Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Saturday, November 25, 2023

Pengalaman Memilih Headlamp

Saya sendiri sering bingung Kebetulan saya pernah coba beberapa tipe headlamp dari Silva, Black Diamond, Petzl, Eiger dan Montbell. Dari beberapa merk itu, akhirnya bisa saya bandingkan beberapa fitur yang saya anggap penting buat memilih headlamp.

1. Lumens

Lumens adalah satuan internasional untuk menyatakan flux dari kecerahan cahaya. Semakin tinggi lumens dari headlamp, tentunya akan menjadikan cahaya yang keluar dari headlamp semakin cerah. Ilustrasi sederhana, 400 lumens akan setara dengan lampu bulb 40W. Semakin tinggi lumens, otomatis pemakaian baterai akan tinggi pula.

2. LED yang diperlukan

Berapa LED yang bisa menyala akan menentukan harga headlamp. Apa perlu dua, tiga atau lebih LED dengan warna pendar yang berbeda? Apa perlu ada LED yang berwarna merah yang bisa menyala? Lampu merah di headlamp digunakan untuk membaca peta di malam hari. Fitur ini akan membuat tidak ada informasi yang hilang, terutama ketika disinari cahaya terang putih atau kuning. Less blinding light. Polusi cahaya juga tidak ada dengan warna merah. Belum lagi kalau kita berada di daerah yang banyak serangga malam, bisa-bisa pada datang karena cahaya putih dari LED lampu kita.

3. Baterai
Ada headlamp yang menggunakan 1 buah baterai AA (contohnya eiger dan montbell), dengan baterai AAA 3 buah (umum di beberapa tipe, saya pakai Petzl Tikkina, Petzl Tikka, Black Diamond Storm).

Headlamp dengan 1 baterai AA biasanya menghasilkan kecerahan yang kecil, dipakai di tipe-tipe headlamp yang basic. Montbell yang saya pakai hanya punya 2 fitur cahaya: lampu putih dan kuning. Eiger versi ini lebih sederhana, hanya punya 1 mode lampu saja.

Pengalaman saya, baterai alkaline (misalkan ABC alkaline) menghasilkan durasi pemakaian baterai yang lebih awet dibanding baterai regular. Tapi ya tekor juga kalau terus-terusan beli, hehehe. Akhirnya saya beralih ke baterai rechargeable untuk semua barang lapangan saya, GPS, headlamp, dan juga peralatan mengajar (laser pointer). Hitungannya jadi lebih murah daripada terus-terusan beli baterai sekali pakai.


Fyi, ada tipe baterai zinc carbon (yang ada batang karbon di tengah), itu sekali pakai. Baterai rechargeable pakai tipe Lithium Ferro Phosphate (LFP). Waktu beli Petzl Tikka dan Tikkina, langsung otomatis dapat Duracell 3 buah di kotaknya. Saya masih ingat di kotanya juga ditawarkan juga dengan baterai rechargeable, oleh Petzl disebut Hybrid Concept. Saya belum coba, harganya mahal, hampir setara dengan headlampnya.

Baru sekarang nyobain Black Diamond Spot R. Sekilas lebih praktis, sama seperti mengecharge baterai dengan micro USB. Saya baca-baca, baterai lithium yang ditanam di versi R bakal lebih awet dibanding alkaline dan zinc carbon.


4. Strap

Nah, ini yang tricky. Ga semua headlamp bisa dilepas strapnya. Yang agak nyebelin waktu kotor dan sudah waktunya nyuci, kalau strap ga bisa dilepas dari headlamp, otomatis nyucinya sulit. Saya senang dengan Black Diamond Storm dan Spot karena bisa dilepas dari body headlamp. Strap Petzl dan Montbell ga bisa dilepas. Sebenarnya aman saja, karena headlamp biasanya punya seal penutup ke baterai, sehingga membuat lebih anti air. Bahkan ada yang mengklaim IP67.

Lama kelamaan, strap akan kendor dan bergelombang. Saya baru mengalami di Montbell setelah lebih dari 7 tahun. Petzl sudah 3 tahun masih aman. Saya belum pernah punya headlamp yang punya tali melintang di atas kepala, jadi engga bisa sharing pengalaman.

Ada beberapa headlamp yang pakai sistem strap tipis yang adjustable. Saya sendiri belum pernah make, jadi engga bisa comment.

5. Fitur lock
Fitur ini baru buat saya, walaupun sudah beberapa tahun yang lalu saya sempat lihat di beberapa tipe headlamp. Fitur ini membantu terutama ketika kita menyimpan headlamp di tas atau kantong, secara tidak sengaja tombol On/Off sengaja tertekan. Walhasil, lampu headlamp menyala sendiri, pas digunakan tinggal sedikit baterainya. Saya pernah mengalami sendiri seperti ini. Akhirnya dulu saya memutar posisi 1 baterai waktu tidak headlamp tidak digunakan, ketika akan dipakai baru diputar lagi. Balik lagi, ini cara saya dulu, bisa cocok atau engga ke orang lain.



6. Di kepala, helm, atau tangan?
Pemilihan ini terutama kalau kita menggunakan untuk keperluan yang khusus, misalkan untuk menjelajah gua (caving), maka fitur untuk bisa mencantumkan headlamp di helm penting. Buat trail runner, ada fitur waist Light yang dislempangkan di depan dada. Waist lamp menerangi jalan trail kita, headlamp memberikan pandangan luas ke depan.

Saya pernah gunakan headlamp yang dicantolkan di helm (saya lupa nitecore atau fenix) dengan baterai di bagian belakang sewaktu masuk ke dalam tunnel. Baterai tidak terlalu berat kok, sinar yang dihasilkan juga terang sekali. Namun fiturnya tidak banyak, seingat saya hanya mengatur 3 jenis kecerahan dan 1x blinking, saya sendiri lupa seri apa yang dulu saya pakai.

7. Nice to have
Di dalam tenda, beberapa kali saya kesulitan mencari headlamp sewaktu lampu tenda sudah dimatikan. Tidak dengan Petzl yang punya lingkaran fluorescence yang akan berpendar beberapa waktu di kondisi gelap. Petzl juga menawarkan peluit SOS di beberapa tipe headlampnya. Menarik.


Indikator baterai yang menunjukkan berapa lama lagi baterai bisa bertahan juga fitur tambahan yang bisa dipertimbangkan ketika memilih headlamp. Fitur ini biasanya bukan di headlamp yang menawarkan fitur basic dan yang saya maksud fitur nice to have.

8. Semua akan rusak pada waktunya
Karet adalah bagian yang paling tidak bisa ditunda keroposnya. Sepatu, tombol headlamp, karet GPS, sudah pernah saya rasakan kronis pelan-pelan karena umur. Tombol Black Diamond Storm saya keropos setelah 10 tahun saya pakai. Tombol GPS Garmin Etrex 30 saya umurnya lebih pendek, mungkin 5-6 tahun sudah keropos. Itulah waktunya lem biru, lempar beli baru, cobain model alat yang baru, hehehe...

9. Perhatikan Safety
Saya belum pernah punya pengalaman punya headlamp atau senter lebih dari 400 lumens. Pernah sekali di mode yang paling terang, ga sengaja melihat ke arah cahaya headlamp. Terang bukan main dan bikin flash blindness. Bekas cahayanya masih ada di mata. Jadi, hati2 ya, jangan pernah mengarahkan headlamp ke mata lawan bicara.

Hampir headlamp pasti punya fitur untuk menaik turunkan body-nya, kecuali yang permanen dan harus dicantolkan di helm. Jangan terlalu datar dan menyorot lawan bicara ya.

Ini pengalaman saya, bisa cocok dengan pembaca, bisa juga berbeda.

Bhinneka Tunggal Ika, apapun headlampnya, asal dibawa jalan kemana.


Kala hujan sore-sore di Padasuka,
AYAH

Share:

Monday, November 13, 2023

Mulia di hadapan Yang Maha Kuasa

 Minggu, 12 November 2023


Jam menunjukkan pukul 14.15, tapi kami belum sampai rumah sepulang dari kondangan. Saya dan istri memutuskan untuk mampir di Masjid di Jl Mangga, tempat warung timbel favorit.

Setelah sholat Dhuhur, karena sudah mendekati waktu Ashar, kami tinggal dulu, sambil nunggu Adzan. Saya ke luar masjid, duduk di plataran.

Pandangan saya tiba-tiba tertuju ke Bapak-bapak paruh baya bersepeda dengan kopiah. Di boncengan belakang ada dus, barang dagangan. Bapak itu memegang siang sepeda dengan tangan kiri saja, beliau tidak mempunyai tangan kanan.

Sesampainya di Masjid, sepeda tua itu diparkir,  beliau ke toilet lalu mengambil wudhu. Saya yang penasaran dengan barang belanjaannya menanyakan sebelum beliau masuk masjid.

"Tisu dan kanebo, Aa'"

Untung saya masih nyimpan uang di sela-sela STNK. Akhirnya saya beli kanebo kuning karena iba.

"Hatur nuhun, Aa", sambil beliau bajakan doa keselamatan ke saya.


Bapak itu tidak memelas dan meminta, tapi tetap berjualan untuk menyambung kehidupan. Yang buat perasaan saya campur aduk, beliau yang tidak mempunyai tangan kanan, masih bisa tersenyum waktu dibeli kanebonya. Beliau masih bisa mengayuh sepeda ke masjid sebelum adzan.

Bagaimana dengan kita?

Di depan mimbar Masjid, saya bersebelahan dengan beliau. Beliau berterima kasih sekali lagi karena dagangannya dibeli. Makin campur aduk perasaan. 

Beliau lanjut solat takhiyatul masjid, lanjut solat sunnah.

Tidak terasa, ternyata beliau yang mengingatkan betapa banyak nikmat kemudahan yang saya terima, yang lupa saya syukuri. Pesan Allah ke saya sederhana, tapi membekas ke saya.

Kapan kamu melangkah ke masjid sebelum adzan
Kapan kamu bersyukur punya tubuh yang sempurna
Kapan kamu bisa tenang, karena masih ada uang yang bisa kamu sisipkan di antara lipatan STNK

Perasaan saya kacau di depan mimbar masjid. Gusti.... ampuni hamba.

Dengan segala keterbatasan beliau, masih bisa datang ke masjid, bahkan sebelum adzan. Apa kabar kita?

---

Setelah sholat, hati saya jadi lebih tenang. Saya ceritakan hal ini ke Vidya, seperti biasa akhirnya plong ganjalan saya.

Sebelum pulang, beliau bertemu saya lagi, sekali lagi, beliau menundukkan badan dan berterima kasih. Beliau, yang saya tidak tahu namanya, tinggal di Laswi. 

Terima kasih Pak penjual kanebo dan tisu, berkat Bapak, saya jadi ingat untuk banyak bersyukur. Bapak, bisa jadi jauh lebih mulia dibandingkan kami yang dicukupkan segalanya. 

Semoga bisa menjadi pengingat yang baik bagi yang membaca.

AYAH







Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *