Sudah
pernah lihat panas bumi? Sudah pernah mampir ke Kamojang? Sekarang saya coba
bahas sedikit yang saya tahu tentang Kamojang ya...
Lapangan
panasbumi Kamojang berada dalam wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Lapangan
ini berjarak + 17 km Baratlaut Garut atau + 42
km Tenggara Bandung, dan berada pada ketinggian 1640 – 1750 m diatas permukaan
laut. Secara geografis, lapangan Kamojang terletak pada posisi 107o37,5’
– 107o48’ BT dan 7o5,5’ – 7o16,5’ LS.
Lapangan Kamojang mencakup suatu kumpulan kenampakan
gejala panasbumi di permukaan, berupa fumarol serta kubangan lumpur
panas. Beberapa diantaranya adalah Danau Pangkalan, Kawah Manuk, Kawah Berecek
dan Kawah Leutak. Interpretasi Landsat menunjukkan lapangan Kamojang berada
dalam suatu depresi berdiameter + 5 km (Sudarman &
Hochstein, 1983).
Gunung Guntur (2125 m) di sebelah barat Kamojang
menunjukkan aktifitas terakhir tahun 1840 (Robert, 1988). Sebagai lapangan
panasbumi pertama di Indonesia, lapangan Kamojang berpotensi 300 MWe. Melalui
24 sumur produksi, dewasa ini telah dihasilkan energi listrik 140 MWe dan akan
dikembangkan hingga 200 MWe.
Lapangan panasbumi Kamojang merupakan sistem dominasi uap
yang cenderung kehabisan air, oleh karena itu perlu dilakukan reinjeksi
berdasarkan kondisi reservoir. Pada masa produksi terjadi perubahan tekanan,
temperatur dan fasa fluida panasbumi.
Di Indonesia usaha pencarian sumber energi panasbumi
pertama kali dilakukan di daerah Kawah Kamojang pada tahun 1918. Pada tahun
1926 hingga tahun 1929 lima sumur eksplorasi dibor dimana sampai saat ini salah
satu dari sumur tersebut, yaitu sumur KMJ‐3 masih memproduksikan uap panas kering
atau dry steam (Saptadji, 2010). Pecahnya perang dunia dan perang kemerdekaan
Indonesia mungkin merupakan salah satu alasan dihentikannya kegiatan eksplorasi
di daerah tersebut.
Kegiatan eksplorasi panasbumi di Indonesia baru dilakukan
secara luas pada tahun 1972 (Saptadji, 2010). Direktorat Vulkanologi dan
Pertamina, dengan bantuan Pemerintah Perapatan Ciamis dan New Zealand melakukan
survey pendahuluan di seluruh wilayah Indonesia. Dari hasil survey dilaporkan
bahwa di Indonesia terdapat 217 prospek panasbumi, yaitu di sepanjang jalur
vulkanik mulai dari bagian Barat Sumatera, terus ke Pulau Jawa, Bali, Nusa
Tenggara dan kemudian membelok ke arah utara melalui Maluku dan Sulawesi.
Survey yang dilakukan selanjutnya telah berhasil menemukan beberapa daerah
prospek baru sehingga jumlahnya meningkat menjadi 256 prospek, yaitu 84 prospek
di Sumatera, 76 prospek di Jawa, 51 prospek di Sulawesi, 21 prospek di
Nusatenggara, 3 prospek di Irian, 15 prospek di Maluku dan 5 prospek di
Kalimantan. Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem
hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya
beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150‐225oC).
Di
Kamojang, kita akan mendapatkan berbagai macam manifestasi, seperti adanya
steaming ground, kawah kereta api, kawah hujan, kolam lumpur, dsb. Kita coba
bahas satu-satu ya...
1. Kawah Mati Kamojang
Lokasi ini dulunya merupakan kawah yang telah mati, yang
ada di bagian Tenggara dari Kawah Berecek. Dulunya lokasi ini merupakan kawah
yang aktif, namun saat ini telah sekarat dan membeku. ada lokasi ini
ditemukan adanya sulfur yang mengkristal dan membentuk seperti kelopak bunga.
Tanah mempunyai temperatur yang cukup panas, yang mengindikasikan bagian bawah
dari lapisan tanah yang membeku masih terdapat aktivitas hidrotermal yang
berlangsung hingga sekarang. Pengukuran steaming ground menunjukkan
temperatur tanah sebesar 70,60 C
2. Kawah Kereta Api
Kawah kereta api merupakan bekas sumur panas bumi yang di
bor semasa jaman penjajahan Belanda. Dari sumur ini, menyembur uap dengan
tekanan yang sangat tinggi dan menimbulkan bunyi yang nyaring seperti bunyi kereta
api. Disini, ada seorang "aki" atau kakek yang menunjukkan kebolehannya dengan melewatkan uap
panas di antara sela-sela bambu, sehingga ketika udara panas tersebut lewat,
maka akan terdengar suara melengking seperti bunyi sirine kereta api... tut
tuttttt....
3. Kawah Hujan
Pengamatan di lokasi ini adalah uap panas yang muncul
dari rongga antar batuan. Namun di sebelah Timur dari lokasi ini, ditemukan
adanya mata air yang dingin. Air yang dingin ini berasal dari akuifer yang
dangkal, dan tidak berhubungan dengan aktivitas hidrotermal. Hasil perhitungan
pH menunjukkan air mempunyai derajat keasaman yang mendekati netral. Banyak
orang memanfaatkan untuk sekedar sauna, lumayan hangat sih, Tapi jangan terlalu
lama ya. :D
4. Kolam Lumpur
Di
sini ditemukan adanya bekas manifestasi air panas yang membentuk kolam lumpur
yang sesekali mengeluarkan gas. Kolam lumpur ini terletak antara kawah hujan
dengan kawah Cibuliran. Terdapat buih letupan air pada permukaan air, namun
buih mempunyai ketinggian yang rendah. Buih berasal dari akuifer dangkal, dan
muncul sebagai akibat dari tekanan yang tinggi dari gas dari dalam kerak
bumi. Tidak jauh dari lokasi manifestasi, ditemukan adanya kawah yang
telah mati dan mulai membeku. Ditemukan adanya alterasi argillik yang
didominasi oleh mineral talk yang berwarna putih keabuan. Lumpur yang mengering
tampak pecah dan retak pada beberapa sisi.
5. Kawah Cibuliran
Pada kawah Cibuliran, tampak adanya sumur bekas pemboran
yang sudah tidak berproduksi lagi pada saat ini. Di sebelah Utara dari lokasi
bor ditemukan adanya mata air panas yang masih mengalir. Mata air ini mengalir
dari arah relatif Timur menuju Barat, dan mengeluarkan kandungan gas yang cukup
tinggi dan berbau menyengat.
Semoga
bisa bermanfaat buat rekan-rekan yang berencana berkunjung ke Kamojang, Garut. Selain Kamojang, masih banyak wisata geologi lain dan gunung papandayan yang juga
Belajar bisa dimana saja lo. Yuk, kita belajar dari alam.
1.Alzwar, M S. Bachri, N. Akbar, 1992. Peta Geologi
Lembar Garut dan Pameungpeuk. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (Indonesia)
2.Hilyah, Anik. 2010. Studi Gempa Mikro
untuk mendeteksi Rekahan di area Panas bumi Kamojang Kabupaten Garut. Jurnal
Fisika dan Aplikasinya. Volume 6, Nomor 2 Juni,2010
3.Sudarman, S. , Hochstein, M.P., 1983.
Geophysical structure of the Kamojang geothermal field (Java). Proceeding of
the 5th New Zealand geothermal workshop. New Zealand.
4.Sulistijo, B. 2012. Buku Panduan Ekskursi Panas
Bumi Kamojang. Modul Lapangan
6.http://www.slideshare.net/SugengWidodo/geothermal-system-7688546,
Saptadji, 2010