Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Friday, September 20, 2013

Wafat, moksa, dan kesempurnaan kehidupan

Tiap anak kecil yang berangkat sekolah, selalu menantikan waktu untuk bel selesainya sekolah. Tiap orang yang berangkat bekerja, pasti menantikan waktu untuk pulang ke rumah. Sama seperti peribahasa, gunung akan kudaki, sungai akan ku seberangi, dan laut akan ku salami. Ketika pendaki naik ke atas gunung, pasti suatu saat dia harus berpisah dengan puncak yang dia tunggu. Orang yang menyeberangi sungai, tentunya mengharapkan dia bisa sampai di sisi seberang. Pun juga orang yang menyelami lautan, suatu saat dia harus kembali lagi ke daratan lagi.

Seperti itulah analogi kehidupan ini, semua hanya menumpang sejenak, karena ada awal, dan selalu ada akhir. Semua yang kita usahakan di dunia ini, tidak akan kita bawa sepeser pun ke alam kubur. Hanya nama yang tertulis di nisan lah yang akan mengingatkan orang-orang sekitar kita, bahwa kita telah tiada. Namun apa yang bisa membuat orang di sekitar kita, bahkan orang yang tidak kita kenal mengenal siapa kita? Tidak ada lain hanyalah prestasi. Prestasi seperti apa yang akan kita tinggalkan untuk orang-orang tersebut? Kenangan apa yang akan diingat oleh orang-orang tentang kita? Apa testimoni yang akan kita dengar dari orang-orang ketika kita sudah terbujur kaku kelak?

Suatu saat, Malaikat Izrail akan mencabut nyawa seseorang yang soleh sholekhah, Fulan bin Fulan. Ketika sudah sampai waktunya, Fulan bin Fulan bertanya kepada Malaikat. “Apakah seorang kekasih rela meninggalkan kekasih yang sangat dicintainya (ketika ruh meninggalkan jasad-nya)? Kemudian Sang Malaikat bertanya kepada Allah Yang Maha Tahu segalanya. Allah Yang Maha Bijaksana menjawab dengan jawaban yang sangat indah, “Apakah seorang kekasih (hamba) tidak akan senang ketika dia akan bertemu kekasihnya (Khaliq)? Hanya orang-orang yang beriman dan mempersiapkan kematian lah yang akan bahagia bertemu dengan pencipta-Nya, bukan orang-orang yang tidak mempersiapkan apapun selagi di dunia.”


Maha Suci Allah, kita dengan segala apa yang kita kerjakan sekarang, mungkin belum mempersiapkan bekal ini dengan matang. Pun termasuk juga penulis, yang mendapatkan rahmat ketika bersolat Jumat di Menteng, melihat seseorang bertubuh gemuk, menempelkan badannya pada tiang, kemudian menangis ketika mendengar khutbah yang sangat mengharukan ini. Terutama ketika dia mengingatkan sang Khotib mengingatkan pertanyaan yang ditanyakan oleh sang Khotin, “dengan siapa kah kalian akan masuk ke dalam surga Allah? Hanyakah kalian yang akan masuk ke dalam surga Allah? Dengan orang tua, keluarga, anak, istri? Atau bahkan hanya kalian saja yang akan masuk surga, tanpa orang-orang yang kalian kenal di sekitar kalian? Atau malah lebih miris lagi, kita dan keluarga tidak bisa mencium bau surga Allah. Tidak ada kata terlambat untuk memulai hal yang baik, teman-teman, terutama untuk mempersiapkan kematian.

Betapa indahnya Allah menjanjikan akan adanya kenikmatan sebanyak 99x dan siksaan hampir 99x kepada orang-orang yang sudah meninggal. Dan kita sangat bersyukur, karena kita selalu menyebutkan istilah mati atau meninggal dengan istilah yang sangat indah, yaitu wafat maupun kembali ke rahmatullah.

Di Al Qur’an, ada beberapa istilah yang menyebutkan istilah kematian, salah satunya adalah al wafat atau wafat. Wafat dapat berarti sempurna, dimana ketika dia meninggal, maka seseorang manusia telah mengalami semua hal yang ada dalam hidup, dan Allah menyempurnakan dalam kematian.

Ya Ayyatuhan Nafsul Muthmainnah. Irji'i ila rabbiki raa dhiyatam mardhiyyah. Fadkhuli fi 'ibadi. wadkhuli jannatii...

Wahai jiwa yang tenang, kembalillah kepada tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhoi-Nya. maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba Ku. dan masuklah ke dalam surga-Ku [Qs. Al-Fajr : 27-30]

Sama seperti di dunia pewayangan, yang menyebutkan istilah moksa untuk kematian yang sempurna, seperti ketika werkudara alias Bima, Puntadewa, Arjuna, Nakula dan Sadewa yang meninggal secara sempurna setelah perang Bharatayuda. Gunungan di tengah-tengah kelir dalam pewayangan, yang melambangkan dunia yang fana ini, dan bisa berganti-ganti cerita, tergantung oleh Sang Dalang, sama seperti dunia kita, yang hanya sesaat, tidak ada yang abadi, karena ada Allah yang mengatur semuanya.

Share:

Tuesday, September 10, 2013

Mineralization Study of Ringin Putih Vein, Southern Mountain Part of East Java, Indonesia

Link Download -------> Paper

Abstract

Ringin Putih district is located in the Southern Mountain Part of East Java. This area shows the epithermal system indication which is a part of the Early Cretaceous tectonic evolution of the Sunda-Banda arc. The lithologies of the Ringin Putih area are dominated by an andesitic-basaltic lava, tuff, clay, and pyroclastic rocks. The mineralization indications are characterized by the copper mineralization and the presence of ubiquitous sulphide minerals. Petrography, mineralogy, X-Ray Diffraction (XRD) analysis was conducted in order to obtain the basic data for the mineralization and alteration properties. The indication of quartz-feldspar-actinolite (?)-epidote-chlorite, often with magnetite facies, indicates that the sample represent propylitic alteration, that is caused by the iron and the sulfur-bearing hydrothermal fluids; whilst the pyrophyllite-quartz-sericite-illite is correspond with the illite-kaolinite group minerals, and represent the phyllic alteration. Pyrophyllite-rutile are tend to be formed in the acidic environments and the oxidized fluids; while the smectite-illite-chlorite-epidote-biotite were formed in the near-neutral pH and reduced fluids. The transition from the acidic-oxidized fluids into the near neutral-reduced fluid gives the preliminary indication of fluids from the great depth and fluids from the near surface water.


INTRODUCTION
The magmatic arc system in Indonesia is the result of a complex history of tectonic events including the plate subduction and the arc magmatism. The Sunda-Banda volcanic island arc is the longest arc in Indonesia, extending from Aceh to East Damar (Carlile and Mitchell, 1994). Based on Van Bemmelen (1949) physiography, the area study is located in the Southern Mountain Part of East Java, with normal fault as a dominant structure, that potentially control the circulation of magmatic fluid and mineralization.

The Southern Mountain belt of East Java and the Southern part of Cianjur as a part of the Southern part of mountain belt of Java are thought to have potentially metallic mineral deposits, as well as the products of subduction. In general, these areas are underlain by the various volcanic-sedimentary rocks that are of Tertiary to Quaternary in age and some igneous rocks that are locally attributed to the formation of hydrothermal alteration and mineralization (Widodo et. al., 2002; Widodo, 2003).

Widodo et. Al. (2002) conducted semi-detailed investigations during the cooperative exploration of DIM-JICA in Blitar, East Java and Cianjur, West Java. Widodo (2003) also invent the ore mineral in Malang District, Lumajang District: Tempursari (Lumajang District), Seweden (Blitar District) and Suren Lor (Trenggalek District).

Sulistijo (2010) carried out detail field sampling for the ore minerals in Blitar and Tulungagung District, including Gunung Gede and Ringin Putih, Blitar. The study of geological and hydrothermal alteration in Sumberboto and vicinity were conducted by Permana (2011).
Hakim and Sulistijo (2012) studied the combination of satellite imagery, geological prospecting, geochemical study and mineralogy analysis to analyze the copper prospect in Seweden, Blitar.
This study aimed to elucidate the ore-forming minerals by optical mineralogy and mineragraphy analysis, and obtain basic data for the mineralization characteristics in Ringin Putih district.

GEOLOGICAL CONDITION
Sumatra and Java is a system of Sunda Banda arc, as a results of the convergence betwen Indo-Australian arc and Eurasian arc in Cenozoic. Sunda Banda arc lies from Northern Sumatra (Aceh), Java, Nusa Tenggara, until Banda Island. (Katili, 1975; Hamilton, 1979; Carlille and Mitchel, 1994).
Regional stratigraphy in the area of research is dominated by the product of volcanic activity, intrusive rock, and limestone. Pacitan, Ponorogo, Wonogiri, and Blitar, located in the Old Volcanic Metallogenic, formed in Mandalika Formation, and sediment rock from Arjosari Formation (Samodra et.al., 1992).
Mandalika Formation is the oldest formation (Oligo-Miocene) that appears in the location of study. The most prospective host for mineralization lies on the Mandalika Formation (Oligo-Miocene). Mandalika Formation consists of andesite-lava-basalt, porphyry latite, rhyolite and dacite. Andesite lava is dominated by pyroxene, andesite, hornblende, and trachyte andesite that can be altered into propylitic, further more can be altered into kaolinite.

Campurdarat Formation formed in Early Miocene, consists of crystalline limestone and claystone intercalation (Siregar and Praptisih, 2008). Four carbonate facies have been recognized within this formation. Packstone facies comprising three subfacies i.e. nodular packstone subfacies, algal foraminifera packstone subfacies and milliolid packstone subfacies developed in back-reef, lagoon and tidal channel environments. Float stone facies were deposited in back-reef and reef-zone environments. Rudstone facies interpreted to be deposited on the reef-flat. Boundstone facies which forms the reef-core can be devided in two subfacies i.e. bafflestone subfacies and framestone subfacies. These boundstone facies were deposited in reef-crest – reef-front environments. The Campurdarat carbonate rocks are interpreted to represent a barrier-reef of Early Miocene age with the back-reef part towards the South and the reef front part towards the North (Siregar and Praptisih, 2008).

Intrusive rock (Oligocene-Miocene) that is consisted of dacite, diorite, and tonalite intruded the Mandalika Formation and the Campurdarat Formation. Dacite crystal form in fine-coarse grained, color in white-grey consists of porphyritic with bipiramidal phenocryst quartz, feldspar, hornblende, and ore mineral (Permana, 2011 in Samodra, 1992).


Other section shows in JPG version. Do not hesitate to have a any discussion, with this topic. 











Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *