2007-Fluid Inclusion,REE and Stable Isotope
* LS--Wisanggono,2011-Supergene Enriched LS Binabase-Bawone
* LS--Yuningsih,2012-The Arinem Te-Bearing Gold-Silver-Base Metal Deposit West Java

Porfiri
* PO--Geiger,2002-Porphyry Copper Gold System in Central Kalimantan
* PO--Idrus,2007-Chemical Composition of Batu Hijau
* PO--Imai,2005-Primary Ore Mineral Assemblage and Fluid Inclusion Study
* PO--Imai,2007-Porphyry Selogiri, Wonogiri
* PO--Imai,2009-Fluid Inclusion Study and Opaque Mineral Assemblage Batu Hijau
* PO--LowellGuilbert,1970-Lateral and Vertical-Alteration Mineralization in Porphpyry
* PO--Meinert,1997-Geology Zonation and Fluid Evolution of the Big Gossan Cu-Au Skarn Deposit
* PO--Murakami,2010-The relation between Cu-Au ratio and formation depth 
* PO--Pollard,2002-Paragenesis of the Grasberg Cu–Au deposit, Irian Jaya
* PO--Pollard.2005-Ages of Intrusion, Alteration, and Mineralization at the Grasberg

Sedimentary Hosted
* SH--Cox,2003-Sedimentary Hosted.USGS

Skarn
* SK--Prendergast,2005-Genesis of Pyrite-Au-As-Zn-Bi-Te Zones Associated with Cu-Au Skarns
* SK--Burt,1977-Mineralogy and Petrology of Skarn Deposits
* SK--Meinert,2005-World Skarn Deposits
Share:

Monday, December 8, 2014

Kuliner dan Geowisata di Purwakarta

Update 5 Januari 2017
Skripsi Arman Hakim Dewangga (GL ITB) tentang mineralisasi di Ciseuti



Purwakarta, kota yang terkenal dengan Sate Maranggi nya itu, menjadi topik yang akan saya bahas di tulisan saya kali ini. Sebagai informasi, Sate Maranggi itu adalah sate yang terbuat umumnya dari daging sapi, walaupun pernah saya jumpai terbuat dari daging kambing, tanpa menggunakan tambahan bumbu kacang, seperti sate Madura maupun sate Padang. Di Purwakarta, ada satu tempat yang terkenal menjual Sate Maranggi, yaitu Sate Maranggi Cibungur. Beberapa waktu lalu, saya sempat datang dan menikmati Sate Maranggi,, hmmm, enaknya ga ketulungan. Istri dan adik saya juga berpendapat sama, karena saya bungkuskan juga untuk mereka.

Sate Maranggi Cibungur

Ups, jadi ngobrol tentang Sate Maranggi, jadi lupa ulasan tentang judul blog nya. Akhir bulan November 2014 ini, saya diminta untuk meng "arrange" sebuah kunjungan lapangan, lebih kerennya Ekskursi di Kabupaten Purwakarta. Kalau kita melewati ruas tol Cipularang, sering kita lihat ada topografi yang relatif "undulating" di sisi Barat, yang dari kejauhan tampak adanya aktivitas penambangan, yap, disana lah lokasi Purwakarta. Kabupaten yang terkenal karena Waduk Jatiluhur, Rumah Makan Hj Ciganea, yang banyak di temukan di sepanjang tol Jakarta Bandung, mempunyai beberapa komoditi yang cukup menarik untuk diulas. Dulu memang saya sempat mengulas tentang salah satu tambang emas di Ciseuti, dalam tulisan yang berjudul Lombong Emas yang Menggurita di Ciseuti, Purwakarta , untuk kali ini saya tambahkan beberapa ulasan tentang komoditi lain yang ada di Purwakarta.

Tahu kah teman-teman darimana ubin dibuat? lantai? Memang untuk orang yang "berada", atau pun di perkantoran yang megah, ubin umumnya berasal dari batuan metamorf, yaitu batu marmer. Kalau di Ilmu Pengetahuan Alam jaman saya SMP dulu, disebutnya batu pualam. Kalau bahasa inggrisnya, Marble. Tahu kah batu apa itu? Marmer merupakan salah satu batuan metamorf yang merupakan rombakan dari batugamping, yang mengalami proses metamorfisme, terdeformasi karena terkena tekanan dan temperatur yang tinggi, sehingga batu gamping, yang semula batuan sedimen, berubah menjadi batuan metamorf. Batuan ini kemudian banyak ditambang, misalnya di Trenggalek dan Pacitan, Jawa Timur, di Palimanan dan Padalarang, Jawa Barat, yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi dibandingkan batu gamping.

Nah, itu kalau ubin nya berasal dari marmer. Sementara, kalau ubin bukan berasal dari marmer, darimana dong asalnya? Ubin, ada juga yang menyebut keramik, terbentuk dari felspar, clay, kuarsa, kaolin dan air. Nah, bahan-bahan yang saya sebutkan tadi, semuanya ada di lokasi yang saya bahas, Gunung Kecapi. Gunung Kecapi, yang juga merupakan kuari andesit, mempunyai mineral-mineral ikutan, yang menjadi sumber utama sebagai bahan baku keramik. Secara kenampakan di alam, adanya lempung atau clay, felspar, dan andesit di lokasi yang tidak berjauhan satu sama lain merupakan berkah untuk pengusaha. Karena ongkos produksi yang dapat ditekan, tinggal pengusaha berkewajiban untuk mengajukan izin sesuai komoditi yang akan di tambang.


Boulder andesit, felspar (cokelat muda), dan clay (cokelat tua)

Di Gunung Kecapi sendiri, kalau kita tinjau di Peta Geologi, lokasi ini berada di formasi dengan kode Ha, yaitu andesit hornblenda dan porfir diorit. Ini menjadi jawaban, mengapa kita banyak menjumpai banyak aktivitas penambangan  andesit, serta bahan baku keramik ada di lokasi ini. Batuan asal nya merupakan batuan beku, yang kemudian terubah, dan membentuk mineral sekunder, antara lain felspar dan clay. Lokasi ini berdekatan dengan Gunung Cupu, yang mempunyai bentuk sangat unik, karena kalau kita lihat dari arah Plered, bentuknya seperti batu yang hampir jatuh. Dulu saya sempat bersepeda dari Bandung ke Jatiluhur dan sesampainya di Jatiluhur, tenda kami kebanjiran (baca di Bersepeda melewati Gunung Cupu dan kebanjiran di Jatiluhur).

Kuliah umum di Gunung Kecapi, saya memakai helm putih underground


Tidak jauh dari lokasi Gunung Cupu, kita bisa menjumpai endapan emas di Ciseuti, yang dulu pernah saya ulas di halaman ini. Yang berbeda, saya krasan ketika saya memberikan ulasan geologi tentang tambang emas di dalam lubang. Bahkan tak terasa, saya di dalam lubang di Ciseuti selama 1 jam. Apa ga panas? Hehehe, untungnya saya memilih tempat yang tepat, di persimpangan terowongan, ada sedikit lubang oksigen yang bocor, sehingga di dalam tambang tidak terasa terlalu panas. Di dalam terowongan, kota bisa melihat urat kuarsa, alterasi, dan betapa berbahayanya pekerjaan para penambang rakyat. Batuan sampingnya memang andesit, namun pada beberapa bagian yang didominasi lempung, maka kekuatan batuan pun akan berkurang, dan seharusnya pada bagian itu memerlukan penyanggaan. Ngeri kalo sampai terjadi apa-apa.
Lattice bladed quartz
Terowongan utama Ciseuti 
Pada beberapa segmen tunnel, kita bisa berdiri 
Masih bisa berdiri, tapi lubang mengecil,, di sisi kanan kiri atas, ada lubang udara segar


Pada kunjungan kali ini, saya sempatkab masuk ke dalam lubang gurandil, yang ternyata ukurannya cukup besar, bahkan saya pun bisa berdiri di beberapa segmen dari tunnel nya. Tapi, di beberapa tempat, saya tetap harus merunduk sambil berjalan jongkok. Saya hanya bisa menempuh 50 meter sejak awal lubang, dan kemudian berhenti di tempat tumpukan karung yang berisi urat kuarsa dan karung yang berisi batuan samping. Di dalam cukup dingin, karena ada udara yang di semprot masuk dengan genset dari luar. Hampir 1 jam saya berada di dalam, menunggui 5-6 orang mahasiswa yang masuk secara bergantian, setelah saya lihat, bahwa terowongan cukup aman. Selain itu, beberapa mahasiswa juga mencoba mendulang, langsung di terowongan tambang, seperti yang dilakukan oleh para penambang rakyat.
 Percabangan terowongan, tempat saya berdiam selama 1 jam..
Pak Atin mendulang emas di dalam tunnel

PT Mas Rusyati Abadi, nama dari perusahaan emas ini, mempunyai gelundung yang diputar dengan genset, kemudian di ekstrak dengan metode sianidasi. Namun hingga kunjungan akhir November kemarin, tangki sianidasi belum bisa dipakai, sehingga metode yang dipakai adalah amalgamasi. Gara-gara amalgamasi, saya sempat berdiskusi lama, bahwa menurut istri saya merkuri, atau raksa itu berbahaya, dan menurut saya tidak. Istri saya sempat membuat tulisan tentang raksa di blog nya, dan saya pun juga pernah melakukan sosialisasi tentang penggunaan raksa di tambang rakyat di Bunikasih. Akhirnya kita bersepakat, bahwa raksa berbahaya dalam bentuk ionnya dan telah diganggu, bukan dalam bentuk senyawa. Contohnya cinnabar, HgS, ketika masih dalam senyawa, ketika bereaksi dengan air, maka Hg akan larut dalam air  dan bisa mencemari badan air. Istri saya pernah menulis tentang bahaya merkuri, dalam halaman ini (atau klik gambar di bawah ini).

Add caption

Pengabdian masyarakat oleh beberapa dosen tambang ITB tentang bahaya merkuri dan pencegahannya


GALENA DAN SFALERIT

Sfalerit (kiri, besar) , galena (kanan, kecil)

Habit kubik pada galena


Ball mill

3 km ke arah Utara dari tambang emas Ciseuti, kita akan menjumpai tambang terbuka dengan komoditi galena dan sphalerit. Galena, PbS, merupakan mineral logam yang akan menghasilkan logam Pb, atau lead, dalam bahasa Indonesia adalah timbal. Sedangkan sphalerit, (Zn,Fe)S, merupakan mineral logam yang menjadi komoditi dari seng. Kalau kita mengangkat kedua batuan yang mengandung logam yang berbeda tersebut, maka galena akan lebih berat dibandingkan dengan seng, karena galena mempunyai densitas 7,2-7,6, sedangkan sphalerit 3,9-4,2.

Galena sering dijumpai pada lingkungan pengendapan dari endapan epithermal, umumnya muncul sebagai urat maupun disseminated, pada batuan beku atau batuan sedimen. Warna nya abu-abu tua, kadang-kadang hitam, dengan warna gores batuan abu-abu kehitaman. Sistem kristalnya adalah isometrik-hexoctahedral, tidak dapat ditarik oleh magnet, dan mempunyai belahan yang sempurna.

Sphalerit, sering juga disebut sebagai false galena, karena bentuk yang sangat mirip. Sfalerit menunjukkan fenomena yang disebut sebagai solid solution, yaitu unsur Zn dan Fe, bersifat saling menggantikan pada mineral yang sama. Jika Zn jumlahnya melimpah, maka mineral akan nampak transparan dengan warna kecokelatan. Namun jika unsur Fe yang melimpah, maka mineral akan nampak lebih gelap. Warna gores dari sfalerit adalah putih kecokelatan, dengan kilap kaca-minyak.

Di lokasi ini, sudah terdapat pengolahan galena dan sfalerit. Namun sayang, perusahaan ini sedang tidak beroperasi karena memerlukan air yang relatif banyak untuk mengolah bijih menjadi konsentrat timbal dan konsentrat seng. Kita juga akan disuguhi pemandangan yang sangat indah ketika kita menuju lokasi ini. Pemandangan Gunung Parang yang membentang di arah Utara, membuat lelah nya berkeliling di Purwakarta menjadi hilang.

Dan, saya senang...... akhirnya tulisan ini selesai dalam 2 minggu. Luaamaaaaa sekali.....

http://vidyasatya.wordpress.com/2011/04/17/merkuri-oh-merkuri/
Share:

Thursday, October 16, 2014

Mendulang Emas di Perbatasan Indonesia



Awal bulan Oktober ini, saya berkesempatan kembali lagi ke Kabupaten yang berbatasan dengan 3 provinsi, Kalimantan Utara-Kalimantan Barat-Kalimantan Tengah dan dan 1 negara tetangga-Serawak (Malaysia), yaitu Kabupaten Mahakam Ulu. Kalau bulan Juni lalu kebanyakan waktu saya selama mengeksplorasi daerah ini saya habiskan di Kecamatan Long Bagun dan Long Pahangai, sekarang saya menghabiskan waktu di Long Apari, dan setengah yang lain saya habiskan di perjalanan. Mengapa habis di perjalanan? Tidak lain dan tidak bukan karena permasalahan kabut asap kiriman dari hutan yang terbakar, akhirnya mengharuskan saya menempuh perjalanan darat dari Balikpapan menuju Tering, Melak.


Batu dinding, Long Apari


Kesampaian Wilayah, Budaya dan Kehidupan di Long Apari
Lokasi Kecamatan Long Apari
Early sketch map of Borneo, showing distribution of Jurassic-Cretaceous oceanic deposits of the Danau Fm (Molengraaff 1909) - dikutip dari http://www.vangorselslist.com/borneo.html 
Untuk menuju Long Apari, target eksplorasi kali ini, perjalanannya tidak kalah lama. Kalau dibuat poin,
- Balikpapan - Tering : 10 jam (darat)
- Pelabuhan sungai Tering - Ujoh Bilang: 4 jam (speedboat)
- Ujoh Bilang - Tiong Ohang (Long Apari): 9 jam (speedboat+jalan kaki)
Pelabuhan Tering yang ditutupi kabut asap



Kalau di total, untuk mencapai lokasi yang saya tuju, hampir 3 hari perjalanan harus ditempuh. Kenapa saya tulis harus berjalan kaki? Untuk menuju hulu, ada beberapa riam yang harus ditembus, seperti riam Udang dan riam panjang di Long Bagun. Dan saya pun harus berjalan kaki karena air sungai Mahakam kali ini sangat surut karena kemarau yang berkepanjangan. Speed boat tidak berani menhambil resiko dengan melintasi sungai, karena aungai yang dangkal, membuat baling-baling dari speedboat menabrak dasar sungai yang penuh dengan gravel dan kayu.

Semua penumpang speed harus turun, supaya speed bisa bermanuver meliuk di antara dua bongkah batuan. Karena itu, dinamakan Riam Beliu

Bukan hanya sekali dua kali saya harus jalan kaki. Hampir 10x saya harus jalan kaki, dengan jarak paling pendek 500 meter hingga 1km. Tidak jauh memang, cuma medan yang harus dilewati yang membuat perjalanan tidak santai. Jalan di gravel batuan basah sama seperti pijat akupuntur, nah kalau jalan kaki nya pas terik, batuan metamorf yang disinari matahari terus terusan panasnya naudzubillah.
Sore hari tepat sebelum maghrib, sampai juga saya di Tiong Ohang. Sampai disana, saya langsung berdecak kagum, ada jembatan panjang yang membelah sungai Mahakam. Ada kawan yang bilang, jembatan itu sudah ada sejak jaman Belanda, pemerintah Indonesia hanya merenovasinya beberapa kali. Beeuh,,, jembatan yang di bangun di daerah perbatasan dengan Serawak itu menjadi hal yang membuat Tiong Ohang begitu megah. Namun setelah saya naik ke daratan, saya langsung dibuat terheran-heran.

Jembatan panjang yang menghubungkan Tiong Ohang dan Tiong Bu'u, Long Apari

- Di Long Apari, warga belum merasakan listrik yang disalurkan melalui PLN. Setahu saya, di Long Pahangai juga mengalami hal yang sama. Warga secara swadaya menggunkan genset untuk memenuhi kebutuhan listrik mereka. Apa yang membuat saya tercengang? Listrik hanya menyala dari jam 6 malam hingga jam 9.30 malam. Setelah itu, listrik kembali padam, tinggal lampu-lampu darurat LED yang menerangi, itu pun kalau ada
Nenek Bulan, yang mempunyai daun telinga yang panjang, khas Suku Dayak 

- Sudah ada tower provider komunikasi berdiri sejak 2 tahun ini, namun belum ada transmitter dan receiver terpasang. Warung telekomunikasi alias wartel lah yang menyambungkan warga Long Apari dengan dunia luar. Dulu beberapa orang sempat mempunyai telepon satelit, terutama untuk keperluan medis dan beberapa orang saja yang memakainya secara bergantian



Hasil pendulangan emas salah satu ibu-ibu di Sungai Cehan, Long Apari

- Karena lokasinya yang sangat terpencil dan hanya menggantungkan transportasi dari sungai Mahakam, harga harga kebutuhan pokok serba membumbung tidak karuan. Bensin 17rb/L , normalnya Rp 6.500/L, telur ayam 4rb/butir, normalnya 19-20rb/kg isi sekitar 14 butir, zak semen 350rb/zak, normalnya 70rb /zak. Sudah mulai terbayang kondisi disana? Bandingkan dengan harga emas hasil penduangan mereka yang dihargai sama, 400rb/gram, betapa besar keperluan mereka. Oh iya, sebagai tambahan, mayoritas bekerja di ladang di hutan (masih membakar hutan untuk bercocok tanam), pada musim kemarau mencari emas di sungai atau gunung, dan hanya sebagian kecil menjala di sungai

Rawon daging Payau, alias daging Rusa
Hasil jeratan di hutan,, waktunya membersihkan perutnya..

- Kambing dan sapi merupakan makanan langka, bahkan jarang dijumpai. Ayam pun hampir sama. Warga lebih lazim memakan daging payau (rusa), kijang, maupun pelanduk (kancil). Mayoritas warga merupakan Dayak Oheng/ Dayak Penihing, Dayak bahau dan sedikit Dayak Kenya memakan babi, dari hasil menjerat ataupun berburu di hutan. Pada musim kemarau seperti ini, orang Dayak sudah menyiapkan tombak yang sudah diolesi racun dari akar atau dari katak untuk bersiap-siap menunjamkan tombak ketika babi rusa menyeberang sungai Mahakam yang sangat lebar.



Geologi
Kalimantan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang terbentuk dari kerak benua. Berbeda dibandingkan dengan Jawa bagian Selatan, yang mempunyai topografi yang kasar yang dipengaruhi akibat tumbukan antara lempeng samudera dengan lempeng benua. Secara umur relatif, semakin ke Utara, umur batuan di Mahakam Ulu jauh lebih tua dibandingkan di sisi Selatan. Emas yang saat ini didulang oleh warga, diyakini berasal dari formasi intrusi Sintang.


Secara regional, kondisi geologi Kab. Mahakam Ulu dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan dan sesar yang memiliki arah tenggara – barat laut dan barat daya – timur laut. Satuan batuan yang menempati wilayah Kab. Mahakam Ulu terdiri dari batuan beku plutonik (intrusi), batuan sedimen, dan batuan gunungapi (ekstrusi).
Kelurusan Kab Mahakam Ulu (diolah oleh Pak Asep Saepulloh, GL ITB)

Secara fisiografis, Kab. Mahakam Ulu terletak di Tinggian Kuching. Tinggian yang mengelilingi wilayah Kab. Mahakam Ulu merupakan pertemuan antara Pegunungan Muller yang berada di arah selatan dan barat daya, Pegunungan Kapuas yang berada di arah barat dan utara, dan Pegunungan Iran yang berada di arah timur laut dan timur. Tinggian Kuching ini terbentuk akibat dari pengangkatan yang terjadi pada busur kepulauan dengan daerah perairan dangkal yang berada di sekitarnya. Daerah ini merupakan bagian yang tinggi di Kalimantan Utara pada Zaman Paleogen. Daerah ini terpisah dari Kalimantan Barat Laut yang mengalami penurunan cepat. Tinggian Kuching merupakan sumber untuk sedimentasi di daerah barat laut dan tenggara selama Zaman Neogen



Formasi Gunung Api Nyaan, didominasi batuan beku dan sedimen yang sudah termetamorfkan
 Pengecekan keradioaktifan dengan scintillometer
Potensi uranium? Hmmm,, baru indikasi saja.. karena bacaan di daerah lokal yang tidak terganggu batuan radioaktif berkisar 200 cps. Di lokasi ini, lebih tinggi, mungkin karena batuan metamorf

Di tempat yang sama, batuan nya super besar

Aktivitas penambangan emas di Long Apari sangat banyak, terutama pada saat musim kemarau, seperti ketika saya datang ke daerah ini. Umumnya, mereka menyelam untuk mengambil gravel yang ada di dasar sungai, kemudian di dulang oleh ibu-ibu, atau di lewatkan melalui sluice box. Jika kita lihat, hampir semua kegiatan penambangan selalu pada daerah yang dekat dengan intrusi, bisa jadi memang para penambang sudah melakukan "eksplorasi" dengan pengalaman mereka selama ini. Ketika saya tanya, hanya 1 penambangan yang dilakukan di darat dengan cara memberaikan batuan, sedangkan sisanya dengan mengambil aluvial yang ada di sepanjang sungai Mahakam dan anak-anak sungainya. Ternyata, harga 1 gram emas di hulu Mahakam, hampir sama dengan emas di hilir, berkisar Rp 390rb-Rp410rb per gram. Wah wah, padahal biaya hidupnya jauh lebih tinggi dibanding daerah lain. Miris bukan? Warga disini tidak memerlukan belas kasihan, mereka hanya membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah. Listrik, Kesehatan, Komunikasi,, sebagai awal, itu sudah cukup. 

 Saya mendulang emas bersama warga Long Apari, dilihat orang banyak grogi juga,, hahaha
Emas yang disedot dan dilewatkan sluice box
Tambang sedot di sepanjang Mahakam
Emas yang berukuran sangat halus
 Emas pada pengamatan mikroskop binokuler


Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *