Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Monday, July 20, 2015

Saya di Atas Sepeda

Klik Gambar untuk melihat sub-konten




Video
Bikecamping Kareumbi

Bikecamping Situ Sangkuriang

Bikecamping di Ranca Upas

Flashback
1992-1994 Saya menghabiskan masa TK saya tinggal di Singosari, Kabupaten Malang. Saya mendapat sebuah sepeda warisan, yang saya di cat oleh Abah supaya terlihat baru. Sepulang dari TK, saya selalu bersepeda sampai sore, hingga kulit saya bisa dibilang hitam, bukan lagi cokelat. Ketika saya mengendarai sepeda, saya berkali-kali jatuh, sehingga banyak bekas luka di kaki saya. Pengalaman yang paling saya ingat, banyak tetangga yang "wadul" ke orang tua saya "Mas Yayak kalau naik sepeda pas turunan kenceng banget, sering njlungup (jatuh tersungkur)". Hehehe.. Sayang, saya ga punya foto pas saya memakai sepeda.
Teman semasa kecil di Perum Alam Hijau, Singosari, Malang. ki-ka: Dani (kaos biru), Jimmy (kaos garis), Mariska (putih), saya (kuning) (Sadly, saya lupa nama semua teman kecil saya. Untung abah dan umi saya yang membantu mengingat nama teman-teman saya, hehe) 

1996 Saya mendapat hadiah sepeda karena saya rangking 1 sewaktu saya kelas 2 di Madrasah. Saya masih ingat, sepeda itu merk nya Subaru, seingat saya warnanya merah. Setelah saya mendapat hadiah, saya langsung keluyuran di sekitar Sukun (saya pindah rumah kontrakan di Singosari ke rumah sendiri di Sukun tahun 1994). Setelah beberapa tahun, sepeda itu sudah tidak muat lagi dengan saya, akhirnya diberikan kepada saudara di Surabaya.

2010-2015
Sejak 2010 sampai 2015, saya mulai rajin bersepeda. Langsung aja ditengok di bawah ya buat detail cerita saya dengan sepeda.



Ini logo dilarang bersepeda di MAUT (jalan tol). Pesepeda harus berjalan di sisi kanan jalan (ini niatnya cuma foto tulisan MAUT -nya)


Bikecamping di Kareumbi  





Bikecamping di Situ Sangkuriang
Pulang dari interview beasiswa Hitachi untuk kuliah S3 ke Jepang, 
hasilnya .... gagal,,, hehehe
Saya, Aqila dan Vidya di St Peter Freienstein, Austria

Share:

Monday, July 6, 2015

Bersepeda Melewati Titik Tertinggi Austria





Sudah 5 bulan saya tinggal di kaki Pegunungan Alpen, di sebuah kota kecil bernama Leoben, di provinsi Styria, Austria. Austria merupakan negara dengan populasi sebesar 8,5 juta penduduk, yang jumlahnya hampir sama kalau kita bandingkan dengan penduduk 1 kota Jakarta. Penduduk satu provinsi Styria hanya 1,2 juta, jauh lebih sedikit dibandingkan penduduk kota Bandung sebesar 2,5 juta. Hal ini membuat jalanan sangat lengang dan membuat banyak orang tersenyum atau menyapa karena sangat jarang melihat orang bersepeda ke arah luar kota, seperti yang saya lakukan. 
Bersepeda di Bandung dan berkenalan dengan banyak komunitas pesepeda menempa diri saya, baik fisik maupun mental. Maklum, topografi di Austria sangat bergunung-gunung, menyerupai Bandung. Bermodalkan tekad dan uang beasiswa yang saya sisihkan, bulan kedua saya mencari sepeda bekas di toko jual beli online dan mendapatkan sebuah sepeda bekas yang sangat cukup untuk keperluan komuter menuju kampus, serta menunjang hobi yang saya bersepeda dengan beban.

 Saya mulai bersepeda dan beradaptasi dengan cuaca, karena ketika saya datang bulan Februari yang lalu, suhu terendah di kota saya mencapai -10 derajat dengan suhu rata-rata berkisar 0-2 derajat. Sepeda Wheeler 6600 mulai saya coba kayuh ke kota terdekat (Bruck a.d. Mur) yang berjarak 35 km pulang pergi untuk mulai membiasakan dengan suhu dan lalu lintas di Austria. 

Awal bulan Maret di Austria, saya mulai dibuat gatel oleh teman-teman penggemar bike camping yang sering melakukan acara kemping bersama-sama di sekitaran Bandung. Hal ini membuat saya bersepeda lebih jauh menuju kota Graz, yang berjarak 150 km pulang pergi dari Leoben. Walaupun tidak bisa kemping dan belum punya pannier sendiri, saya sudah cukup senang dengan tas ransel di belakang sepeda saya ketika pesepeda lain melenggang dengan sepeda road bike. 


Perjalanan dua hari menuju Graz memberikan semangat lebih, sehingga saya melanjutkan perjalanan ke kota lain bernama Klagenfurt yang berjarak 190 km dari Leoben. Perjalanan umumnya saya lakukan dalam 2 hari karena hanya mempunyai waktu untuk bersepeda pada hari libur. Kendala yang saya hadapi adalah angin gunung yang kencang, terutama ketika bersepeda dengan suhu rata-rata 8 derajat celcius, yang bertahan hingga bulan April. Bulan Mei, suhu sudah mulai agak menunjukkan rata-rata 12 derajat celcius dan hujan sering turun pada beberapa daerah. Pada bulan ini, saya melakukan perjalanan dari kota Salzburg, tempat kelahiran Wolfgang Amadeus Mozart menuju kota saya. Di tengah perjalanan dari Salzburg menuju Leoben, saya dibuat kagum oleh banyaknya danau dan gunung-gunung gamping yang membentang dengan pemandangan yang indah. 


Alpen merupakan rangkaian pegunungan kapur yang terdeformasi (istilah geologi untuk menjelaskan kondisi batuan terubah karena tekanan) membentuk rangkaian pegunungan, membentang dari Perancis, Italia, Swiss, Jerman dan Austria. Danau terisi gleiser (lelehan es dari gunung) sehingga jumlah air menyusut pada musim dingin dan melimpah di musim panas. Termasuk sebuah danau yang berjarak 35 kilometer dari Leoben yang bernama Grunner See (dalam bahasa Indonesia berarti danau yang berwarna kehijauan), yang merupakan destinasi wisata alam terfavorit yang di seluruh penjuru Austria. Sepanjang jalan dihiasi pepohonan pinus yang mengingatkan saya akan Lembang atau perjalanan ke Kawah Putih bersama-sama teman-teman Federalis Bandung Indonesia. Suasana ini yang membuat saya kangen dengan Bandung, walaupun bukan merupakan kota kelahiran saya, tapi suasana keakraban ngliwet dan bersenda gurau membuat saya kangen Bandung.


Bulan Juni yang lalu sebelum berpuasa, ketika teman-teman di Bandung kemping sebelum puasa, membuat saya ingin melakukan hal yang sama. Namun karena membuka tenda di sembarang tempat di Austria dilarang (dan saya sendiri tidak punya tenda), saya selalu memilih untuk mencari losmen murah di pinggiran kota. Kali ini saya melakukan perjalanan menuju Grossglockner Hochalpenstrasse, yang merupakan jalan tol tertinggi di Austria. Grossglockner sendiri adalah gunung tertinggi di Austria dengan ketinggian 3.798 m. 


Jalan tol ini dibangun tahun 1930 dan hanya dibuka pada bulan Mei hingga September. Salju menutupi jalan dan harus selalu dibersihkan dengan mesin pengeruk salju, jika tidak sangat membahayakan pengendara. Sepanjang jalan, hampir ribuan mobil dan pesepeda motor besar memacu jalan tol sepanjang 48 km ini. Jalan tol ini dimulai dari ketinggian 757 m di kota bernama Bruck a.d. Grossglockner, dengan titik tertingginya Fuscher Torl dengan tinggi 2.428 m dan Hoch Tor dengan ketinggian 2.504 m dari kota awal. Rata-rata kemiringan jalan sebesar 9-12 derajat, yang membuat jalan ini berkelok-kelok. Hochtor juga merupakan titik tertinggi dari sebuah kompetisi balapan sepeda bernama Race Around Austria yang menempuh jarak 2.200 km yang ditempuh dalam 3-5 hari. 

Latihan fisik yang saya persiapkan selama ini ternyata masih kurang, karena ketika melewati ketinggian 2.000 m, kepala terasa pusing dan nafas juga menjadi tidak teratur. Saya baru ingat betapa pentingnya adaptasi bukan hanya dengan cuaca namun juga dengan ketinggian, karena kelembapan udara menjadi lebih rendah. Saya harus menghentikan kayuhan sepeda di Fuscher Torl di hari pertama, dan menikmati malam di kamar yang terletak di gudang sebuah restoran di puncak gunung karena semua kamar sudah penuh. Keesokan paginya saya lanjutkan perjalanan menuju Hoch Tor, dan mengabadikan gunung-gunung yang masih diselimuti salju walaupun suhu rata-rata sudah berkisar 15 derajat. 


Kenangan terindah saya bersepeda di Austria, di titik tertinggi Fuscher Torl berkibar bendera merah putih. Walaupun sebenarnya itu adalah bendera dari kota Wina dan bukan bendera negara tercinta kita, namun ketika jarak 10.000 km memisahkan Austria dan Indonesia, kangen mendalam terhadap ibu pertiwi membuat saya harus bisa menyelesaikan tujuan saya berada di Austria, menyelesaikan studi dan harus kembali untuk berbakti untuk ibu pertiwi. Aku cinta bersepeda, tapi lebih cinta lagi dengan Indonesia.


Share:

Saturday, June 27, 2015

Geological Map All Around the World

Indonesia (update 15-2-2019):


Setelah beberapa minggu kemarin sudah coba sharing tentang potensi sumberdaya Indonesia yang disajikan dalam "web-GIS of the Indonesian Resources", sekarang ini ada link menarik untuk teman-teman yang kadang kesusahan mencari database peta geologi Indonesia. Peta ini sifatnya regional dengan skala 1:1.000.000 untuk Indonesia, kebetulan saya mem-bookmark link peta geologi dunia yang sudah didigitasi dan disajikan dalam web-GIS. Bukan hanya peta geologi Indonesia, tapi peta geologi dunia pun bisa diakses secara online.Kalau sudah tidak sabar, silahkan klik gambar peta geologi Eropa-Afrika di bawah. Kalau ingin membaca fitur yang ada dari web ini, saya tuliskan dalam bahasa Inggris. Semoga bermanfaat....


http://portal.onegeology.org/


  ----------------------------------------------------------------------------------------------------------
A few weeks a go, I had finished with "web-GIS of the Indonesian Resources". Nowadays, I had realized, that the geological map of the world had been digitized and presented in web-GIS. I have bookmarked long time a go and this is one of the masterpiece which allowed everybody knows about the geosciences data around the world. The tutorial of using this web pages can also be found in the original sources. 



For example for the Indonesian region, this map is compiled from the Geological Survey Institute of Indonesia (Badan Geologi) with the scale 1:1.000.000 and the Coordinating Committee for Geoscience Programmes in East and Southeast Asia (CCOP)  with the scale 1:2.000.000. This map containing the combined bedrock and superficial geology and age information covering the entire Indonesian archipelago and around South East Asia.


Combining all of the geoscience data around the world and presenting in the web based is such a big deals, especially for the people who might works in geosciences fields. By clicking the location of interest, you will get the information about the basement of the formation and the age of the formation. I give you an example. I want to know the geological data around the Palopo area, you can click into the area, or inputting the latitude and the latitude of the desired location. The pop up windows will be opened and give the information about the formations in the selected area.




For those who need the information about it, please follow this links to redirect to http://portal.onegeology.org/ or you can click the image below.


http://portal.onegeology.org/
 


Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain




Share:

Friday, June 26, 2015

Memahami Warna Interferensi dan Michel Lévy Chart

Update: 13 Januari 2017
Baca juga artikel tentang pengamatan mineral dengan mikroskop disiniJika menggunakan mikroskop elektron (SEM-EDX atau EMPA), saya sudah rangkumkan dalam halaman ini

Michel Lévy (1888) adalah seorang mineralogis, yang menuliskan karyanya dalam buku Les Minéraux des Roches. Saya belum membaca buku ini (judulnya dalam bahasa Perancis udah bikin saya serem), tapi dari beberapa review yang saya baca, buku ini berisi tentang aplikasi dari warna interferensi untuk mengenali mineral pada batuan. Hingga saat ini, diagram yang pertama kali diajukan oleh Levy, masih dipakai hingga tahun 2015 ini, termasuk saya masih memakainya. Hampir 150 tahun dan masih bermanfaat. Mantap toh. Jika Isaac Newton (1704) menemukan tentang teori difraksi cahaya, maka Lévy menemukan interferensi dari warna. Namanya mirip-mirip, tapi sebenarnya tidak sama.


Isaac Newton 
Awalnya, warna interferensi ini dimanfaatkan untuk keperluan mineralogi dan petrologi, namun ternyata aplikasinya dimanfaatkan untuk keperluan sintetis fiber, bahan kimia, biologi, obat-obatan, farmasi, polimer, bahkan untuk kriminalitas. Cuma pemanfaatan yang lain belum saya pelajari, maklum belajar satu aja (mineralogi) aja udah cukup susah. Tulisan ini saya buat karena saya sendiri pun masih kesulitan untuk mendeskripsikan mineral dengan tepat. Saya sempat curhat dengan istri saya, sejak 2011 hingga 2015 ini, saya terus belajar menggunakan mikroskop, dan harus saya akui sulit. Kalau saya mundur, ah, betapa menyedihkannya saya. Levy saja sudah memulai tahun 1888, dan ilmuwan lain sudah merintis dengan keterbatasan yang ada, ini 2015, masak saya ga bisa? Apa sebenarnya yang ditemukan oleh Lévy?
Mikroskop tahun 1900-an

Warna interferensi?
Pernah melihat adanya warn-warni di buih sabun? minyak yang bercampur dengan air dan nampak adanya warna-warni? Warna ini merupakan warna yang dihasilkan adanya perbedaan dua indeks bias dari sebuah medium. Lévy mengaplikasikan interferensi warna yang awalnya diketemukan oleh Newton tentang interferensi warna dan mengaplikasikannya pada batuan. Ide awalnya, tiap bahan transparan akan mempunyai indeks bias yang berbeda-beda (dalam hal ini mineral), yang kemudian dapat diuraikan menjadi warna-warna yang berinterferensi satu sama lain. Seperti apa sih interferensi? Saya coba ilustrasikan dengan media air dengan gambar di bawah, semoga bisa lebih jelas.

Interferensi pada air


Pengamatan warna interferensi dilakukan dengan bantuan mikroskop cahaya polarisasi (cahaya dari bawah), dimana perlu adanya tambahan polarisator di bagian bawah dari meja putar dan analisator yang berada dekat dengan mata, untuk mengubah cahaya yang semula mempunyai arah rambat ke berbagai arah menjadi hanya satu arah saja. Dengan analisator yang terbuka, kita akan mendapatkan pengamatan mikroskop nikol sejajar atau PPL (plane polarized light) sedangkan dengan memasukkan analisator, maka pengamatan mikroskop menjadi nikol silang atau XPL. Polarisator seakan-akan membuat cahaya bergetar hanya berarah Barat-Timur, sedangkan analisator membuat cahaya bergetar hanya berarah Utara-Selatan. 


Detail tentang dasar mikroskop pernah saya ulas sedikit di halaman ini (atau klik gambarnya).

Apa manfaat mengetahui warna interferensi?
Tiap mineral mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain. Walaupun mempunyai rumus yang sama, mineral tersebut akan menunjukkan karakteristik yang berbeda pada pengamatan mikroskop. Sebagai contoh, ada grup mineral SILIKA, yang mempunyai rumus kimia SiO2. Mineral apa yang bisa pertama kita ingat kalau rumus kimia nya SiO2? Tentu saja kuarsa. Tapi,tahukah bahwa ada banyak mineral lain? Ada mineral yang bernama opal, kalsedon, sanidin, tridimit dan kristobalit. Bagaimana cara membedakannya? Kita bisa memanfaatkan sifat-sifat yang ada dari mineral dengan melakukan pengamatan di bawah mikroskop,seperti dengan meilihat warna interferensi atau mengenalinya melalu sifatnya (isotrop/ anisotrop). 




Isotrop dan Anisotrop
Pada pengamatan sayatan tipis dengan memasukkan analisator (nikol silang), kita akan melihat adanya dua kemungkinan, mineral akan tetap gelap atau akan menunjukkan warna yang beragam. Jika mineral tetap gelap ketika meja mikroskop diputar, berarti mineral mempunyai sifat isotrop, yang artinya cahaya merambat dengan kecepatan yang sama. Hal ini berlaku pada sistem kristal isometrik, dimana semua sumbu sama panjang ke semua arah. 


Contoh substansi yang isotrop: halit, glass, intan, mineral wool.

Jika mineral yang kita amati menunjukkan ada perubahan warna ketika meja mikroskop diputar, berarti mineral itu bersifat anisotrop dan cahaya merambat dengan arah yang berbeda. Sifat anisotropi terbagi menjadi dua, yaitu uniaxial dan bersifat biaxial. 



Uniaxial
Untuk uniaxial, saya biasanya menggunakan jembatan keledai UHT - Uniaxial Hexagonal Tetragonal. Perambatan gelombang dalam 2 arah saja, yaitu arah nomega dan nepsilon. 


Bagaimana cara membayangkannya? 
Kita bayangkan dalam sistem kristal hexagonal dan tetragonal, maka nilai sumbu x1 = x2≠ z. Perambatan hanya pada arah nomega dan nepsilon. Pada mineral dengan sistem uniaxial positif, dimana omega sejajar dengan arah sumbu-z, atau yang mempunyai panjang sumbu yang lebih panjang daripada sumbu yang lain. Sumbu x1 = x2 yang mempunyai panjang sumbu yang sama, dimana perambatannya berdasarkan arah epsilon. Karena sumbu-c nya lebih panjang dibanding sumbu x1 dan x2 , maka omega akan merambat lebih jauh dibanding epsilon sehingga bisa ditulis nomega < nepsilon. Contoh mineral uniaxial adalah kuarsa, kalsit.

Uniaxial positif: n(omega) < n(epsilon) 

Uniaxial negatif: n(omega) > n(epsilon) 


Biaxial
Mineral dengan sistem kristal orthorhombik, monoklin and triklin, panjang sumbu x ≠ y ≠ z, sehingga sumbu indikatriksnya disebut sebagai 


n(alpha), n(beta), n(gamma) 

dimana n(alpha) < n(beta) < n(gamma) 

Dari sumbu indikatriks tersebut, maka kita bisa mengetahui warna interferensi maksimum (maximum birefringence): n(maximum) = n(gamma) - n(alpha) 
n(alpha) sejajar dan di plot sejajar sumbu X 
n(beta) sejajar dan di plot sejajar sumbu Y 
n(gamma) sejajar dan di plot sejajar sumbu Z 

dimana , n(alpha) < n(beta) < n(gamma) sehingga panjang dari sumbu x < y < z. Contoh dari mineral biaxial adalah borax, talc, mika dan gypsum.
Membaca Michel Lévy Chart
Michel Lévy chart digunakan untuk mengenali karakteristik mineral dari nilai intereferensi maksimum yang didapat dari mineral yang belum kita ketahui. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (ilustrasi lihat gambar di bawah):
1. Pengamatan nikol silang
2. Tempatkan mineral pada posisi gelap sempurna 
3. Putar mineral sampai berada pada posisi terang sempurna 
4. Kenali warna terang maksimumnya secara visual dengan membandingkan dengan diagram michel levy. Kemudian baca berapa panjang gelombang nya di bagian bawah dari diagram (catat pembacaan, misalkan kita mendatkan warna biru, dan kita bingung apakah ini biru mewakili orde 2-655 nm atau biru orde 3-1150 nm)
5. Masukkan plat gypsum (panjang gelombang 550 nm) 
6. Warna yang kita lihat adalah warna yang sudah bertambah 1 lambda (Misalkan warna yang kita dapat berwarna biru kehijauan, maka panjang gelombang 655+550= 1205). 


Untuk mendapatkan file Michel-Lévy chart, silahkan akses di link ini. 









Menentukan simbol optis dengan plat gipsum
Gipsum seperti sudah dijelaskan sebelumnya mempunyai panjang gelombang 550 nm. Ketika plat dimasukkan, makaakan terjadi:
a. penambahan sebesar 550nm --> kenaikan orde dari warna interferensi (misal dari warna krem menjadi berwarna biru)
b. pengurangan sebesar 550 nm --> penurunan warna interferensi (misalkan menjadi warna kuning)

Menggunakan Plat Kuarsa, Mica dan Gypsum
Selain menggunakan plat gipsum yang mempunyai panjang gelombang (lambda) 550 nm, kita juga bisa menggunakan plat kuarsa yang mempunyai panjang 137-150 nm atau mika yang mempunyai panjang gelombang 1/4 lambda = 147 nm. 

Contoh pemakaian gypsum saya berikan di gambar bawah ini. 

Semoga bermanfaat....

Referensi
http://www.brocku.ca/earthsciences/people/gfinn/optical/unindctx.htm
https://www.mccrone.com/mm/the-michel-levy-interference-color-chart-microscopys-magical-color-key/
http://www.zeiss.com/microscopy/en_de/downloads/brochure-downloads.html?catalog=light_microscopy&search=levy&x=-1426&y=-822 
http://science.howstuffworks.com/innovation/famous-inventors/5-isaac-newton-inventions.htm#page=6
Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *