Conversations with the Earth

Thursday, July 21, 2016

Asal usul Dolomit

Cara paling mudah untuk menguji apakah batuan batuan atau mineral yang diamati mengandung karbonat, adalah dengan cara meneteskan asam klorida (HCl), biasa disebut uji asam. Jika batuan karbonat, maka batuan yang sedang diamati akan mengeluarkan buih, kadang-kadang mengeluarkan bunyi ("cessss/ josss"). Namun sebenarnya, tidak semua karbonat akan bereaksi kuat dengan HCl, karena ada beberapa mineral karbonat memberikan reaksi yang lemah terhadap uji asam. Kalsit memang penyusun batuan karbonat yang paling umum dijumpai, namun ada juga mineral yang memberikan reaksi lemah dengan HCl, salah satunya adalah dolomit. Tapi tahukah teman-teman, kalau dolomit juga merupakan nama salah satu pegunungan di Alpen?


The Dolomites adalah rangkaian pegunungan di Utara Italia, berbatasan dengan Austria, merupakan singkapan pegunungan dolomit terluas di dunia. Daerah ini merupakan bagian dari UNESCO World Heritage Site dan juga diabadikan menjadi nama mineral.

Kimia
Seperti saya tulis sebelumnya, dolomit CaMg(CO3)2 adalah satu dari beberapa karbonat yang bereaksi lemah dengan HCl. Magnesit dan siderit juga bereaksi sangat lemah dengan HCl. 

Reaksi yang terjadi antara HCl dan karbonat menghasilkan buih yang kadang berbunyi "jess atau coss", merupakan bukti bahwa sedang terjadi reaksi kimia yang menghasilkan CO2 dan H2O. Ion lain juga terbentuk, seperti ion Ca2+ pada kalsit, atau ion Mg2+ pada magnesit dan Fe2+ pada siderit.
Jika kita meneteskan HCl dingin ke dolomit, maka sangat sulit untuk melihat buih, karena reaksi ini sangat lemah. Sering kali, HCl malah menetes seperti air di permukaan, baru kemudian bereaksi dengan karbonat. Lain hal nya kalau kita menghancurkan mineral dolomit, kemudian baru meneteskannya. Hal ini disebabkan luas permukaan dari dolomit akan lebih luas, sehingga reaksi akan sangat mudah diamati. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan menetesi karbonat dengan HCl hangat.

Batuan lain yang bereaksi dengan HCl
Kalsit sangat umum dijumpai di batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Karena keterdapatannya yang melimpah, baik sebagai bentukan primer maupun alterasi, kita bisa menjumpai reaksi di atas tidak hanya di batuan sedimen karbonat.

Sebagai contoh, batuan sedimen seperti batupasir (sandstone), batulanau (siltstone) maupun konglomerat, sering mengandung kalsit sebagai semen, sehingga reaksi nge"joss" sangat lazim dijumpai. Saya ambil contoh batuan beku yang sudah teralterasi oleh karbonat, sehingga jangan kaget kalau ada batuan beku yang tiba-tiba bereaksi jika ditetesi dengan HCl.
Pengamatan mikroskopis dari basalt yang telah lapuk lapuk, tampak fenokris dari plagioklas (habit meniang) dan kalsit (gambar kanan, warna interferensi cokelat-merah-hijau) di pengamatan.

Mendaki di Dolomiten
Kalau ditanya, mana lokasi favorit dari pegunungan dolomit (sering juga disebut dolomiten), saya akan menyarankan:
1. Drei Zinnen,
2. Tre Cime atau
3. Three Pinnacles.
Kalau disuruh memilih, saya pilih ketiganya, karena ketiga nama tersebut sama, hehehe. Yang pertama bahasa Jerman, kedua bahasa Italia, yang terakhir bahasa Italia. Drei Zinnen berbentuk seperti candi prambanan dari sisi Utara dan di dekatnya, terdapat Alpin hütte (dibaca huette), yang merupakan rumah tempat pendaki biasanya bermalam (shelter). Hütte ini bernama Drei Zinnenhütte - Rifugio Antonio Locatelli. Hütte ini didirikan tahun 1935 dan masih berdiri hingga sekarang. Tapi di bagian dalam shelter, saya lihat hütte semi permanen sudah ada sejak tahun 1883.  Wow...

Apa isi hütte?
Selain pendaki bisa menginap, umumnya kita bisa memesan makanan atau minuman untuk dimakan, sehingga sangat jarang pendaki membawa peralatan masak sendiri. Umumnya, beberapa gunung di Alpen melarang untuk menyalakan api untuk menghindari kebakaran. Untuk masak, umumnya alpinist menggunakan fasilitas hütte, sehingga tas yang mereka bawa akan jauh lebih ringan.  Hal ini baru saya pahami setelah mendaki beberapa gunung di Alpen. Trangia yang saya punya akhirnya lebih banyak mangkrak, sehingga ketika sudah sampai mendekati puncak atau sampai di puncak dan lapar, biasanya sudah ada hütte, sehingga tinggal memesan telor goreng dan kentang rebus, plus cokelat panas.

Drei Zinnen Hütte ini adalah hütte paling ramai yang saya datangi. Hütte ini hanya dibuka pada saat musim panas dan tutup saat musim panas. Di dalam hütte ini, terdapat 40 kasur dan hampir 100 matras, sehingga pendaki hanya perlu membawa sleeping bag saja. Untuk anggota komunitas Alpen Verein, akan disediakan diskon 50%. Keunggulan menjadi anggota komunitas Alpen Verein adalah asuransi ketika terjadi kecelakaan. Penting kah? Menurut saya, kalau kita banyak beraktivitas di gunung, maka menjadi member sangat dianjurkan, karena selain diskon, ada fasilitas helikopter darurat jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Sebagai gambaran, jika kita terjebak dalam kondisi kritis dan terpaksa harus dievakuasi dengan helikopter, padahal kita tidak menjadi member Alpen Verein, maka kita harus membayar helikopter tersebut.

Pendakian menuju Drei Zinnen bisa dilakukan dalam beberapa trek. Saya mengambil trek perjalanan 3,5 jam dengan kenaikan elevasi sekitar 1000 meter. Jika tidak terbiasa dengan berjalan jauh, ada trek lain menuju Drei Zinnen dengan kenaikan elevasi hanya 240 meter. Bagaimana cara memilihnya? Disediakan web untuk semua lokasi alpen di bergfex.at . Saya personal sangat terbantu dengan web ini, karena selain bisa mendownload trek untuk gps, saya juga bisa melihat cuaca via webcam secara live.

Mendaki bersama anak 
Alhamdulillah, ketika umur saya bertambah (sebenarnya berkurang) tanggal 17 Juli lalu, saya, Vidya dan Aqila bisa mencapai Drei Zinnen dalam 5 jam. Sampai disana, saya langsung memesan nudelsuppe (sup mie, padahal isinya seperti makaroni) dan sphagetti. Saya bukan satu-satunya orang tua yang membawa anak kecil. Selama pendakian, saya menjumpai 4 orang membawa baby carrier (2 Osprey, 1 Vaude dan 1 Phil & Teds) dan Aqila bukan yang termuda. Anak termuda berumur 1 tahun dan yang paling tua berumur 3 tahun. 

Anak-anak umur di bawah 10 tahun sangat banyak yang diajak oleh orang tuanya mendaki gunung, umumnya mereka sudah bisa memilih jalan sendiri namun tetap dalam pengarahan orang tuanya. Terlepas diskusi panjang baik tidaknya mengajak anak ke gunung, saya hanya memberikan pengalaman mendaki Alpen di bagian Austria dan Italia saja, karena ini yang saya tahu. Saya dan istri berlatih bersama Aqila secara bertahap, karena mendaki bersama anak diperlukan latihan. 10 bulan Aqila bersama saya di sini, lama-kelamaan, anak bisa berkata dan mengungkapkan apa yang dirasakan (lapar, capek, ngantuk, nenen), barulah disitu saya memilih jalur yang pas untuk istri dan anak saya.

Dan tulisan ini saya tutup dengan beberapa foto dari pegunungan dolomit, tetap sehat, tetap semangat, stay save.







 






Share:

2 comments:

  1. Kreennn kali Mas Brooo, Aqila n Nyonya nya !!!
    Salam Sukses..

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe.. makasih mas bro, ntar kapan2 kami kunjungin ya

      Delete

Komentar akan dimoderasi oleh penulis sebelum tayang. Terima kasih

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *