Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Saturday, December 29, 2012

Perlit, Panas Bumi, Emas dan Pasir Besi di Kabupaten Garut

Garut, sebuh kota berjarak sekitar 80 km dari Bandung, ditempuh perjalanan dengan kendaraan sekitar 2-3 jam menggunakan motor/ kendaraan, merupakan kota yang banyak dikenal karena domba, dodol, air panas, dan beberapa tempat wisata yang terkenal. Namun, sebenarnya banyak komoditi tambang yang bisa kita ketahui dan manfaatkan dari garut. 

Kalau coba ditengok dari geologi-nya, Garut itu termasuk pegunungan Selatan Jawa Barat. Disini, saya ga akan terlalu banyak membahas tentang geologinya, daripada nanti terlalu berat untuk dibaca, saya coba share yang dasar aja ya. Kita mulai satu-satu ya.

1. Pasir Vulkanik Gunung Guntur
Gunung Guntur atau sering juga disebut Gunung Gede yang berada di Kabupaten Garut mempunyai ketinggian 2,249 meter di atas permukaan laut, memiliki 13 kawah yang keadaannya masih aktif yaitu kawah Ayakan, Picung, Sangiang Buruan, Masigit, Japati, Geulis, Gajah, Parupuyan, Sangiang Jarian, Kabuyutan, Guntur dan Putri. Gunung Guntur mempunyai ciri khas khusus dari  “Hasil Letusan  Gunung  Api Pada  Tahun 1847,  Muntahan  Aliran  Lava membentuk Boot ujung berbentuk Tapal Kuda”. Merupakan fenomena alam yang  langka dan mempunyai karakteristik tertentu, dimana hanya dijumpai di Gunung Guntur sehingga “Perlu dilestarikan dan ditangani secara terpadu”, Baik ditinjau dari segi keilmuan khususnya ilmu kebumian atau aspek panorama alam. Akibat perubahan alam kondisi lereng Gunung Guntur dengan bertambahnya alur-alur dan semakin melebarnya alur-alur tersebut menunjukan material pasir yang turun ke kantong lahar alam terus bertambah

Kenapa pasir vulkanik disini bagus untuk dijadikan konstruksi bangunan? Karena disini pasir nya merupakan hasil erupsi dari gunung Guntur. Pasir ini masih belum terlontar jauh dari sumbernya, sehingga kalau dilihat, pasir ini mempunyai bentuk yang hampir menyudut, sehingga kalau teman-teman menggunakan pasir ini untuk bahan bangunan, ikatan antar butir nya akan melekat lebih kuat satu sama lain. Jadi, sangat logis kenapa pasir gunung berapi lebih mahal dibanding pasir pantai. :D

2. Obsidian Perlite, Samarang
Perlite dan Obsidian merupakan batuan vulkanik yang sebagian besar tersusun atas silika glass (SiO2) tanpa adanya struktur kristal. Obsidian dihasilkan dari lava riolitik yang mendingin secara cepat sehingga hanya memungkinkan terbentuknya glass sementara perlite adalah hasil proses hidrasi sekunder dari obsidian maupun tipe batuan vulkanik glass setelah pengendapan sehingga memiliki kandungan air lebih besar daripada obsidian 
Perlite merupakan produk dari proses pendinginan cepat dari magma berkomposisi riolit membentuk tipe batuan riolit glass yang amorf atau tanpa kristal. Magma riolit kental menyisakan lava yang masih mengandung SiO2 tinggi. Pendinginan lava kaya silika dengan cepat dapat membentuk lapisan endapan obsidian. 

Eksplorasi perlite di  Samarang bermula saat W. Kartawa (1974) (dalam Kurniawati 2010) pernah melakukan  peninjauan singkat yang ditujukan terhadap lokasi keterdapatan dan arah sebaran Perlite. Hasil peninjauan yang dilakukan oleh tim ini dapat diperoleh gambaran bahwa sebaran obsidian sebaran obsidian pada sekitar G. Kiamis ini berbentuk singkapan maupun bongkah-bongkah. Singkapan yang representatif terdapat di S. Cibodas, S. Cikaniri, dekat Kampung Penagan dan tebing baratdaya G.Kiamis. Arah sebaran baratlaut-tenggara dengan kemiringan timurlaut dan sebaran baratdaya-timur laut dengan kemiringan kearah barat laut. Hal ini memberikan gambaran bahwa awalnya Obsidian terdapat dalam kubah. Bongkahanya banyak tersebar mulai Kampung Gadog/ Patrol sampai barat dekat jembatan S. Cibodas (sekitar Cipanas) ke utara menyebar sampai Cibatuipis, Pangkalan, Lemahgandu dan Lereng Baratdaya G.Kiamis. Saya pernah mengunjungi tambang perlit di Thailand, yang ulasannya bisa dibaca disini.

3. Tambang Emas Aneka Tambang, Ciarinem, Papandayan

Daerah tambang emas ini, termasuk ke dalam pegunungan Jawa Barat bagian selatan dengan morfologi berupa perbukitan terjal. Litologi yang dijumpai pada wilayah ini berupa perselingan Lava andesit dan batuan Tuffa yang diprediksi merupakan formasi Waringin bedil-malabar tua dan Kancana. Formasi waringin bedil-malabar tua tersusun oleh Batu andesit dan tuffa yang tersusun oleh mineral piroksen dan horblende. Sedangkan formasi kancana tersusun oleh lava andesit (breksi autoklastika). Endapan hidrotermal ini merupakan  endapan yang letaknya relatif menempati tempat dangkal dengan tinggi suhu berkisar 500-2000 Celcius. Dalam tahap pengendapan mineral tipe ini terjadi reaksi kimia antara cairan sisa magma dengan batuan dinding celah yang dilewati cairan ini, yang dapat merubah susunan kimia maupun tekstur batuan asal itu sendiri dengan diiringi pengendapan mineral yang berharga yang dibawanya.

Di lokasi ini, PT Aneka Tambang sedang melakukan eksplorasi dan berencana untuk membuka tambang emas nya di masa mendatang. Namun mereka mendapat "partner", yaitu penambang liar. Mereka dengan bebas membuat lubang-lubang untuk mengejar urat kuarsa, yang kemudian di bawa dalam karung-karung untuk dibawa ke penggilingan. Miris memang, di saat BUMN kita harus "bersahabat" dengan para penambang liar, karena memang tidak bisa dipungkiri, tantangan sosial memang sulit untuk diselesaikan. Penertiban memang seharusnya dilakukan, sehingga keselamatan dari para penambang itu juga terjaga, karena ketika mereka membuat lubang-lubang galian, nyawa mereka hanya bergantung pada kayu yang menyangga,, bahkan jika batuannya memang sangat kompak, sangat mungkin mereka tidak menyangga batuannya. Subhanallah sekali memang.


4.  Pasir Besi Rancabuaya
Sepanjang pantai Selatan Pulau Jawa, kita ketahui potensi akan pasir besi sangat melimpah. Namun hal ini yang sering kali dimanfaatkan dengan salah, sehingga penambangan pasir besi di garis pantai sering merusak lingkungan, dan bertentangan dengan aspek tata ruang lain, seperti pariwisata dan perikanan. Endapan pasir besi merupakan produk dari rombakan proses kimia dan fisika dari batuan intermediet hingga basa atau batuan yang bersifat andesitik hingga basaltik. Pada beberapa daerah, endapan pasir besi juga diperkirakan berasal dari akumulasi hasil disintegrasi kimia dan fisika seperti adanya pelarutan, penghancuran batuan oleh arus bawah laut, pencucian secara berulang, transportasi, dan pengendapan.Endapan pasir besi juga diyakini merupakan endapan sedimenter placer. Model endapan pasir besi juga beragam, salah satunya adalah berupa lenses structure dengan kandungan magnetit yang beragam ke salah satu arah.

Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin.mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Magnetit adalah komoditas utama dalam endapan pasir besi dimana kandungan Fe nya besar dan dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri besi dan baja.Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik 
-------------------------------------
Sebenarnya masih banyak komoditi Garut yang masih belum diangkat, seperti tambang emas rakyat di Cihideung, batu mulia Krisopras di Caringin, Bungbulang, panas bumi di Kamojang dan Darajat... Tulisan lainnya saya masukkan ke dalam halaman ini tentang potensi panas bumi di Kamojang, panas bumi di gunung Ciremay serta tentang Papandayan.


Potensi daerah lain juga sudah saya tulis, untuk Sukabumi dan Tasikmalaya.


Semoga bermanfaat ya. 
Salam Eksplorer... Anda melihat, anda mengingat, dan anda akan menceritakannya kepada dunia.. 

AYAH

Di jembatan Bambu yang melintas di Sungai Cikandang, tambang Emas Ciarinem, Papandayan

Sumber:
1. Artadana, I P E, 2011. “Geologi, Alterasi Dan Mineralisasi Daerah Nyerengseng Dan Sekitarnya,
Kecamatan Cisewu,Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat”. Skripsi Sarjana. Jurusan Teknik
Geologi.UPN Veteran. Jogjakarta.
2. Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan, 2009. “Peluang Investasi dan Bisnis Bidang Energi Dan
Sumber Daya Mineral”. Pemerintah Kabupaten Garut. Tidak dipublikasikan
3. Hendrasto, M. 2009. Guntur, Jawa Barat, http://portal.vsi.esdm.go.id/joomla/index.php.
4. Kurniawati, D. 2010. “Karakteristik Perlite Gunung Kiamis Daerah Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat”. Tugas Akhir. Institut Teknologi Bandung. Tidak dipublikasikan

Share:

Thursday, December 27, 2012

Kamojang, Lapangan Panas Bumi Pertama di Indonesia

Sudah pernah lihat panas bumi? Sudah pernah mampir ke Kamojang? Sekarang saya coba bahas sedikit yang saya tahu tentang Kamojang ya...

Lapangan panasbumi Kamojang berada dalam wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Lapangan ini berjarak + 17 km Baratlaut Garut atau + 42 km Tenggara Bandung, dan berada pada ketinggian 1640 – 1750 m diatas permukaan laut. Secara geografis, lapangan Kamojang terletak pada posisi 107o37,5’ – 107o48’ BT dan 7o5,5’ – 7o16,5’ LS.

Lapangan Kamojang mencakup suatu kumpulan kenampakan gejala panasbumi di permukaan, berupa fumarol serta kubangan lumpur panas. Beberapa diantaranya adalah Danau Pangkalan, Kawah Manuk, Kawah Berecek dan Kawah Leutak. Interpretasi Landsat menunjukkan lapangan Kamojang berada dalam suatu depresi berdiameter + 5 km (Sudarman & Hochstein, 1983). 


Gunung Guntur (2125 m) di sebelah barat Kamojang menunjukkan aktifitas terakhir tahun 1840 (Robert, 1988). Sebagai lapangan panasbumi pertama di Indonesia, lapangan Kamojang berpotensi 300 MWe. Melalui 24 sumur produksi, dewasa ini telah dihasilkan energi listrik 140 MWe dan akan dikembangkan hingga 200 MWe.

Lapangan panasbumi Kamojang merupakan sistem dominasi uap yang cenderung kehabisan air, oleh karena itu perlu dilakukan reinjeksi berdasarkan kondisi reservoir. Pada masa produksi terjadi perubahan tekanan, temperatur dan fasa fluida panasbumi.


Di Indonesia usaha pencarian sumber energi panasbumi pertama kali dilakukan di daerah Kawah Kamojang pada tahun 1918. Pada tahun 1926 hingga tahun 1929 lima sumur eksplorasi dibor dimana sampai saat ini salah satu dari sumur tersebut, yaitu sumur KMJ3 masih memproduksikan uap panas kering atau dry steam (Saptadji, 2010). Pecahnya perang dunia dan perang kemerdekaan Indonesia mungkin merupakan salah satu alasan dihentikannya kegiatan eksplorasi di daerah tersebut.


Kegiatan eksplorasi panasbumi di Indonesia baru dilakukan secara luas pada tahun 1972 (Saptadji, 2010). Direktorat Vulkanologi dan Pertamina, dengan bantuan Pemerintah Perapatan Ciamis dan New Zealand melakukan survey pendahuluan di seluruh wilayah Indonesia. Dari hasil survey dilaporkan bahwa di Indonesia terdapat 217 prospek panasbumi, yaitu di sepanjang jalur vulkanik mulai dari bagian Barat Sumatera, terus ke Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan kemudian membelok ke arah utara melalui Maluku dan Sulawesi. Survey yang dilakukan selanjutnya telah berhasil menemukan beberapa daerah prospek baru sehingga jumlahnya meningkat menjadi 256 prospek, yaitu 84 prospek di Sumatera, 76 prospek di Jawa, 51 prospek di Sulawesi, 21 prospek di Nusatenggara, 3 prospek di Irian, 15 prospek di Maluku dan 5 prospek di Kalimantan. Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150225oC).


Di Kamojang, kita akan mendapatkan berbagai macam manifestasi, seperti adanya steaming ground, kawah kereta api, kawah hujan, kolam lumpur, dsb. Kita coba bahas satu-satu ya...

1. Kawah Mati Kamojang
Lokasi ini dulunya merupakan kawah yang telah mati, yang ada di bagian Tenggara dari Kawah Berecek. Dulunya lokasi ini merupakan kawah yang aktif, namun saat ini telah sekarat dan membeku.  ada lokasi ini ditemukan adanya sulfur yang mengkristal dan membentuk seperti kelopak bunga. Tanah mempunyai temperatur yang cukup panas, yang mengindikasikan bagian bawah dari lapisan tanah yang membeku masih terdapat aktivitas hidrotermal yang berlangsung hingga sekarang. Pengukuran steaming ground menunjukkan temperatur tanah sebesar 70,60 C 


2. Kawah Kereta Api
Kawah kereta api merupakan bekas sumur panas bumi yang di bor semasa jaman penjajahan Belanda. Dari sumur ini, menyembur uap dengan tekanan yang sangat tinggi dan menimbulkan bunyi yang nyaring seperti bunyi kereta api. Disini, ada seorang "aki" atau kakek yang menunjukkan kebolehannya dengan melewatkan uap panas di antara sela-sela bambu, sehingga ketika udara panas tersebut lewat, maka akan terdengar suara melengking seperti bunyi sirine kereta api... tut tuttttt....



3.  Kawah Hujan
Pengamatan di lokasi ini adalah uap panas yang muncul dari rongga antar batuan. Namun di sebelah Timur dari lokasi ini, ditemukan adanya mata air yang dingin. Air yang dingin ini berasal dari akuifer yang dangkal, dan tidak berhubungan dengan aktivitas hidrotermal. Hasil perhitungan pH menunjukkan air mempunyai derajat keasaman yang mendekati netral. Banyak orang memanfaatkan untuk sekedar sauna, lumayan hangat sih, Tapi jangan terlalu lama ya. :D


4. Kolam Lumpur
Di sini ditemukan adanya bekas manifestasi air panas yang membentuk kolam lumpur yang sesekali mengeluarkan gas. Kolam lumpur ini terletak antara kawah hujan dengan kawah Cibuliran. Terdapat buih letupan air pada permukaan air, namun buih mempunyai ketinggian yang rendah. Buih berasal dari akuifer dangkal, dan muncul sebagai akibat dari tekanan yang tinggi dari gas dari dalam kerak bumi. Tidak jauh dari lokasi manifestasi, ditemukan adanya kawah yang telah mati dan mulai membeku. Ditemukan adanya alterasi argillik yang didominasi oleh mineral talk yang berwarna putih keabuan. Lumpur yang mengering tampak pecah dan retak pada beberapa sisi.

 5. Kawah Cibuliran
Pada kawah Cibuliran, tampak adanya sumur bekas pemboran yang sudah tidak berproduksi lagi pada saat ini. Di sebelah Utara dari lokasi bor ditemukan adanya mata air panas yang masih mengalir. Mata air ini mengalir dari arah relatif Timur menuju Barat, dan mengeluarkan kandungan gas yang cukup tinggi dan berbau menyengat. 

Semoga bisa bermanfaat buat rekan-rekan yang berencana berkunjung ke Kamojang, Garut. Selain Kamojang, masih banyak wisata geologi lain dan gunung papandayan yang juga 

Belajar bisa dimana saja lo. Yuk, kita belajar dari alam.

1.Alzwar, M S. BachriN. Akbar, 1992. Peta  Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (Indonesia)
2.Hilyah, Anik.  2010. Studi Gempa Mikro untuk mendeteksi Rekahan di area Panas bumi Kamojang Kabupaten Garut. Jurnal Fisika dan Aplikasinya. Volume 6, Nomor 2 Juni,2010
3.Sudarman, S. ,  Hochstein, M.P.,  1983. Geophysical structure of the Kamojang geothermal field (Java). Proceeding of the 5th New  Zealand geothermal workshop. New  Zealand.
4.Sulistijo, B. 2012. Buku Panduan Ekskursi Panas Bumi Kamojang. Modul Lapangan

Share:

Thursday, December 20, 2012

Sukabumi dan Penambang Emas

Rasanya sudah lama sekali saya tidak menulis. Ya memang semua berubah dengan cepat. Waktu yang dulu masih bisa saya luangkan untuk menulis, membaca, sekarang sudah hampir tidak ada waktu untuk bersantai, kecuali untuk bersepeda... wajib hukumnya. Hehehe

Sekarang, saya ingin mengangkat sedikit tentang potensi tambang di Sukabumi, terutama Kabupaten Sukabumi. Entah terbersit untuk menulis, karena besok saya harus memberikan briefing adik-adik Teknik Pertambangan ITB sebelum mereka berangkat ekskursi awal Januari 2013.

Sukabumi merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang mempunyai potensi tambang yang sangat melimpah. Mulai dari pasir besi, zeolit, batu gamping, pasir kuarsa, bentonit, emas dan sebagainya. Potensi ini dibarengi dengan reputasi nya yang terkenal di se-antero Indonesia, menurut opini saya sih, sebagai tempat lahirnya para jagoan tambang.

Para jagoan tambang yang saya maksud, adalah banyaknya penambang dari Sukabumi yang merantau ke pulau lain, terutama pada tambang-tambang emas, dimana kebanyakan dari mereka datang sebagai tukang dulang. Pekerjaan mendulang memang bukan pekerjaan yang gampang, sangat bergantung pada keberuntungan, keberuntungan dan keberuntungan. Teknik nya sih memang tidak susah, namun ketekunan untuk berendam selama sehari penuh untuk mendapatkan beberapa gram emas, itu yang membuat saya salut kepada para penambang tersebut.

Nah, sekarang saya coba bahas beberapa potensi tambang di Sukabumi

-Pasir – Sirtu, Cimangkok


Secara Geologi, daerah ini termasuk ke dalam satuan Breksi dan lahar dari Gunung Gede (0-100 m). satuan ini terdiri dari Batupasir tufaan, serpih tufaan, breksi tufaan, dan aglomerat tufaan (terbentuk pada zaman quarter). Satuan ini membentuk dataran Cianjur.
Sistem Penambangan yang digunakan adalah sistem semprot. Tekanan air yang disemprotkan ke dinding  batuan, menghanyutan fraksi  pasir yang berukuran kecil, dan mengendapkan partikel batuan yang berukuran besar. Hal tersebut memudahkan pemisahan pasir dan batuan berdasarkan ukuran besar fraksi batuan.

-Pasir Kuarsa, PT. Holcim Indonesia – Unit Kuari Cibadak, Cimandak
Lokasi ini berada di daerah Gn Walat Kecamatan Cibadak, 15 km sebelah baratdaya Kota sukabumi. Daerah ini termasuk ke dalam Formasi Walat berumur Oligosen (Tow), terdiri dari litologi batupasir kuarsa, konglomerat, batulempung karbonan, lignit dan lapisan arang tipis-tipis yang diendapkan pada lingkungan fluvial-deltaik. Batuan-batuan tersebut tersingkap di daerah Gn Walat dan di daerah sekitarnya.
Pasir Kuarsa yang juga dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil pelapukan batuan yang mengandung mineral utama, seperti kuarsa, dan felspar. Hasil pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang diendapkan di sungai, danau, atau laut. Di alam pasir kuarsa ditemukan dengan kemurnian yang bervariasi bergantung kepada proses terbentuknya di samping adanya proses pengendapan. Material pengotor tersebut bersifat sebagai pemberi warna pada pasir kuarsa, dan dari warna tersebut dapat diperkirakan kemurniannya. Pada umunya, pasir kuarsa yang ditemukan di alam mempunyai ukuran butir yang bervariasi dan dalam distribusi yang melebar, mulai dari fraksi halus (0,06 mm) sampai dengan ukuran kasar (2 mm).

-Batugamping, Cikembar

Batugamping ini termasuk pada Anggota Batugamping Terumbu (Toml) yang berumur Oligosen-Miosen terdiri dari batugamping terumbu koral dengan sejumlah fosil yang terdolomitkan tersingkap baik di Pasir Kutamaneuh, Pasir Aseupan di Selatan Sukabumi, dan di Liunggunung di selatan Cibadak.
 Batu gamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, mekanik, atau secara kimia.  Sebagian besar batu gamping di alam terbentuk secara organik. Jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang.

Zeolit, Cikembar



Zeolit adalah kelompok mineral yang merupakan senyawa alumino silikat hidrat dan logam alkali dengan rumus umum Mx/n.(AlO2)x.(SiO2)y.xH2O.
Kelompok mineral zeolit  memiliki kesamaan sifat dan struktur, yaitu  terdiri dari framework/rangka aluminosilikat  yang tersusun dari cincin tetrahedra alumina dan silica. Di dalamnya terdapat rongga-rongga yang diisi oleh ion dan molekul air.  Rongga-rongga tersebut saling berhubung, sehingga ion dan molekul air yang berada di dalamnya dapat bergerak bebas sampai batas permukaan yang memungkinkan terjadinya pertukaran ion maupun dehidrasi secara reversible . Karena sifatnya yang unik ini maka zeolit dimanfaatkan dalam industri sebagai penukar kation, adsorben dan penyaring molekul. Kristal zeolit yang telah terdehidrasi merupakan adsorben yang selektif dan mempunyai efektivitas adsorpsi yang tinggi

Endapan Emas, PT. Hunamas Group, Ciawitali-Simpenan

Pada abad 19-20 lalu, produksi emas di Indonesia hampir semuanya diperoleh dari urat-urat epitermal polymetallic yang dikenal  terbentuk pada umur Miosen (Sunarya, 1989). Selama beberapa tahun terakhir (1984-1993), demam emas di Indonesia  telah menyebabkan adanya identifikasi  terhadap geologi sumberdaya, dihasilkan jumlah sumberdaya emas lebih dari 3500 ton berasal dari  endapan epitermal dan porfiri Cu di Sulawesi (Mesel), kalimantan (kelian), Wetar (Lerokis), Jawa (Pongkor), Irian jaya (Grasberg), dan dengan variasi pada lokasi-lokasi yang lain (Van Leeuwen, 1994; Carlile dan Mitchell, 1994).
 Endapan emas Jawa Barat terletak diantara dan pada panggul kubah Bayah, baratdaya kota Jakarta . Satuan geologi, terpapar pada area 40x80 km, terdiri dari Oligosen sampai Quartenary calc – alkalitik ryolitik sampai batuan andesit dan intrusiv kecil stock dengan beberapa interkalasi dari batu gamping dan batu pasir Miosen. Area Citorek, terletak pada bagian utara kubahmerupakan zona depresi yang luas (60km2), terbentuk sebuah kaldera yang terisi dengan ignimbrit dasitik dan diintrusi oleh plug andesitik-dasitik.

Nah, kita coba gali sedikit lebih dalam tentang tambang emas. Kebetulan, tambang emas yang ada di daerah ini merupakan emas primer, bukan emas alluvial, dimana emas itu tidak bisa serta merta di dulang untuk mendapatkan logam berharganya. Batuan yang keras nya naudzubillah diambil dari lubang-lubang tikus yang lumayan dalam (bisa mencapai 30 meter secara vertikal, dan bisa berkelok2), hanya bersanggakan kayu (istilah kerennya "gophering", kalau istilah lazimnya "gurandil"), mereka harus memukuli batu yang keras itu, memasukkan ke dalam karung dan membawa nya ke permukaan.

Pekerjaan belum berhenti sampai disitu, setelah karung-karung kemenangan itu dibawa ke atas, batu tersebut harus dipukuli berkali-kali sampai halus. Setelah batu berukuran halus, barulah dilakukan penggilingan, dengan menggunakan gelundung (bahasa kerennya ball mill). Mereka pun menambahkan raksa ke dalam gelundung, supaya butiran emas yang hancur akibat proses gelundung itu bisa terikat ke dalam raksa. 

Setelah di gelundung 8-10 jam, baru lah konsetrat mereka olah, bisa dengan didulang terlebih dahulu, namun ada juga yang langsung menekan2 butiran yang terikat itu dengan tangannya yang tidak lagi halus. Memang agak miris, mereka harus bermain dengan raksa, yang dalam jangka panjang bisa merusak syaraf mereka, sehingga jari2 mereka bisa seperti tertekuk, bahkan kadang2 berimplikasi sampai ke keturunan mereka.

Yah, memang hidup ini berat untuk mereka. Tapi dibalik itu semua, mereka ber"gamble" dengan emas yang nilainya bisa berlipat2 ganda ketika mereka jual nanti. Mereka melupakan kesehatan, yang sejatinya lebih mahal dari apapun. Semoga suatu saat nanti, siapa pun lah bisa membuat teknologi yang ramah lingkungan dan mensosialisasikan ke penambang liar, bukan untuk me-legalkan penambang liar, namun menyelamatkan mereka demi masa depan bangsa kita.


di tengah gemuruh hujan, di lantai 3 eksplorasi
2012-2012

-AYAH-




Share:

Wednesday, November 21, 2012

[VIDEO] Cara Fitting Variogram dengan Software SGems




Klik gambar di bawah untuk melihat video tutorial lainnya.
Share:

[VIDEO] Cara Membuat Variogram SGeMS



Cara membuat variogram dengan menggunakan software SGems


Klik gambar di bawah untuk melihat video tutorial lainnya.



Share:

[VIDEO] Cara Membuat Histogram dengan Software SGeMS




Cara membuat histogram dengan menggunakan SGems.


Klik gambar di bawah untuk melihat video tutorial lainnya.



Share:

[VIDEO] Cara meng-Load Project pada Software SGeMS





Cara memasukkan project ke dalam software SGems


Klik gambar di bawah untuk melihat video tutorial lainnya.



Share:

[VIDEO] Cara Menentukan Nilai Kriging dan Varians Error Data 3D - SGems





Cara menentukan kriging dan varians error pada data 3D menggunakan software SGems.


Klik gambar di bawah untuk melihat video tutorial lainnya.




Share:

[VIDEO] Kriging dan Varians Error Pada Software SGems




Cara menentukan kriging dan varians error menggunakan program SGems


Klik gambar di bawah untuk melihat video tutorial lainnya.



Share:

Tuesday, September 4, 2012

Kuliah Alam di Atas Sadel (Oleh Ferry Hakim)

Foto: Andy Yahya

 Foto: Andy Yahya
 Foto: Andy Yahya
 Foto: Andy Yahya
 Foto: Andy Yahya
 Foto: Andy Yahya
Foto: Andy Yahya


Kuliah Alam di Atas Sadel (Oleh Ferry Hakim)

(artikel tentang Gowes Bareng Geolog III Kawah Putih Patuha – Situ Patengan, yang dimuat di Lembar Back to Boseh, Pikiran Rakyat, Minggu 30 Desember 2012; versi uncut)
Bandung Selatan, 15 Desember 2012. Di Sabtu pagi itu 16 mobil Elf dan L300 sarat muatan sepeda dan pesepedanya, menderu-deru melibas jalan menanjak terjal menuju tempat start di puncak Gunung Patuha, tepatnya di Kawah Putih.  Jalanan yang basah akibat tak henti diguyur hujan sejak sore sehari sebelumnya, masih meninggalkan genangan di sana sini. Hutan hujan tropis primer yang masih alami menebar bau khas daun basah yang perlahan jatuh saat digayut embun pagi. Di Kawah Putih itu, akhirnya 100 lebih peserta Gowes Bareng Geolog  III Ikatan Alumni Teknik Geologi ITB (IAGL-ITB) tiba di titik awal.

Nuansa Kawah Putih selalu mempesona dan memanjakan mata. Itu yang dirasakan semua peserta gowes yang berkumpul dulu di tepai Kawah Putih. Namun, ia juga menyimpan misteri dan banyak cerita. Dahulu kala, penduduk setempat menyebutnya sebagai tempat keramat para leluhur menabur kedigdayaan, hingga tiada seorangpun berada di sana tanpa meregang nyawa. Bahkan konon burung dan serangga pun enggan terbang di atasnya. Hingga datanglah Junghuhn, seorang Belanda keturunan Jerman menguak segala tabir berdasarkan logika.
Semua cerita bencana sesungguhnya hanya fenomena alam biasa. Di saat gas belerang dari kepulan kawah solfatara tak dapat kemana-mana di saat angin berhenti tak bersuara, gas menggumpal tebal dan pekat. Asapnya berubah menjadi kepulan malapetaka. Demikian sedikit ilmu yang tertangkap dari kuliah volkanologi singkat oleh Dr. Budi Brahmantyo yang sarat ilmu dunia dan makna. Selebihnya bagi saya, nuansa Kawah Putih adalah ceceran surga yang jatuh ke dunia.
Suasana selanjutnya begitu menggetarkan jiwa, di kala ratusan peserta gowes kemudian mendengungkan bait-bait sacral lagu wajib nasional “Bagimu Negeri” dipimpin langsung Mang Okim sebagai pesepeda angkatan tertua, namun semangatnya laksana pemuda. Sungguh terasa berbeda bernyanyi di tempat menakjubkan ini sembari diiringi semilir angin pagi. Saat itu dada terasa sesak oleh hanya satu kata: INDONESIA.

Kemudian dengan menyebut nama Illahi, dimulailah perjalanan bersepeda kami. Sejejak jalan berbatu setengah menanjak mengantar deru nafas kami yang pertama. Angin pagi yang menerpa langsung muka, sapa hangat sinar sang surya, tegur sapa kawan lama, cipratan air dari genangan pinggir jalan, dan seluruh renik kehidupan yang kami jumpai, terasa mempesona dan penuh nostalgia. Jalan macadam berbatu yang cukup licin dan rawan tergelincir, membawa sepeda-sepeda meluncur ke arah barat daya. Akhirnya sebuah turunan panjang mengantar kami sampai di desa Cileueur, sebuah desa kecil nan bersahaja, di tengah perkebunan teh yang luas dan lapangan-lapangan panas bumi.
Desa ini adalah desa terdekat dari Puncak Patuha dibandingkan desa-desa lainnya. Hanya ada sekitar 20 rumah di sana. Tak banyak hiburan di sana, bahkan sinyal telepon genggam pun tak pernah terbaca. Namun pagi itu yang kami lihat hanyalah wajah-wajah gembira. Anak-anak kecil pun berlarian menyambut kami laksana rombongan raja. Paket-paket sembako dan buku-buku ilmiah populer kami sumbangkan. Terima kasih untuk Waviv dan Pertamina sebagai sponsor utama. Semoga kelak berguna bagi mereka.
Setelah usai bakti sosial kepada Desa Cileueur, kuliah komprehensif ilmu panas bumi menjadi menu selanjutnya. Sebuah sumur panas bumi menjadi saksi betapa kaya negeri ini akan berbagai potensi energi tiada dua. Demikian kira-kira sedikit kupasan dari Dr. Prihadi yang bisa kami cerna, untuk kemudian kami lanjutkan perjalanan bersepeda.
Sebuah turunan makadam panjang belasan kilometer membelah perkebunan teh Patuha, kami jelajahi. Di latar belakang hamparan bukit-bukit teh hijau berpunuk-punuk, tampak cantik sekali. Awan mega terasa rendah menyentuh pucuk-pucuk daun di kejauhan sana, sementara sayup-sayup pula tampak sebuah bentukan telaga yang airnya tenang menghanyutkan. Benar-benar sebuah sketsa alam yang menakjubkan. Ganasnya batu-batuan makadam yang menghadang roda sepeda kadang membuat tangan serasa nyeri, namun semua hilang terbayar pesona alam Priangan Selatan yang menakjubkan.
Di lapangan SD Cikidang kami beristirahat sejenak menghadapi etape selanjutnya. Etape terakhir menjelang finish di Situ Patengan adalah sebuah rute tanjakan yang cukup melelahkan. Di sinilah para pesepeda diuji fisik dan mental. Sejengkal demi sejengkal, setapak demi setapak roda-roda sepeda menjejak jalan berbatu. Nafas tersengal, dengkul bergetar, dan dahaga yang datang menjadi tambahan ujian di ketinggian yang mulai digayut awan mendung hitam. Hingga akhirnya gerimis rintik kecil mengiringi kami sampai di tepian Situ Patengan, tempat usainya perjalanan bersepeda hari itu.
Nasi Timbel hangat dan ayam goreng yang disantap sembari memandang kabut tipis perlahan menutup danau, menjadi suntikan energi sebelum kembali ke Kota Kembang. Senja menjelang saat iring-iringan kendaraan turun melewati jalur macet Bandung Selatan. Namun indahnya lembayung dan barisan pegunungan di kejauhan menggugah lamunan dan membawa sebait lagu mahakarya Ismail Marzuki yang tak pernah usang:
*Bandung Selatan di waktu malam
Berselubung sutra mega putih
Laksana Putri lenggang kencana*
*Bandung Selatan di waktu malam
Jauh terdengar suara nyanyian
Sungguh indah sinarnya rembulan
Riwayatnya tiada dilupakan
Ferry Hakim, geologiwan bekerja di industri migas, aktif di IAGL – ITB.
Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *