Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Showing posts with label atlas petrografi. Show all posts
Showing posts with label atlas petrografi. Show all posts

Wednesday, October 25, 2017

Atlas mikroskopi bijih

Optical description for ore minerals (last update 29-11-2017)
All photomicrograph were taken from my own samples unless otherwise stated. The basic of optical petrography, interference color and Michel Lévy chartfluid inclusions and electron microscopy study are also available in this site by clicking the link above.

Semua fotomikrograf saya ambil dari koleksi pribadi kecuali saya indikasikan. Dasar dari petrografi, warna interferensi dan diagram Michel Lévy, inklusi fluida dan mikroskop elektron bisa dilihat dengan mengeklik tautan di atas.

Reflektivitas (reflectivity)
rasio antara cahaya awal dengan cahaya yang dipantulkan oleh mineral (R atau R%). Mineral transparan umumnya mempunyai reflektivitas rendah, sedangkan mineral logam mempunyai reflektivitas tinggi.
ex. dari terkecil-terbesar : quartz (5%), magnetite (20%), galena (43%), pyrite (55%).

Bireflektans (bireflectance)

Semua mineral dengan sistem kristal selain grup isometrik akan menunjukkan perubahan warna, yang disebut bireflektans. Bireflektans dinyatakan dalam intensitas sangat kuat hingga sangat lemah. Sebagai contoh:
Bireflektans sangat kuat: grafit, molibdenit, kovelit, stibnit
Bireflektans moderat: markasit, hematit, nikolit, kubanit, pyrrhotit
Bireflektans lemah: enargit, ilmenit, arsenopirit

Anisotropi (anisotropism)
Mineral dengan sistem kristal non-isometrik akan menunjukkan perubahan warna ketika diputar 360 derajat pada pengamatan nikol silang. Mineral tersebut disebut anisotropik. Ketika tidak ada perubahan warna, maka mineral disebut isotropik. Namun, pada kondisi tertentu, mineral dengan sistem kristal heksagonal atau tetragonal bisa saja menunjukkan sifat isotropik, jika mineral dipotong pada sumbu sejajar dengan sumbu kristalografisnya. Pada beberapa kondsi lain, mineral seperti pirit (isometrik) bisa mempunyai sifat anisotropik ketika: (i) tergores karena pemolesan tidak sempurna, (ii) mengandung unsur ikutan lain (misal pirit mengandung arsen, disebut sebagai arsenian pyrite)

Refleksi internal (internal reflection)
Mineral translusen ketika diamati dengan mikroskop, karena sifatnya yang meneruskan sebagian warna dari rekahannya, akan menunjukkan warna refleksi internal di antara kristalnya. Warna ini nampak seperti di bawah atau di bagian dalam dari mineral. Sebagai contoh:
  • Sfalerit : kuning hingga cokelat (kadang merah atau hijau) 
  • Sinabar: merah
  • Rutil: kuning hingga merah-cokelat
  • Anatase: biru 
  • Azurit: biru
  • Malasit: hijau
  • Kasiterit: kuning kecokelatan hingga kuning 
  • Hematit: merah darah
  • Wolframit: cokelat tua 
  • Kromit: cokelat sangat tua
Simbol dan keterangan:
PPL = Parallel Polarized Light (nikol sejajar, tanpa menggunakan polarisator mikroskop)
XPL = Crossed Polarized Light (nikol silang, menggunakan polarisator mikroskop)

IRON-BEARING MINERAL/ MINERAL PEMBAWA BESI
Magnetite-Ilmenite±Hematite (Halmahera, Indonesia)
Magnetite (grey white) with ilmenite show trellis-work fence. Small hematite (red internal reflection color) is on the bottom left. Picture 1 PPL,  picture 2 XPL.
Magnetit (abu-abu putih) dan ilmenit menunjukkan tesktur trellis. Hematit (refleksi internal kemerahan) di bagian ujung kiri bawah.
 ©Andy YA Hakim

Mushketovitization (Halmahera, Indonesia)
Replacement of hematite (Hem, grey with red internal reflection) by magnetite (Mag, dark grey) due to reduction processes. Picture 1 PPL,  picture 2 XPL. Magnetite is isotropic whik hematite is anisotropic.
Penggantian hematit (Hem, abu-abu dengan nuansa warna internal refleksi merah) oleh magnetit (Mag, abu-abu tua) karena reaksi reduksi (musketovitisasi). Gambar 1 pada nikol sejajar, gambar 2 pada nikol silang. Magnetit mempunyai sifat isotropik, sedangkan hematit anisotropik.
3Fe2O3 + H2 = 2Fe3O4 + H2O
©Andy YA Hakim

Martitization (Geunteut, Aceh, Indonesia)
Replacement of magnetite (Mag) by hematite (Hem) by oxidation. Pic 1 is crossed polarozation, picture 2 is parallel polarization.
Penggantian magnetit (Mag) oleh hematit (Hem) melalui reaksi oksidasi (martitisasi). Gambar 1 nikol silang, gambar 2 nikol sejajar.
Fe3O4 + 2H+ = Fe2O3 + Fe2+ + H2O
Photographs taken by ©Teti Indriati

Limonitization (Geunteut, Aceh, Indonesia)
Secondary iron-bearing minerals (limonite - FeO(OH), reddish brown) in a cavity of magnetite ore (grey white) by oxidation. Limonite has a strong yellow-red internal reflection in XPL. Picture 1 in PPL, picture 2 in XPL.
Mineral besi sekunder (limonit - FeO(OH), cokelat kemerahan) di rongga bijih magnetit (abu-abu) melalui proses oksidasi. Limonit mempunyai warna internal refleksi kuning kemerahan pada nikol silang. Gambar 1 nikol sejajar, gambar 2 nikol silang.
©Andy YA Hakim

COPPER-GOLD-BEARING MINERAL
MINERAL PEMBAWA TEMBAGA-EMAS
Gold, pyrite, enargite (Latimojong, Sulawesi, Indonesia)
Anhedral gold (bright yellow) grains in pyrite (pale yellow). Enargite (grey) precipitates in pyrite cracks. Picture 1 in PPL, picture 2 in XPL.
Butiran emas dengan tekstur anhedral (kuning cerah) mengisi rekahan pirit (kuning). Enargit (abu-abu) juga mengisi rekahan pirit. Gambar 1 nikol sejajar, gambar 2 nikol silang.
©Andy YA Hakim


Sphalerite, hessite, petzite (Halmahera, Indonesia)
Sphalerite ([Zn,Fe]S)(grey, transluscent in XPL with strong brown anisotropic color) with euhedral telluride minerals, hessite (Ag2Te, dark blue anisotropic color) and petzite (Ag3AuTe2, grey, weak anisotropic). (Sph=sphalerite, Hst=Hessite, Ptz=petzite). Picture 1 PPL, Picture 2 XPL.
Sfalerit ([Zn,Fe]S, abu-abu, translusen dengan warna anisotropik cokelat) berdampingan dengan mineral telurid anhedral, hessit (Ag2Te, biru tua dengan warna anisotropi biru) dan petzit (Ag3AuTe2, abu-abu, anisotropi lemah). (Sph=sfalerit, Hst=Hessit, Ptz=Petzit). Gambar 1 nikol sejajar, gambar 2 nikol silang.
 ©Andy YA Hakim

Chalcocite, covellite, tetrahedrite, pyrite (Halmahera, Indonesia)
Chalcocite (Chct, light blue), covellite (Cv, dark blue), tetrahedrite (Ttr, greyish-olive brown) and pyrite (Py, yellow). Oxidation of copper bearing minerals. Picture 1 PPL, picture 2 XPL. 
Kalkosit (Chct, biru muda), kovelit (Cv, biru tua), tetrahedrit (Ttr, abu-abu kecokelatan) dan pirit (Py, kuning).Oksidasi mineral pembawa tembaga. Gambar 1 nikol sejajar, gambar 2 nikol silang.
©Andy YA Hakim

Covellite
Covellite (dark blue, CuS) has intense red internal reflection. Light blue mineral is probably digenite (Cu9S5).  Picture 1 PPL, picture 2 XPL. 
Kovelit (biru tua, CuS) mempunyai warna refleksi dalam merah yang kuat. Mineral berwarna biru muda kemungkina digenit. Gambar 1 nikol sejajar, gambar 2 nikol silang.
 ©Andy YA Hakim

Rutile, pyrite, covellite, chalcocite (Halmahera, Indonesia)
Replacement of pyrite (Py, yellow) by rutile (Rt, grey, TiO2). Secondary copper minerals (covellite-Cv with minor chalcocite-Cct) are on the pyrite crack. Gray elongated mineral in pyrite grain are rutile and magnetite (grey, isotropic in XPL). Rutile has strong yellow anisotropy color in XPL. Picture 1 PPL, picture 2 XPL. 
Penggantian pirit (Py, kuning) oleh rutil (Rt, abu-abu, TiO2). Mineral tembaga sekunder (kovelit dan minor kalkosit) mengisi retakan pada pirit. Mineral dengan habit memanjang berwarna abu-abu rutil dan minor magnetit (abu-abu, isotropik). Rutil dicirikan dengan warna anisotropik kuning yang kuat pada pengamatan nikol silang. Gambar 1 nikol sejajar, gambar 2 nikol silang.
 ©Andy YA Hakim


Chalcopyrite, pyrite, tetrahedrite, tennantite, covellite (Latimojong, Sulawesi, Indonesia)
Replacement of chalcopyrite (Ccp, bright yellow) by covellite (Cv, blue), which in turn replaced by sulphosalts or fahlore (tetrahedrite-tennantite)(Ttr - tetrahedrite=grey to brown, Tnt - tennanite=grey). Late hydrothermal pyrite (pale yellow) has an euhedral texture. Picture 1 PPL, picture 2 XPL.
Penggantian kalkopirit (kuning cerah) oleh kovelit (biru), yang kemudian di gantikan oleh tetrahedrit dan tennantit (tetrahedrit=abu-abu kecokelatan, tenanntit=abu-abu). Hidrotermal pirit (kuning) mempunyai tekstur euhedral. Gambar 1 nikol sejajar, gambar 2 nikol silang.
©Andy YA Hakim

Chalcopyrite, sphalerite (Latimojong, Sulawesi, Indonesia)
"Chalcopyrite disease" in sphalerite (Sph, grey, high internal reflections).Picture 1 PPL, picture 2 XPL.
Bintik kalkopirit (Ccp) pada mineral sfalerit (Sph, abu-abu, refleksi internal intensif). Gambar 1 nikol sejajar, gambar 2 nikol silang.
©Andy YA Hakim


Bornite, chalcopyrite, covellite, pyrite (Blitar, East Java, Indonesia)
Chalcopyrite (bright yellow) occurs as a an exsolution, lenses, flames in bornite (orange). Pyrite (yellow) occurs as anhedral texture. The outer rims of those assemblages are replaced by covellite (blue).Picture 1 PPL, picture 2 XPL.

Kalkopirit (kuning cerah) membentuk eksolusi, lensa dan menyerupai api pada bornit (jingga). Pirit mempunyai tekstur anhedral. Bagian luar dari mineral tersebut digantikan oleh kovelit (biru).Gambar 1 nikol sejajar, gambar 2 nikol silang.
©Andy YA Hakim

Malachite (unknown, Sudan)
Malachite (green) with colloform texture in quartz vein.Colorless mineral is quartz. Picture 1 PPL, picture 2 XPL.
Malasit (hijau) menunjukkan tekstur colloform. Mineral tak berwarna di sekitar malasit adalah kuarsa. Gambar 1 nikol sejajar, gambar 2 nikol silang.

Photographs taken by ©Teti Indriati

BASE METAL - LOGAM DASAR
Galena, pyrite, sphalerite (Dairie, North Sumatera, Indonesia)
Replacement of galena (grey white) by sphalerite (dark grey, strong internal reflection) along pyrite (yellow) grains. Inclusions in pyrite grain (middle of the photograph) is probably quartz. Picture 1 PPL, picture 2 XPL.
Penggantian galena (abu-abu putih) oleh sfalerit (abu-abu tua, refleksi internal yang kuat) di antara butiran pyrite (kuning). Inklusi mineral pada pirit kemungkinan kuarsa.Gambar 1 nikol sejajar, gambar 2 nikol silang.
 ©Andy YA Hakim

Galena - pyrite, Awak Mas, Sulawesi
Galena (whitish grey, triangular facet texture) is earlier than in pyrite (pale yellow) as indicated by small grain of galena (middle right) trapped in a pyrite grain. PPL.
Galena (putih keabuan, tekstur triangular faset) lebih awal dibanding pirit (kuning pucat) dan diindikasikan dari adanya inklusi galena pada mineral pirit (bagian kanan tengah dari gambar). Gambar nikol sejajar


Chromite, chlorite, pumpellyite (Latimojong, Sulawesi, Indonesia)

Chromite (Chr, brown reflectance color) surrounded by chlorite (Chl, colorless) and pumpellyite (Pmp, green elongated grain). Picture 1-2 PPL
Kromit (Chr, warna refleksi cokelat) dikelilingi klorit (Chl, tidak berwarna) dan pumpelyit (Pmp, habit memanjang, hijau. Gambar nikol sejajar
(double polished thin section)
(polished section)

Galena*
Wolframite*
Cassiterite*
Stannite*
*to be added soon

Suggested references
- Table for the determination of common opaque minerals (Spry and Gedlinske, 1987)
Panduan untuk menentukan mineral opak (Spry and Gedlinske ,1987)

Online sources
- Ore minerals guidance - Udo Neumann
- Study of Ore Minerals in Reflected Light - S Farooq
- Atlas of ore minerals webpage - Ixer and Duller

Share:

Friday, June 26, 2015

Memahami Warna Interferensi dan Michel Lévy Chart

Update: 13 Januari 2017
Baca juga artikel tentang pengamatan mineral dengan mikroskop disiniJika menggunakan mikroskop elektron (SEM-EDX atau EMPA), saya sudah rangkumkan dalam halaman ini

Michel Lévy (1888) adalah seorang mineralogis, yang menuliskan karyanya dalam buku Les Minéraux des Roches. Saya belum membaca buku ini (judulnya dalam bahasa Perancis udah bikin saya serem), tapi dari beberapa review yang saya baca, buku ini berisi tentang aplikasi dari warna interferensi untuk mengenali mineral pada batuan. Hingga saat ini, diagram yang pertama kali diajukan oleh Levy, masih dipakai hingga tahun 2015 ini, termasuk saya masih memakainya. Hampir 150 tahun dan masih bermanfaat. Mantap toh. Jika Isaac Newton (1704) menemukan tentang teori difraksi cahaya, maka Lévy menemukan interferensi dari warna. Namanya mirip-mirip, tapi sebenarnya tidak sama.


Isaac Newton 
Awalnya, warna interferensi ini dimanfaatkan untuk keperluan mineralogi dan petrologi, namun ternyata aplikasinya dimanfaatkan untuk keperluan sintetis fiber, bahan kimia, biologi, obat-obatan, farmasi, polimer, bahkan untuk kriminalitas. Cuma pemanfaatan yang lain belum saya pelajari, maklum belajar satu aja (mineralogi) aja udah cukup susah. Tulisan ini saya buat karena saya sendiri pun masih kesulitan untuk mendeskripsikan mineral dengan tepat. Saya sempat curhat dengan istri saya, sejak 2011 hingga 2015 ini, saya terus belajar menggunakan mikroskop, dan harus saya akui sulit. Kalau saya mundur, ah, betapa menyedihkannya saya. Levy saja sudah memulai tahun 1888, dan ilmuwan lain sudah merintis dengan keterbatasan yang ada, ini 2015, masak saya ga bisa? Apa sebenarnya yang ditemukan oleh Lévy?
Mikroskop tahun 1900-an

Warna interferensi?
Pernah melihat adanya warn-warni di buih sabun? minyak yang bercampur dengan air dan nampak adanya warna-warni? Warna ini merupakan warna yang dihasilkan adanya perbedaan dua indeks bias dari sebuah medium. Lévy mengaplikasikan interferensi warna yang awalnya diketemukan oleh Newton tentang interferensi warna dan mengaplikasikannya pada batuan. Ide awalnya, tiap bahan transparan akan mempunyai indeks bias yang berbeda-beda (dalam hal ini mineral), yang kemudian dapat diuraikan menjadi warna-warna yang berinterferensi satu sama lain. Seperti apa sih interferensi? Saya coba ilustrasikan dengan media air dengan gambar di bawah, semoga bisa lebih jelas.

Interferensi pada air


Pengamatan warna interferensi dilakukan dengan bantuan mikroskop cahaya polarisasi (cahaya dari bawah), dimana perlu adanya tambahan polarisator di bagian bawah dari meja putar dan analisator yang berada dekat dengan mata, untuk mengubah cahaya yang semula mempunyai arah rambat ke berbagai arah menjadi hanya satu arah saja. Dengan analisator yang terbuka, kita akan mendapatkan pengamatan mikroskop nikol sejajar atau PPL (plane polarized light) sedangkan dengan memasukkan analisator, maka pengamatan mikroskop menjadi nikol silang atau XPL. Polarisator seakan-akan membuat cahaya bergetar hanya berarah Barat-Timur, sedangkan analisator membuat cahaya bergetar hanya berarah Utara-Selatan. 


Detail tentang dasar mikroskop pernah saya ulas sedikit di halaman ini (atau klik gambarnya).

Apa manfaat mengetahui warna interferensi?
Tiap mineral mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain. Walaupun mempunyai rumus yang sama, mineral tersebut akan menunjukkan karakteristik yang berbeda pada pengamatan mikroskop. Sebagai contoh, ada grup mineral SILIKA, yang mempunyai rumus kimia SiO2. Mineral apa yang bisa pertama kita ingat kalau rumus kimia nya SiO2? Tentu saja kuarsa. Tapi,tahukah bahwa ada banyak mineral lain? Ada mineral yang bernama opal, kalsedon, sanidin, tridimit dan kristobalit. Bagaimana cara membedakannya? Kita bisa memanfaatkan sifat-sifat yang ada dari mineral dengan melakukan pengamatan di bawah mikroskop,seperti dengan meilihat warna interferensi atau mengenalinya melalu sifatnya (isotrop/ anisotrop). 




Isotrop dan Anisotrop
Pada pengamatan sayatan tipis dengan memasukkan analisator (nikol silang), kita akan melihat adanya dua kemungkinan, mineral akan tetap gelap atau akan menunjukkan warna yang beragam. Jika mineral tetap gelap ketika meja mikroskop diputar, berarti mineral mempunyai sifat isotrop, yang artinya cahaya merambat dengan kecepatan yang sama. Hal ini berlaku pada sistem kristal isometrik, dimana semua sumbu sama panjang ke semua arah. 


Contoh substansi yang isotrop: halit, glass, intan, mineral wool.

Jika mineral yang kita amati menunjukkan ada perubahan warna ketika meja mikroskop diputar, berarti mineral itu bersifat anisotrop dan cahaya merambat dengan arah yang berbeda. Sifat anisotropi terbagi menjadi dua, yaitu uniaxial dan bersifat biaxial. 



Uniaxial
Untuk uniaxial, saya biasanya menggunakan jembatan keledai UHT - Uniaxial Hexagonal Tetragonal. Perambatan gelombang dalam 2 arah saja, yaitu arah nomega dan nepsilon. 


Bagaimana cara membayangkannya? 
Kita bayangkan dalam sistem kristal hexagonal dan tetragonal, maka nilai sumbu x1 = x2≠ z. Perambatan hanya pada arah nomega dan nepsilon. Pada mineral dengan sistem uniaxial positif, dimana omega sejajar dengan arah sumbu-z, atau yang mempunyai panjang sumbu yang lebih panjang daripada sumbu yang lain. Sumbu x1 = x2 yang mempunyai panjang sumbu yang sama, dimana perambatannya berdasarkan arah epsilon. Karena sumbu-c nya lebih panjang dibanding sumbu x1 dan x2 , maka omega akan merambat lebih jauh dibanding epsilon sehingga bisa ditulis nomega < nepsilon. Contoh mineral uniaxial adalah kuarsa, kalsit.

Uniaxial positif: n(omega) < n(epsilon) 

Uniaxial negatif: n(omega) > n(epsilon) 


Biaxial
Mineral dengan sistem kristal orthorhombik, monoklin and triklin, panjang sumbu x ≠ y ≠ z, sehingga sumbu indikatriksnya disebut sebagai 


n(alpha), n(beta), n(gamma) 

dimana n(alpha) < n(beta) < n(gamma) 

Dari sumbu indikatriks tersebut, maka kita bisa mengetahui warna interferensi maksimum (maximum birefringence): n(maximum) = n(gamma) - n(alpha) 
n(alpha) sejajar dan di plot sejajar sumbu X 
n(beta) sejajar dan di plot sejajar sumbu Y 
n(gamma) sejajar dan di plot sejajar sumbu Z 

dimana , n(alpha) < n(beta) < n(gamma) sehingga panjang dari sumbu x < y < z. Contoh dari mineral biaxial adalah borax, talc, mika dan gypsum.
Membaca Michel Lévy Chart
Michel Lévy chart digunakan untuk mengenali karakteristik mineral dari nilai intereferensi maksimum yang didapat dari mineral yang belum kita ketahui. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (ilustrasi lihat gambar di bawah):
1. Pengamatan nikol silang
2. Tempatkan mineral pada posisi gelap sempurna 
3. Putar mineral sampai berada pada posisi terang sempurna 
4. Kenali warna terang maksimumnya secara visual dengan membandingkan dengan diagram michel levy. Kemudian baca berapa panjang gelombang nya di bagian bawah dari diagram (catat pembacaan, misalkan kita mendatkan warna biru, dan kita bingung apakah ini biru mewakili orde 2-655 nm atau biru orde 3-1150 nm)
5. Masukkan plat gypsum (panjang gelombang 550 nm) 
6. Warna yang kita lihat adalah warna yang sudah bertambah 1 lambda (Misalkan warna yang kita dapat berwarna biru kehijauan, maka panjang gelombang 655+550= 1205). 


Untuk mendapatkan file Michel-Lévy chart, silahkan akses di link ini. 









Menentukan simbol optis dengan plat gipsum
Gipsum seperti sudah dijelaskan sebelumnya mempunyai panjang gelombang 550 nm. Ketika plat dimasukkan, makaakan terjadi:
a. penambahan sebesar 550nm --> kenaikan orde dari warna interferensi (misal dari warna krem menjadi berwarna biru)
b. pengurangan sebesar 550 nm --> penurunan warna interferensi (misalkan menjadi warna kuning)

Menggunakan Plat Kuarsa, Mica dan Gypsum
Selain menggunakan plat gipsum yang mempunyai panjang gelombang (lambda) 550 nm, kita juga bisa menggunakan plat kuarsa yang mempunyai panjang 137-150 nm atau mika yang mempunyai panjang gelombang 1/4 lambda = 147 nm. 

Contoh pemakaian gypsum saya berikan di gambar bawah ini. 

Semoga bermanfaat....

Referensi
http://www.brocku.ca/earthsciences/people/gfinn/optical/unindctx.htm
https://www.mccrone.com/mm/the-michel-levy-interference-color-chart-microscopys-magical-color-key/
http://www.zeiss.com/microscopy/en_de/downloads/brochure-downloads.html?catalog=light_microscopy&search=levy&x=-1426&y=-822 
http://science.howstuffworks.com/innovation/famous-inventors/5-isaac-newton-inventions.htm#page=6
Share:

Monday, May 25, 2015

Pengamatan Mineral Transparan dengan Mikroskop Refraksi

Update 26-10-2017

Atlas mikroskopi bijih

Belajar mikroskop online
Virtual microscope
Mineral in reflected light and metasomatism
texture in calcite

Update 26 Desember 2016: rollover image for crossed nicols
Arahkan mouse di atas gambar pada teks yang berwarna biru untuk melihat gambar pada pengamatan nikol silang. 



Tekstur zoning
Anatase (TiO2) adalah polimorf dari rutile dan brookite. Anatase mempunyai sistem kristal tetragonal. Anatase dicirikan dengan belahan yang sempurna. 
Anatase mempunyai belahan sempurna (perfect cleavage) pada sumbu (001) dan (011).  
Spesimen: anatase (Sudan)
Tekstur zoning pada agate

Textural zoning pada agate(salah satu varian dari kuarsa). Ulasan tentang varian dari agate dan pertumbuhan zoningnya bisa dibaca di halaman ini
Spesimen: agate (Sudan)
Tekstur colloform

Malasit (hijau) menunjukkan tekstur colloform. Mineral tak berwarna di sekitar malasit adalah kuarsa
Spesimen: urat kuarsa-malasit (sudan)
Tekstur kembar (twinning)

Gambar di atas menunjukkan kembar pada plagioklas. Plagioklas tidak mempunyai warna interferensi sehingga pada pengamatan nikol sejajar, plagioklas tidak berwarna.
Lokaliti: Myanmar
Gambar di atas menunjukkan kembar pada plagioklas. Plagioklas tidak mempunyai warna interferensi sehingga pada pengamatan nikol sejajar, plagioklas tidak berwarna.
Lokaliti: Myanmar
Karbonat dicirikan warna interferensi dan relief yang tinggi, mempunyai bidang kembar (twinning) dan belahan (cleavage) rhombohedral
Untuk memudahkan pengamatan, sayatan tipis batugamping seringkali diberi pewarna (staining) untuk membedakan rongga dengan mineral. Nampak habit rhombohedral pada gambar di bagian kanan
Lokaliti: Padalarang, Jawa Barat
Bending/kink (lekukan)
Indikasi dari adanya deformasi. Contoh di atas teramati pada muskovit.
Lokaliti: Myanmar
Tekstur mozaik 

Umum teramati pada kuarsa di batuan metamorf, menunjukkan tekstur polygonal dengan sudut antar butir (triple junction) sebesar 120 derajat. 
Alterasi hydrothermal

Piroksen terubah menjadi serisit. Proses di atas dinamakan seritisasi. 
Lokaliti: Latimojong

==================================================================== Update 26 Januari 2016

"The 10,000 Hour Rule" dari Malcolm Gladwell. Sebuah teori yang disampaikan oleh seorang penulis buku berjudul "Outliers", bahwa untuk mencapai sebuah kesuksesan, diperlukan 10.000 jam untuk berlatih. Terlepas orang bisa menjadi lebih hebat kurang dari jam yang disebutkan tersebut, tidak ada masalah. Itu motivasi saya untuk bisa mengerti bidang yang dulu kurang saya suka semasa kuliah, dan akhirnya sekarang saya harus mendalaminya selama saya kuliah, yaitu petrografi dan mineragrafi.

Petrografi dan mineragrafi, merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi yang mempelajari karakteristik mineral dengan batuan mikroskop. Petrografi adalah ilmu untuk mengamati mineral pembentuk batuan yang mempunyai sifat fisik dapat ditembus cahaya dan sedikit ditembus cahaya (mineral transparan dan semi-opak), sedangkan mineragrafi adalah ilmu untuk mengamati mineral bijih, yang umumnya adalah mineral logam yang tidak dapat ditembus cahaya (opak atau semi-opak).

Fosil, merupakan organisme yang terawetkan, dan gambar di atas menunjukkan fosil yang terawetkan di batugamping. Sampel batugamping di Padalarang, Jawa Barat

Pengamatan mineral transparan menggunakan mikroskop refraksi, yaitu menggunakan salah satu sifat cahaya dengan memanfaatkan perbedaan nilai indeks bias (refractive index). Sedangkan untuk pengamatan mineral bijih, mikroskop yang digunakan adalah mikroksop refleksi (menggunakan sifat memantulkan cahaya)


Koleksi mineral di kampus saya di Leoben

Tanya : Apakah mikroskop yang digunakan oleh waktu belajar ilmu biologi itu sama dengan mikroskop untuk mineral?
Jawab : Mikroskop yang digunakan tidak sama, karena mikroksop biologi tidak mempunyai meja putar (rotating stage), serta tidak memerlukan adanya pengamatan dengan menggunakan analisator dan polarisator. Polarisator dan analisator akan mengeblok sinar yang datang (sinar tampak = visible light), sehingga sinar yang didapat hanya mempunyai satu arah saja. Jika polarisator mengeblok sinar yang sejajar dengan arahnya, maka polarisator akan mengeblok sinar yang mempunyai arah tegak lurus dengan analisator. Sebagai contoh, kaca mobil, kamera, spion, menggunakan polarizer (polarisator) sehingga tidak semua cahaya akan diserap oleh kaca. Ilustrasinya ada di gambar ini.

http://learnphotographywithtomgrill.blogspot.co.at/2011/07/filters-using-polarizer.html

Kalau kita praktekkan di mikroksop, maka ilustrasi dari polarisator dan analisator seperti gambar di bawah.
https://www.microscopyu.com/articles/polarized/polarizedintro.html

Kali ini, saya coba bagikan beberapa mineral yang sempat saya dan guru saya di Tambang Eksplorasi, , Bu Teti Indriati (ahli mineralogi), selama saya membantu beliau di Laboratorium Mineragrafi Bijih di Teknik Pertambangan ITB. Ini merupakan beberapa contoh mineral yang sempat saya dan Bu Teti amati selama 2011-2014, semoga nanti koleksi mineralnya akan bisa bertambah.
Lanjutan tentang cara mengidentifikasi mineral dengan menggunakan Michel Lévy chart bisa dilihat di halaman ini.
http://www.andyyahya.com/2015/06/memahami-warna-interferensi-dan-michel.html
Batu yang sudah diambil, kemudian dipotong dengan gergaji mesin dengan ketebalan 0,03 mm, ditempelkan dengan epoxy di preparat (kaca transparan), kemudian dipanaskan

Sayatan tipis dengan tebal 0,03 mm. Diletakkan di meja putar mikroskop, kemudian diamati sifat fisiknya

Biotit
Biotit berwarna hijau hingga cokelat, memiliki pleokroisme yang kuat, habit pseudo hexagonal, tabular, atau flaky ,  dengan belahan sempurna  satu arah. Pada pengamatan nikol silang memperlihatkan  warna interferensi hijau-pink orde 3 hingga 4 (Geunteut, Aceh)
Hornblende (memanjang, cokelat terang) dan biotit (cokelat) (Geunteut, Aceh)
Mineral biotit dengan habit memanjang dengan warna interferensi orde 3 pada pengamatan nikol silang, sedangkan mineral plagioklas berwarna abu-abu dengan kembar albit (gambar kiri). Mineral biotit yang tampak terubah menjadi hornblende dengan warna interferensi yang kuat (gambar kanan) (Padalarang, Jawa Barat)

Diopsid
Grup piroksentidak berwarna pada pengamatan nikol sejajar hingga berwarna pucat kehijauan, mempunyai habit granular subhedral hingga anhedral, memperlihatkan interlocking dengan mineral kuarsa, kadang dijumpai sebagai prismatik maupun lamellar (Geunteut, Aceh)

Diopsid (relief tinggi), klorit (kehijauan) dan mineral opak

Dolomit 
Dolomit tidak berwarna pada pengamatan nikol sejajar, mempunyai habit anhedral hingga subhedral, dijumpai juga dalam habit rhombohedral, tampak menunjukkan adanya bidang kembar pada individu mineral
Rongga tampak ditandai dengan pewarna (stanning) berwarna biru, sedangkan dolomit tampak dengan habit rhombohedral di sebelah kanan dari rongga, sedangkan kalsit tampak dengan relief yang tinggi

Epidot habit  anhedral, berwarna kuning-kehijauan dengan relief  tinggi pada pengamatan nikol sejajar, bersifat anisotrop pada pengamatan nikol silang dengan warna interferensi pink–hijau  orde tinggi
Garnet grosularit  (keruh)  mengandung banyak inklusi kuarsa, sedikit klorit dan epidot. Sebagian inklusi tampak terorientasi membentuk struktur zoning pada garnet (gambar kiri) Epidot (pink-hijau), kuarsa (abu-putih jernih) dan alkali feldspar (putih keruh) diantara mineral opak dan garnet (gambar kanan) (Geunteut, Aceh)
Epidot menunjukkan belahan yang sempurna

Garnet
Garnet berbentuk kubik atau polygonal, euhedral sampai anhedralberwarna kekuning-kuningan dengan relief  tinggi pada pengamatan nikol sejajar, bersifat isotrop pada pengamatan nikol silang. Garnet  mengandung banyak inklusi mineral lain membentuk tekstur poikilitik (Geunteut, Aceh)
Hornblende
Mineral utama pembentuk batuan beku granodiorit terdiri dari: plagioklas, hornblende, biotit dan kuarsa dengan mineral opak sebagai asesoris. Hornblende tampak mulai terubah menjadi biotit (Gambar kiri). Pengamatan nikol silang memperlihatkan tekstur holokristalin, hypidiomorfik granular,  terdiri dari plagioklas (abu-abu prismatik) dengan kembar albit , biotit (hijau–pink) dengan belahan yang sempurna, hornblende yang mengandung banyak inklusi (pojok kanan atas)  , dan interstitial kuarsa (abu-abu) yang berbentuk tidak beraturan (Gambar kanan) . (Geunteut, Aceh)
Hornblende dengan belahan yang sempurna pada masa dasar plagioklas
Mineral hornblende dengan habit euhedral dan belahan yang sempurna pada dua arahnya, dengan warna interferensi kuning hingga merah (gambar kiri). Mineral hornblende berwarna kuning pucat dan memiliki dua arah dengan habit prismatik. Mineral epidot diperlihatkan dengan warna interferensi yang tinggi (gambar kanan) (Padalarang, Jawa Barat)

Kalsit
Kalsit tidak berwarna, mempunyai belahan yang sempurna, sering dijumpai dalam bentuk lamellar hingga anhedral, dan juga dijumpai sebagai relik fosil dengan habit membundar dan menggerombol seperti anggur. Kalsit merupakan mineral dengan warna interferensi dari kuning hingga kecokelatan orde 4 pada pengamatan nikol silang. Mineral kalsit dengan ukuran butir yang halus dengan warna interferensi kuning hingga kecokelatan pada pengamatan nikol silang (Padalarang, Jawa Barat)
Fosil mempunyai habit membulat, kadang menyerupai gelang membutir yang memanjang, berbentuk cangkang, sarang lebah, dan juga ditemukan menyerupai bentuk bunga. Fosil tersimpan baik dan terawetkan oleh mineral kalsit yang mempunyai karakteristik mempunyai warna interferensi yang tinggi antara orde 3-4 pada pengamatan nikol silang, dan nampak tidak berwarna pada pengamatan nikol sejajar (Padalarang, Jawa Barat)

Klorit
Batuan andesitik yang mengalami proprilitisasi, memiliki fenokris terubah berupa klorit klorit pseudomorf menggantikan mineral mafik. Plagioklas (putih prismatik) dijumpai sebagai fenokris dan massa dasar, sedangkan mineral opak berwarna hitam hadir sebagai inklusi pada mineral mafik , juga tersebar dalam massa dasar (Gambar kiri). Urat halus (tengah) berisi kuarsa (putih), klorit (hijau) dan mineral opak (hitam) memotong batuan beku porfiritik (Gambar kanan) 

Klorit (kehijauan) dan plagioklas (memanjang)

Piroksen
Piroksen tidak berwarna pada pengamatan nikol sejajar hingga berwarna pucat kehijauan, mempunyai habit granular subhedral hingga anhedral, memperlihatkan interlocking dengan mineral kuarsa, kadang dijumpai sebagai prismatik maupun lamellar. Mineral piroksen pada nikol // yang ditunjukkan oleh mineral berwarna jingga pucat dan jingga yang kuat (gambar kiri). Mineral epidot yang berada paling atas, plagioklas di tengah dan piroksen yang berada di bawah epidot serta sedikit kuarsa di pojok kanan bawah pada nikol x (gambar kanan) (Padalarang, Jawa Barat)
Plagioklas
Plagioklas berwarna bening agak keruh pada pengamatan nikol sejajar dengan warna interferensi abu-abu pada pengamatan nikol silang. Plagioklas mempunyai habit prismatik panjang, umumnya  menunjukkan gejala kembar albit, sebagian diantaranya memperlihatkan zoning. Sebagian besar individu kristal plagioklas mulai terubah menjadi serisit, kalsit dan epidot

Serisit
Serisit adalah mineral ubahan dari plagioklas, yang diidentifikasi dengan habit yang menjarum dengan warna interferensi yang tinggi orde 2 (tengah) (Geunteut, Aceh)

Berikut ada tabel identifikasi mineral-mineral yang umum dijumpai di sayatan tipis. Saya hanya tampilkan 3 halaman pertama dari 8 halaman, silahkan download disini .





Referensi lain, silahkan kunjungi :
Semoga bermanfaat.... 

NB: Saya tak mengumpulkan bahan-bahan lainnya, semoga mineral bijih yang pernah saya amati bisa segera terkumpul dan di share disini. Salam dari Leoben yang baru akan adzan isya jam 22.30 malam


Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain







Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *