Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Tuesday, November 22, 2016

Blank diagram for silicates-oxides and various geothermometry

Update 13 February 2017
- Thermocalc - Practical Aspects of Mineral Thermobarometry


Several diagram had been digitized for my academic purposes. This page will be updated continuously. Click the author name to access the original manuscript. In case you need the original paper, just drop me message and do not hesitate to contact me. Enjoy 

Zr-Zr/Y diagram - discrimination diagram, classifying basalt origin
Pearce, J.A., and Norry, M.J., 1979, Petrogenetic implications of Ti, Zr, Y, and Nb. Variations in volcanic rocks:  Contributions to Mineralogy and Petrology, v. 69, p. 33-37.

download xls
Zr-Nb-Y - basalts tectonic setting discriminants
Meschede, M., 1986, A method of discriminating between different types of mid-ocean ridge basalts and continental tholeiites with the Nb-Zr-Y diagram: Chemical Geology, v. 56, p. 207-218.

Plagioclase classification - clasifying plagioclase 
Deer,W. A.; Howie, R. A.; Zussman, J. (2001): Rock-forming minerals.  Volume 4A, Framework silicates. Feldspars/  W.A. Deer, R.A. Howie, J. Zussman. 2nded. London: Geological Society


Chlorite classification
Chlorite geothermometry
Mica-muscovite-phengite geothermometer

Share:

Tuesday, September 27, 2016

Carbonate is cool, am i right?

Ketika terendapkan, karbonat dari lautan yang dangkal akan membentuk laguna (EN-lagune, DE-lagoon). Karbonat dari laut dangkal akan membentuk lapisan yang berstrata, sehingga dengan jelas dapat kita lihat dan ukur perlapisannya. Karbonat jenis ini umumnya menyimpan fossil, umumnya alga (algae).


Karbonat dari laut lebih dalam akan membentuk terumbu (EN-reef, DE-riff) dan berbentuk menyerupai koral. Berbeda dengan karbonat di laut dangkal, tipe karbonat ini kristalin, sehingga kita tidak dapat menghitung arah perlapisannya. Di lokasi ini, dijumpai juga "great oolith" (oolite adalah tekstur di batuan sedimen yang berbentuk melingkar atau konsentrik, yang terbentuk karena pengaruh arus laut yang kuat. 
Kalau sekarang karbonat terendap dengan elevasi yang hampir sama, apa yang sudah terjadi? Selama berjuta tahun, terjadi tumbukan yang sangat kuat, yang mengangkat batuan karbonat dari laut dalam, sehingga karbonat dari laut dalam seakan-akan menindih karbonat dari laut dangkal.

Karbonat sangat mudah bereaksi dengan air. Ketika karbonat larut, maka sering kali kita karbonat tersebut larut dan membentuk dolina, yang berbentuk seperti kubah dan cekung. Kalau pelarutan terjadi sangat intensif, maka lubang tersebut lama-lama akan menjadi besar dan akan membentuk karst atau gua. 

Selesai
Karwendel mountain, 2016




Share:

Sunday, September 4, 2016

Untuk abah dan umi disana

"Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza
dst"

2005, Bioskop Sarinah, Malang. Disana saya pertama kali kenalan dengan nama Soe Hok Gie. Seperti anak muda yang sedang mencari sosok panutan, nama dia langsung melesat ke nomor satu. Perlahan, ada nama-nama lain yang mengisi daftar itu, keluar masuk. Norman Edwin, Tan Malaka, Paimo, Jendral Hoegeng dan yang sempat membekas agak lama, Pramoedya. Beberapa karya sastra lain sudah masuk ke kardus yang sekarang ada di rumah bapak ibu mertua saya di Wonosobo. Biografi Nabi Muhammad, karya STA, hadiah dari adik saya tentang guyonan Cak Nun dan Emha, biografi Sutan Sjahrir, asal usul komunis karya Ruth Mcvey, dll, semua tersimpan di kardus itu. Saya kepikiran buat bikin perpustakaan kecil-kecilan, trus di data dan di cap, siapa tahu nanti bisa besar jadi seperti perpustakaan pataba (perpustakaan anak semua bangsa milik Pram) di Blora atau perpustakaan bung hatta di Bukit Tinggi. Mimpi ga salah toh.

Kembali ke Soe Hok Gie. 
"Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza
dst"

Penulis itu biasanya rajin membaca buku, tanpa membaca, darimana bahan yang ditulisnya? Itu yang diajarkan oleh bapak untuk saya dan adik saya. Semasa kecil, saya dan adik paling senang kalau diajak ke toko buku di Jalan Majapahit, Malang, soalnya kami pasti dibelikan buku, entah komik, cerita anak atau buku-buku lain. Umur bertambah, ketertarikan tentang komik berkurang, akhirnya berubah jadi buku. Kami diajari untuk menyenangi membaca. Mulai buku fikih dan sejarah islam, novel, cerita hantu (goosebumps), komik, sastra, terserah, asal disesuaikan dengan umur kami saat itu. Saya jadi ingat, ketika teman-teman SD pada main tamagochi, saya ga dibelikannya, mendingan buat buku. Bahkan sampai sekarang, saya ga ngerti cara memainkannya seperti apa dan barang itu belum sempat terbeli hingga 2016 ini (entah masih ada yang jual ga ya).

Di rumah, bapak saya yang dosen teknik mesin sering dapat orderan membuat lemari buku dari papan. Saya masih ingat, sepulang dari kantor, bapak masih nandangi kerjaan lain, percetakan dan bengkel. Rumah saya lantai 2 dulu masih blabag kayu, dibuat bapak untuk urusan percetakan hot print. Cetak kartu nama (jaman dahulu), kertas undangan ada tulisan yang berwarna emas mengkilat, nah, itulah yang dikerjakan bapak saya sepulang kerja. Itu bagian percetakan, belum bagian perbengkelan. Di bagian depan rumah, bagian depan rumah kami ditutup triplek. Bengkel nya ukuran 4x4, dibuat untuk bengkel mesin dan produksi lemari kayu. Di bengkel, lantai penuh dengan skrap potongan besi dan oli. Yang masih saya ingat, ada mesin bubut, gergaji mesin otomatis, ragum, dll, semuanya dipakai untuk tambah-tambahan keluarga kami.

Soe Hok Gie lagi. 
"Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza
dst"

Kemarin orang tua saya berangkat ke Jeddah untuk melengkapi rukun islam ke-5, berangkat haji. Umur tabungan beliau sama dengan umur adik saya yang sebentar lagi insyaAllah jadi bapak. Ternyata beliau sudah mengumpulkannya sejak lama, dan ketika sudah lunas antriannya sudah cukup panjang, sehingga baru mendapat giliran tahun ini. Saya senang akhirnya abah umi bisa berangkat. Yang membekas buat saya pribadi, berarti dulu start mulai menabung dari umur kepala 3. Berarti itu semua dimulai dari percetakan, bengkel, bikin lemari, yang baru saya sadari semalam ketika saya nglilir sepertiga malam terakhir. 

Saya mengidolakan tokoh Gie, Pram, Paimo, Hatta, tapi saya sering lupa lupa, perjuangan bapak ibu saya ga kalah dengan orang-orang hebat tadi. Mas Paimo bisa melintasi 5 benua karena beliau sudah memulainya sejak jaman SMP, nyepeda antar kota, akhirnya bertambah antar propinsi. Saya lihat orangnya tekun dan teratur menyimpan barang-barang memorabilia jaman dulu, membuat saya juga kudu menerapkan ke hal yang sama, saya ga boleh lupa dengan asal saya. Kacang ora oleh ninggal lanjaranne.

Gie satu lagi
"Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza"

Alhamdulillah orang tua saya akhirnya berziarah Mekkah. Tentang Miraza, kenapa saya tulis berulang-ulang. Nama itu mengingatkan saya salah satu rumah makan favorit bapak saya di Pandaan, rumah makan Miraza. Bukan tentang judi.

Akhirnya, selamat menunaikan ibadah haji abah, umi.  
25 tahun pernikahan abah umi di Bromo, 2012
Gie untuk terakhir kali.
Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza
Tapi, aku ingin habiskan waktuku di sisimu, sayangku
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang
manis di lembah Mendalawangi

Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
Tapi aku ingin mati di sisimu, manisku
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu

Mari sini, sayangku
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung
Kita tak pernah menanamkan apa-apa,
Kita takkan pernah kehilangan apa-apa

Catatan Seorang Demonstran- Soe Hok Gie*
[Selasa, 11 November 1969]
Share:

Saturday, August 13, 2016

Hidup ibarat kacang panjang

Update: 24-10-2017
Pesan Bapak (saya panggil mbah saya Bapak), 24-10-2017


Saya dulu lahir dibantu bidan di desa kecil, desa Kepung, Pare, Kediri. Masa kecil saya habiskan di desa di kaki gunung Kelud ini. Sekarang Pare terkenal dengan kampung Inggris, saya yang lahir disana pun belum pernah mampir. Mbah lanang saya dulunya petani, jadi khotib tak tergantikan di "langgar" (surau; bahasa Jawa) pribadi di depan rumah, sedangkan mbah putri dulu dagang di pasar, tiap sore hari menjadi guru ngaji di langgar buat anak kecil dan remaja.

Minggu lalu saya sempat telepon mbah, tombo kangen, sekalian buat obat kangen buyut dengan cicit nya. Saya memanggil mbah putri "emak", mbah lanang saya panggil "bapak." Pesan emak buat cucu tertuanya,saya:
"Le, Aqila diwarai ngaji, iqro'. Arek umur sakmono gampang banget eling e. (Thole-panggilan emak saya ke saya-, Aqila diajari mengaji. Anak umur segitu gampang banget ingatnya)."
"Inggih, Mak'e, niki pun sinau alif ba' ta kaliyan pun tumut sholat bareng (iya Emak, ini sudah belajar alif ba' ta dan ikut sholat).
"Mben sholat tak dungakno Le, Le, ben keluargamu sukses dunyo akhirat (setiap habis sholat tak doakan thole supaya sukses dunia akhirat)."

Gara-gara pesan sederhana sebenarnya, banyak memori masa kecil saya rasanya terulang buat Aqila. Saya yang dibesarkan di lingkungan adat jawa yang kental dan pondok NU (Nahdlatul Ulama- Kediri salah satu basis kuat NU) yang sangat familiar dengan tembang-tembang Jawa. Tembang ini salah satunya diajarkan oleh Sunan Kalijaga untuk mengakulturasi agama dengan lagu-lagu dan adat Jawa.

Secara tidak sadar, pas Aqila nangis karena saya dan istri saya memulai untuk menyapih Aqila yang sudah hampir umur 2 tahun, saya langsung ingat lagu-lagu yang dinyanyikan Emak sebelum saya tidur, ilir ilir dan tombo ati (versi asli yg saya apal panjang banget dibanding versi nya Cak Nun dan Kyai Kanjeng). 

Saya minta istri bersenandung ke Aqila yg merengek. Setengah jam berlalu dan merengeknya mulai kurang, Aqila mulai nyaman dengan sholawat nabi, baru saya gantian nyanyi lagu dari emak saya.


Lir-ilir, lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
Tandure wis sumilir (Tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten
anyar (Demikian menghijau bagaikan pengantin baru)

Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi (Anak gembala, anak gembala panjatlah
pohon belimbing itu)

Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat untuk membasuh pakaianmu)

Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir (Pakaianmu, pakaianmu terkoyak-koyak di bagian samping)
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore (jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore)


Mumpung padhang rembulane,
mumpung jembar kalangane (Mumpung bulan bersinar terang,mumpung banyak waktu luang)
Yo surako… surak iyo… (Ayo bersoraklah dengan sorakan iya)


Makna singkat lagu ini. Lagu ini mengajak seorang muslim untuk bangun dari sifat malas dan menjaga keimanan kita (diibaratkan petani yang mendapati tanaman yang mulai menghijau). Iman itu naik turun, dan untuk menjaganya sulit (diibaratkan memanjat belimbing yang licin. Ada yang bilang belimbing itu simbol solat 5 waktu, karena ada 5 sudut di buah belimbing). . Iman itu ibarat pakaian, bisa terkoyak. Jika pakaian itu rusak, maka harus segera dijahit, selagi kita masih memiliki waktu luang. Oh ya, tadi tentang belimbing, belimbing wuluh yang rasanya asem, jaman dulu dipakai oleh orang-orang untuk mencuci dan menghapus noda di baju

Mengapa tiba-tiba menulis tentang ini? Emak dan Bapak ga bisa saya lupakan perjalanan hidup saya. Beliau salah satu yang menanamkan fondasi agama dari hal paling kecil. Apa yang sudah saya dapat selama hidup ini tidak semata-mata karena kemampuan saya sendiri. Saya yakin, kesuksesan seseorang tidak lepas dari doa orang-orang di sekitarnya, salah satunya orang tua. 

Sudahkah kita menyapa dan berterima kasih kepada orang berjasa disekitar kita? Distance does not separate people, silence does. Ibarat peribahasa, Kacang ora ninggal lanjaranne (kacang panjang tidak pernah meninggalkan akarnya). 
Umi (Ibu) saya sungkem dengan emak bapak
Bapak lagi ceramah 
Foto lebaran tahun 90an



Share:

Thursday, July 21, 2016

Asal usul Dolomit

Cara paling mudah untuk menguji apakah batuan batuan atau mineral yang diamati mengandung karbonat, adalah dengan cara meneteskan asam klorida (HCl), biasa disebut uji asam. Jika batuan karbonat, maka batuan yang sedang diamati akan mengeluarkan buih, kadang-kadang mengeluarkan bunyi ("cessss/ josss"). Namun sebenarnya, tidak semua karbonat akan bereaksi kuat dengan HCl, karena ada beberapa mineral karbonat memberikan reaksi yang lemah terhadap uji asam. Kalsit memang penyusun batuan karbonat yang paling umum dijumpai, namun ada juga mineral yang memberikan reaksi lemah dengan HCl, salah satunya adalah dolomit. Tapi tahukah teman-teman, kalau dolomit juga merupakan nama salah satu pegunungan di Alpen?


The Dolomites adalah rangkaian pegunungan di Utara Italia, berbatasan dengan Austria, merupakan singkapan pegunungan dolomit terluas di dunia. Daerah ini merupakan bagian dari UNESCO World Heritage Site dan juga diabadikan menjadi nama mineral.

Kimia
Seperti saya tulis sebelumnya, dolomit CaMg(CO3)2 adalah satu dari beberapa karbonat yang bereaksi lemah dengan HCl. Magnesit dan siderit juga bereaksi sangat lemah dengan HCl. 

Reaksi yang terjadi antara HCl dan karbonat menghasilkan buih yang kadang berbunyi "jess atau coss", merupakan bukti bahwa sedang terjadi reaksi kimia yang menghasilkan CO2 dan H2O. Ion lain juga terbentuk, seperti ion Ca2+ pada kalsit, atau ion Mg2+ pada magnesit dan Fe2+ pada siderit.
Jika kita meneteskan HCl dingin ke dolomit, maka sangat sulit untuk melihat buih, karena reaksi ini sangat lemah. Sering kali, HCl malah menetes seperti air di permukaan, baru kemudian bereaksi dengan karbonat. Lain hal nya kalau kita menghancurkan mineral dolomit, kemudian baru meneteskannya. Hal ini disebabkan luas permukaan dari dolomit akan lebih luas, sehingga reaksi akan sangat mudah diamati. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan menetesi karbonat dengan HCl hangat.

Batuan lain yang bereaksi dengan HCl
Kalsit sangat umum dijumpai di batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Karena keterdapatannya yang melimpah, baik sebagai bentukan primer maupun alterasi, kita bisa menjumpai reaksi di atas tidak hanya di batuan sedimen karbonat.

Sebagai contoh, batuan sedimen seperti batupasir (sandstone), batulanau (siltstone) maupun konglomerat, sering mengandung kalsit sebagai semen, sehingga reaksi nge"joss" sangat lazim dijumpai. Saya ambil contoh batuan beku yang sudah teralterasi oleh karbonat, sehingga jangan kaget kalau ada batuan beku yang tiba-tiba bereaksi jika ditetesi dengan HCl.
Pengamatan mikroskopis dari basalt yang telah lapuk lapuk, tampak fenokris dari plagioklas (habit meniang) dan kalsit (gambar kanan, warna interferensi cokelat-merah-hijau) di pengamatan.

Mendaki di Dolomiten
Kalau ditanya, mana lokasi favorit dari pegunungan dolomit (sering juga disebut dolomiten), saya akan menyarankan:
1. Drei Zinnen,
2. Tre Cime atau
3. Three Pinnacles.
Kalau disuruh memilih, saya pilih ketiganya, karena ketiga nama tersebut sama, hehehe. Yang pertama bahasa Jerman, kedua bahasa Italia, yang terakhir bahasa Italia. Drei Zinnen berbentuk seperti candi prambanan dari sisi Utara dan di dekatnya, terdapat Alpin hütte (dibaca huette), yang merupakan rumah tempat pendaki biasanya bermalam (shelter). Hütte ini bernama Drei Zinnenhütte - Rifugio Antonio Locatelli. Hütte ini didirikan tahun 1935 dan masih berdiri hingga sekarang. Tapi di bagian dalam shelter, saya lihat hütte semi permanen sudah ada sejak tahun 1883.  Wow...

Apa isi hütte?
Selain pendaki bisa menginap, umumnya kita bisa memesan makanan atau minuman untuk dimakan, sehingga sangat jarang pendaki membawa peralatan masak sendiri. Umumnya, beberapa gunung di Alpen melarang untuk menyalakan api untuk menghindari kebakaran. Untuk masak, umumnya alpinist menggunakan fasilitas hütte, sehingga tas yang mereka bawa akan jauh lebih ringan.  Hal ini baru saya pahami setelah mendaki beberapa gunung di Alpen. Trangia yang saya punya akhirnya lebih banyak mangkrak, sehingga ketika sudah sampai mendekati puncak atau sampai di puncak dan lapar, biasanya sudah ada hütte, sehingga tinggal memesan telor goreng dan kentang rebus, plus cokelat panas.

Drei Zinnen Hütte ini adalah hütte paling ramai yang saya datangi. Hütte ini hanya dibuka pada saat musim panas dan tutup saat musim panas. Di dalam hütte ini, terdapat 40 kasur dan hampir 100 matras, sehingga pendaki hanya perlu membawa sleeping bag saja. Untuk anggota komunitas Alpen Verein, akan disediakan diskon 50%. Keunggulan menjadi anggota komunitas Alpen Verein adalah asuransi ketika terjadi kecelakaan. Penting kah? Menurut saya, kalau kita banyak beraktivitas di gunung, maka menjadi member sangat dianjurkan, karena selain diskon, ada fasilitas helikopter darurat jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Sebagai gambaran, jika kita terjebak dalam kondisi kritis dan terpaksa harus dievakuasi dengan helikopter, padahal kita tidak menjadi member Alpen Verein, maka kita harus membayar helikopter tersebut.

Pendakian menuju Drei Zinnen bisa dilakukan dalam beberapa trek. Saya mengambil trek perjalanan 3,5 jam dengan kenaikan elevasi sekitar 1000 meter. Jika tidak terbiasa dengan berjalan jauh, ada trek lain menuju Drei Zinnen dengan kenaikan elevasi hanya 240 meter. Bagaimana cara memilihnya? Disediakan web untuk semua lokasi alpen di bergfex.at . Saya personal sangat terbantu dengan web ini, karena selain bisa mendownload trek untuk gps, saya juga bisa melihat cuaca via webcam secara live.

Mendaki bersama anak 
Alhamdulillah, ketika umur saya bertambah (sebenarnya berkurang) tanggal 17 Juli lalu, saya, Vidya dan Aqila bisa mencapai Drei Zinnen dalam 5 jam. Sampai disana, saya langsung memesan nudelsuppe (sup mie, padahal isinya seperti makaroni) dan sphagetti. Saya bukan satu-satunya orang tua yang membawa anak kecil. Selama pendakian, saya menjumpai 4 orang membawa baby carrier (2 Osprey, 1 Vaude dan 1 Phil & Teds) dan Aqila bukan yang termuda. Anak termuda berumur 1 tahun dan yang paling tua berumur 3 tahun. 

Anak-anak umur di bawah 10 tahun sangat banyak yang diajak oleh orang tuanya mendaki gunung, umumnya mereka sudah bisa memilih jalan sendiri namun tetap dalam pengarahan orang tuanya. Terlepas diskusi panjang baik tidaknya mengajak anak ke gunung, saya hanya memberikan pengalaman mendaki Alpen di bagian Austria dan Italia saja, karena ini yang saya tahu. Saya dan istri berlatih bersama Aqila secara bertahap, karena mendaki bersama anak diperlukan latihan. 10 bulan Aqila bersama saya di sini, lama-kelamaan, anak bisa berkata dan mengungkapkan apa yang dirasakan (lapar, capek, ngantuk, nenen), barulah disitu saya memilih jalur yang pas untuk istri dan anak saya.

Dan tulisan ini saya tutup dengan beberapa foto dari pegunungan dolomit, tetap sehat, tetap semangat, stay save.







 






Share:

Thursday, July 14, 2016

Priiiiit.... kamu kena tilang

3 minggu lalu, saya terburu-buru mengejar kereta dari kota sebelah ke kota saya. Perjalanannya tidak jauh, cuma 7 menit dengan kereta. Harga tiketnya juga tidak mahal, 2,80€/orang. Cuma karena saya terburu-terburu karena 1 menit lagi kereta berangkat, saya salah pencet di mesin tiket. Saya beli 3 tiket untuk 2 orang. Di pikiran, saya+istri+anak, total 3 orang, padahal anak di bawah 6 tahun gratis. Saya memencet tombol diskon 50%, karena kami bepergian bersama keluarga.

Sebenarnya diskonnya ga masalah,  karena istri mempunyai kartu diskon tersebut. Yang jadi masalah, ternyata kartu diskon saya ternyata sudah kadaluwarsa, dan baru ingat ketika pak petugas tiket mengecek tiket kami. Sangat jarang petugas tiket melakukan pengecekan, karena naik angkutan transportasi di Austria dan Jerman sifatnya "kejujuran". Ada yang bilang "bisa saja tidak beli tiket, jarang di cek kok." 

Walaupun tiket ada 3 buah, pak petugas tidak mau tahu, padahal kalau dihitung, sebenarnya jumlah yang saya bayar sudah impas. 
yang saya bayar: 3 x 2,80€ x 50% = 4,20 € (kartu diskon keluarga 50%, asalkan bepergian dengan anak, orang tua masing-masing bawa 1 kartu)
seharusnya: 1 x 2,80€ + 1 x 2,80 x 50% = 4,20 € (kartu diskon istri 50%, saya bayar normal)

Walaupun nominalnya sama, ternyata si bapak punya pemikiran lain. Apa yang terjadi? Saya harus membayar denda. Awalnya, saya pikir, saya bayar kekurangannya di tempat. Karena pernah saya jumpai bepergian dengan Railjet (kereta supercepat) beberapa orang yang malah tidak membeli tiket, mereka hanya diturunkan di stasiun berikutnya. Saya jelaskan semua dengan jujur sambil minta maaf karena saya khilaf. Walhasil, si bapak ini ga berubah pikiran sama sekali. Priiiiit.... kamu kena tilang

Dalam kasus saya, saya diberi 2 pilihan, membayar denda di tempat atau membayar denda di bank. Karena memang uang di dompet tidak cukup (mahasiswa pas-pas an), saya pilih membayar di bank. Dan ternyata itu pilihan yang lebih berat. 

Peraturan dari kereta api seperti ini:
Sollten Sie in Zügen des Nahverkźehrs ohne gültiges Ticket angetroffen werden, fällt eine Kontrollgebühr von 70,- Euro (bei sofortiger Barzahlung) an. Sie erhalten eine Bestätigu- 2€ng mit einer Fahrgeldnachforderungsnummer und auf Wunsch Ihren Daten ausgestellt.
Zahlen Sie nicht umgehend, erhöht sich der Betrag um eine Bearbeitungsgebühr (30,- Euro). In einem solchen Fall werden Ihre Daten erfasst und eine Fahrgeldnachforderung zur späteren Bezahlung ausgestellt. Sie erhalten eine Bestätigung mit allen zur Einzahlung notwendigen Angaben (Fahrgeldnachforderungsnummer, Bankdaten, …).
Artinya kurang lebih begini: 
bayar di tempat= 70€, 
bayar di bank setelah turun dari kereta= 70€ + ongkos proses 30€ = 100

Apes bener. Saya baru tahu ketika kereta sudah sampai di tujuan dan tiket denda nya sudah selesai di cetak dari mesin printer yang dibawa di tasnya. Saya diberi waktu 14 hari untuk menyelesaikan pembayaran. Pesan terakhir pak tukang tiket, jangan coba-coba ga bayar, dendanya lebih mahal.

Sesudah saya sampai di stasiun di kota saya, saya langsung ke kantor kereta api dan menanyakan hal ini. Ternyata, kebijakan tukang cek tiket itu berbeda dengan penanggung jawab stasiun. Dia menyarankan untuk membayarnya, kemudian menjelaskan bahwa terjadi kesalahan beli tiket dan bla bla. 

Saya ikuti saran si bapak ini, dengan mencantumkan scan tiket, scan bukti bayar dan kartu diskon saya yang sudah lewat kadaluarsanya. Di email, saya meminta maaf secara tertulis kalau itu bukan karena kesengajaan dan menyesalinya. Waktu sempat punya pikiran jelek, jangan2 yang menilang saya ini rombongan anti orang asing, maklum, partai komunis di sini baru aja kalah pemilu, dengan selisih kurang dari 0,50%. Pikiran jelek saat itu, walaupun partai si kawan itu kalah, tapi kan pendukungnya sebagian dari penduduk Austria. Akhirnya mau ga mau, saya coba lupakan, daripada hidup saya ga tenang karena dihantui pikiran jelek.

Saya bayar denda dan berharap laporan pengaduannya dibalas. Denda itu nominalnya besar sekali buat saya, tapi ga ada pilihan. 3x saya kirim email yang sama, berharap ada balasan. Dan 2 minggu berselang, saya dapat email balasan. Intinya, mereka tetap memberlakukan  praduga tak bersalah dan menerima alasan karena ketidaksengajaan. Alhamdulillah, uang yang sudah saya bayarkan dulu dikembalikan utuh hari ini.

Pesan moral: 
Sistem tiket di Austria dan Jerman memberlakukan kejujuran dari penumpang, pengecekan hanya dilakukan sekali-kali. Ini cukup menjadi pelajaran berharga buat saya sendiri, syukur-syukur buat yang membaca tulisan ini sampai tuntas. Silahkan belajar dari kekhilafan saya, jangan coba-coba cari masalah dengan berlaku tidak jujur. Mending beli tiket dan minta maaf kalau salah, daripada kucing-kucingan sama petugas, hidup jadi lebih ga tenang. 

Pertanyaan iseng:
Tanya: Kalau uang 100 ga dikembalikan sama pihak kereta api (OeBB = Österreichische Bundesbahnen) apa tulisan ini tetap dibuat? 
Jawab: krononlogi ini udah pernah ditulis di tulisan bulan lalu. Ini buat refleksi saya sendiri, syukur-syukur buat yang baca tulisan ini sampai selesai.

Kesimpulan

Ayas ojo mbok seneni maneh, wis kapok iki (saya jangan dimarahi lagi, ini sudah insyaf) 

Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain:

Sepatu Bally milik kami








Share:

Tuesday, June 21, 2016

Sepatu Bally Milik Kami

Kami selalu berupaya, jangan sampai ada harta yang bukan hak kami, kami makan dan menjadi darah daging di kemudian hari. Saya dan istri sudah sepaham tentang hal tersebut, apa yang saya nafkahkan untuk keluarga, sedikit banyak, harus jelas asalnya dari mana, cara mendapatkannya benar serta halal.

Tahun 2015 lalu, kami mengajukan aplikasi tunjangan untuk keluarga, alhamduillah, disetujui. Vidya mendapat bantuan, karena ibu yang tidak bekerja karena mengurus anak berhak mendapatkan bantuan tersebut. Aqila pun mendapat bantuan tiap bulan, seperti semua anak pada umumnya. Karena bantuan tersebut sangat cukup untuk keluarga kami,  kami keluarkan terlebih dahulu kepada yang berhak supaya barokah. Sisanya baru kami pakai untuk keperluan pendidikan dan keperluan lain. Nawaitu 'Alallah.

Setelah beberapa bulan kami pertimbangkan, tunjangan kami pergunakan untuk menyekolahkan Aqila ke taman kanak-kanak. Karena teman bermain seumuran sebaya Aqila tidak banyak, kami berharap Aqila bisa belajar dan bermain dengan kawan barunya. Alhamdulillah, hasilnya kami rasa positif. Aqila jadi lebih mandiri, makannya menjadi lebih banyak, dan banyak belajar dari pedagogin dan teman sebayanya.

Beberapa bulan berselang, ternyata banyak hal baru dan agak mengagetkan kami jumpai. 
1. Asuransi Vidya dan Aqila tiba-tiba berhenti dan tidak diperpanjang sejak Februari hingga saat ini (sekarang pertengahan Juni). Saya cek ke kantor asuransi, saya diminta ke kantor Pajak. Saya minta penjelasan, aplikasi perpanjangan yang sudah saya isi sejak Februari "digantung" sampai bulan Juni. Karena saya rasa ada yang tidak benar, saya konsultasikan ke Profesor saya, dan kami menghadap bersama-sama ke kantor Pajak.

Singkat cerita, kontrak beasiswa saya yang 3 tahun belum bisa membuat mereka yakin bahwa saya berhak mendapat bantuan (kesehatan, tunjangan keluarga). Profesor saya pun juga heran, mengapa prosesnya begitu lama dan berbelit-belit. Otomatis, jika asuransi tidak diperpanjang, maka tunjangan keluarga untuk istri dan anak tidak ada lagi. Hari ini, 27 Juni saya datang lagi berkunjung ke dokter anak untuk mendaftarkan anak saya untuk pemeriksaaan 2 tahun, dan hingga sekarang, belum ada kemajuan proses dari asuransi kami.

2. Kami ketiban sampur, musim dingin yang lalu, rumah yang kami tempati cukup dingin, karena tiap malam, pemanas ruangan dimatikan oleh pemilik rumah. Praktis, kami menggunakan pemanas portable sepanjang malam. Karena sistem isolasi rumah yang tidak baik, rumah mengembun dan akhirnya muncul jamur di sisi dalam rumah, dan saya harus mengecatnya. Padahal, si empunya rumah sempat berkata, bahwa rumah bakal dicat selama kami tinggal, nyatanya, 3 hari saya luangkan di bulan Mei untuk mengecat rumah 30 m2. Astaghfirullah hal 'adzim, sabar.

3. Saya akui, saya salah paham ketika saya harus melaporkan tagihan pajak saya selama di Indonesia. Ternyata ada pemasukan 2 tahun lalu yang belum dilaporkan beberapa tahun lalu ke kantor pajak, yang saya kira sudah dilaporkan oleh tempat saya bekerja. Walhasil, saya mendapat surat untuk mengkonfirmasi hal tersebut, dan ya saya sudah mengoreksi laporan pajak tersebut dan menunggu untuk menyetorkan kekurangan pembayarannya. 

4. Kali ini, ini kekhilafan saya. Kereta yang akan saya tumpangi akan jalan 3 menit lagi, namun saya belum selesai membeli tiket. Saya salah memencet tombol, seharusnya saya memilih tiket reguler untuk perjalanan kereta 7 menit, saya malah membeli tiket 3 dewasa untuk saya dan istri, dan saya memilih tiket diskon untuk keluarga. Dengan tiket diskon, harga menjadi 50%, asal membawa kartu berlangganan. Saya khilaf, kartu saya expired, hanya istri yang membawa kartu tersebut. Sebenarnya saya mempunyai kartu lain yang bisa digunakan, namun karena kartu tersebut tidak ditanyakan oleh pemeriksa tiket, saya kena "penalti". Walhasil, ketika pengecekan tiket, saya harus membayar 25x lipat dari harga yang seharusnya saya bayar dengan tiket reguler. Saya sudah meminta keringanan, namun hingga kini tidak ada jawaban. 

5. Balik lagi ke urusan rumah. Per tengah Juni ini, saya diminta si empunya rumah untuk pindah dengan batas akhir Juli 2016, dengan alasan di dapur, piring basah bakal membuat jamur muncul lagi di rumah ini. Hal lain, konsumsi listrik menjadi meningkat dibanding tahun sebelumnya, dan kami diminta membayar kekurangannya. Sebenarnya ini tidak masalah, karena memang kami berencana pindah di akhir Juli ini. Jadi, kami belum sempat pamitan, sudah diminta untuk pindah.

Rezeki yang tidak diduga datang dari salah satu dosen saya, yang mengirimkan dana SHU untuk pekerjaan yang saya kerjakan, hampir 2 tahun yang lalu. Saya tidak menyangka, rezeki datang dari tempat yang tidak bisa diduga.

Dari cerita di atas, kami pun mengoreksi diri, apa ada kewajiban yang belum kami tunaikan? Itu yang selalu menjadi pertanyaan kami. Akhirnya, kami memutuskan untuk menitipkan rezeki kami ke Ibu di Wonosobo, semoga ke depannya, jalan kami menjadi lebih lapang.

Istri sempat bercerita. Selama tinggal di Jerman, kehidupan Pak Habibie dan Ibu Ainun juga tidak semudah kebanyakan orang, misalnya untuk membeli sepatu layak saja tidak mampu. Bung Hatta juga hanya menyimpan kenangan sepatu Bally yang tidak bisa terbeli hingga beliau wafat. Mereka berdua mengajarkan kesederhanaan, yang akhirnya dikenang banyak orang hingga kini.

Sekarang, kami lah yang harus belajar kepada dua orang besar tersebut. Kami harus berbesar diri dengan cobaan yang kami jalani. Ini hanya sekelumit  cerita saya dan istri menjalani hidup di negeri orang. Apa yang banyak dilihat orang, hanya gunung es yang kecil. Kami belajar, Allah lah yang memberikan kami kelapangan, kesusahan, nikmat serta cobaan. Kami hanya bisa berdoa, supaya kami sekeluarga selalu sehat, dicukupkan rezeki, serta tetap berada di jalan yang lurus. Innallaha ma'as shobirin.

Leoben, 
Imsak bulan Ramadan malam ke-15


La Tahzan, Yayak dan Vidya
Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *