Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Showing posts with label tambang emas jawa barat. Show all posts
Showing posts with label tambang emas jawa barat. Show all posts

Friday, May 31, 2013

Lombong Emas yang Menggurita di Ciseuti, Purwakarta

Beberapa waktu lalu, saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi tambang rakyat yang berada di Purwakarta. Lokasi itu merupakan tambang emas rakyat yang berada di Gunung Cimuringis, Desa Ciseuti, Purwakarta. Pada daerah tersebut, dilakukan kegiatan penambangan emas rakyat, dimana di sepanjang lereng gunung tersebut, sudah banyak ditembus oleh terowongan-terowongan yang saling menggurita satu sama lain. Pada lokasi tersebut, para penambang mengambil bongkah-bongkah yang dimasukkan ke dalam karung, dimana proses pengolahannya dilakukan dengan menggelundung sampai bongkah berukuran halus. Jika penambang tidak mempunyai cukup dana untuk menggelundung batuan tersebut, mereka hanya meremukan batuan hingga sangat halus dengan menggunakan palu, kemudian didulang persis di depan lombong mereka. 

Sedikit miris memang melihat aktivitas mereka di lombong-lombong itu. Tidak semua lubang yang mereka buat di sangga oleh kayu, yang mereka sebut sebagai stake. Hanya berdasarkan intuisi dan pengalaman saja, mana yang harus disangga, mana yang tidak. Memang, ketika saya coba masuk ke dalam lubang tersebut, saya melihat sendiri, batuan yang ada di dalam sana relatif keras, dengan kondisi air yang tidak banyak. Tapi, kita tidak akan tahu bagaimana kestabilan dari lubang tersebut di masa mendatang. Sudah jelas, pada lokasi yang dekat dengan vein, alterasi akan berkembang dengan intensif, dimana alterasi merupakan kumpulan dari mineral-mineral, yang umumnya muncul sebagai mineral lempung. Pada alterasi tersebut, batuan umumnya lunak, sehingga cukup mengkhawatirkan juga membiarkan batuan tidak disangga. Dan kalau kita lihat, vein atau urat sebagai jaring-jaring yang saling menjemari satu sama lain, urat merupakan media lewatnya air, yang bisa terhubung satu sama lain. Hal ini yang dapat menjadi media yang bersifat porous, yang bisa sewaktu-waktu mengalirkan air ke dalam lombong.

Ironi memang kalau harus menangani tambang rakyat seperti ini. Bukan permasalahan yang mudah untuk Dinas terkait dalam rangka menertibkan penambang-penambang tersebut. Belum lagi, dari referensi yang saya baca dari halaman internet di Kompas dan  Pikiran Rakyat pada link berikut:
http://regional.kompas.com/read/2011/08/20/12503680/Tambang.Emas.Purwakarta.Dihidupkan.Lagi
dan http://www.pikiran-rakyat.com/node/124647 . Pada salah satu kutipan dari berita tersebut, pemilik dari lokasi tambang di Purwakarta ini adalah keluarga Panigoro, yang besar melalui Medco Group. Harusnya, kegiatan penambangan di lokasi tersebut dikelola lebih layak lagi, karena kesehatan, keselamatan para penambang, tidak sebanding dengan emas yang akan mereka dulang maupun mereka dulang untuk kehidupan sehari-hari. Lagi-lagi, pernyataan retoris inilah yang akan muncul "perlu adanya sinergi antara lembaga, baik Dinas Pertambangan, pemilik usaha pertambangan, serta penambang itu sendiri, supaya aktivitas penambangan berjalan dengan baik".


Yah, sekali lagi, saya hanya memaparkan kondisi yang ada di sekitar kita, untuk mengingatkan, banyak orang di luar kita yang tidak lebih beruntung dari kita. Kita harus banyak bersyukur, karena dunia tidak seindah nasi hangat yang terhidang di depan piring kita setiap harinya. Lakukan apa yang kamu bisa untuk duniamu, dan berkaryalah untuk kemajuan bangsa dan negaramu.




GeoEducative Blogspot
follow me: @andyyahya

Saya ketika berada di salah satu lombong emas bawah tanah di Ciseuti, Purwakarta

Share:

Thursday, December 27, 2012

Kamojang, Lapangan Panas Bumi Pertama di Indonesia

Sudah pernah lihat panas bumi? Sudah pernah mampir ke Kamojang? Sekarang saya coba bahas sedikit yang saya tahu tentang Kamojang ya...

Lapangan panasbumi Kamojang berada dalam wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Lapangan ini berjarak + 17 km Baratlaut Garut atau + 42 km Tenggara Bandung, dan berada pada ketinggian 1640 – 1750 m diatas permukaan laut. Secara geografis, lapangan Kamojang terletak pada posisi 107o37,5’ – 107o48’ BT dan 7o5,5’ – 7o16,5’ LS.

Lapangan Kamojang mencakup suatu kumpulan kenampakan gejala panasbumi di permukaan, berupa fumarol serta kubangan lumpur panas. Beberapa diantaranya adalah Danau Pangkalan, Kawah Manuk, Kawah Berecek dan Kawah Leutak. Interpretasi Landsat menunjukkan lapangan Kamojang berada dalam suatu depresi berdiameter + 5 km (Sudarman & Hochstein, 1983). 


Gunung Guntur (2125 m) di sebelah barat Kamojang menunjukkan aktifitas terakhir tahun 1840 (Robert, 1988). Sebagai lapangan panasbumi pertama di Indonesia, lapangan Kamojang berpotensi 300 MWe. Melalui 24 sumur produksi, dewasa ini telah dihasilkan energi listrik 140 MWe dan akan dikembangkan hingga 200 MWe.

Lapangan panasbumi Kamojang merupakan sistem dominasi uap yang cenderung kehabisan air, oleh karena itu perlu dilakukan reinjeksi berdasarkan kondisi reservoir. Pada masa produksi terjadi perubahan tekanan, temperatur dan fasa fluida panasbumi.


Di Indonesia usaha pencarian sumber energi panasbumi pertama kali dilakukan di daerah Kawah Kamojang pada tahun 1918. Pada tahun 1926 hingga tahun 1929 lima sumur eksplorasi dibor dimana sampai saat ini salah satu dari sumur tersebut, yaitu sumur KMJ3 masih memproduksikan uap panas kering atau dry steam (Saptadji, 2010). Pecahnya perang dunia dan perang kemerdekaan Indonesia mungkin merupakan salah satu alasan dihentikannya kegiatan eksplorasi di daerah tersebut.


Kegiatan eksplorasi panasbumi di Indonesia baru dilakukan secara luas pada tahun 1972 (Saptadji, 2010). Direktorat Vulkanologi dan Pertamina, dengan bantuan Pemerintah Perapatan Ciamis dan New Zealand melakukan survey pendahuluan di seluruh wilayah Indonesia. Dari hasil survey dilaporkan bahwa di Indonesia terdapat 217 prospek panasbumi, yaitu di sepanjang jalur vulkanik mulai dari bagian Barat Sumatera, terus ke Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan kemudian membelok ke arah utara melalui Maluku dan Sulawesi. Survey yang dilakukan selanjutnya telah berhasil menemukan beberapa daerah prospek baru sehingga jumlahnya meningkat menjadi 256 prospek, yaitu 84 prospek di Sumatera, 76 prospek di Jawa, 51 prospek di Sulawesi, 21 prospek di Nusatenggara, 3 prospek di Irian, 15 prospek di Maluku dan 5 prospek di Kalimantan. Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150225oC).


Di Kamojang, kita akan mendapatkan berbagai macam manifestasi, seperti adanya steaming ground, kawah kereta api, kawah hujan, kolam lumpur, dsb. Kita coba bahas satu-satu ya...

1. Kawah Mati Kamojang
Lokasi ini dulunya merupakan kawah yang telah mati, yang ada di bagian Tenggara dari Kawah Berecek. Dulunya lokasi ini merupakan kawah yang aktif, namun saat ini telah sekarat dan membeku.  ada lokasi ini ditemukan adanya sulfur yang mengkristal dan membentuk seperti kelopak bunga. Tanah mempunyai temperatur yang cukup panas, yang mengindikasikan bagian bawah dari lapisan tanah yang membeku masih terdapat aktivitas hidrotermal yang berlangsung hingga sekarang. Pengukuran steaming ground menunjukkan temperatur tanah sebesar 70,60 C 


2. Kawah Kereta Api
Kawah kereta api merupakan bekas sumur panas bumi yang di bor semasa jaman penjajahan Belanda. Dari sumur ini, menyembur uap dengan tekanan yang sangat tinggi dan menimbulkan bunyi yang nyaring seperti bunyi kereta api. Disini, ada seorang "aki" atau kakek yang menunjukkan kebolehannya dengan melewatkan uap panas di antara sela-sela bambu, sehingga ketika udara panas tersebut lewat, maka akan terdengar suara melengking seperti bunyi sirine kereta api... tut tuttttt....



3.  Kawah Hujan
Pengamatan di lokasi ini adalah uap panas yang muncul dari rongga antar batuan. Namun di sebelah Timur dari lokasi ini, ditemukan adanya mata air yang dingin. Air yang dingin ini berasal dari akuifer yang dangkal, dan tidak berhubungan dengan aktivitas hidrotermal. Hasil perhitungan pH menunjukkan air mempunyai derajat keasaman yang mendekati netral. Banyak orang memanfaatkan untuk sekedar sauna, lumayan hangat sih, Tapi jangan terlalu lama ya. :D


4. Kolam Lumpur
Di sini ditemukan adanya bekas manifestasi air panas yang membentuk kolam lumpur yang sesekali mengeluarkan gas. Kolam lumpur ini terletak antara kawah hujan dengan kawah Cibuliran. Terdapat buih letupan air pada permukaan air, namun buih mempunyai ketinggian yang rendah. Buih berasal dari akuifer dangkal, dan muncul sebagai akibat dari tekanan yang tinggi dari gas dari dalam kerak bumi. Tidak jauh dari lokasi manifestasi, ditemukan adanya kawah yang telah mati dan mulai membeku. Ditemukan adanya alterasi argillik yang didominasi oleh mineral talk yang berwarna putih keabuan. Lumpur yang mengering tampak pecah dan retak pada beberapa sisi.

 5. Kawah Cibuliran
Pada kawah Cibuliran, tampak adanya sumur bekas pemboran yang sudah tidak berproduksi lagi pada saat ini. Di sebelah Utara dari lokasi bor ditemukan adanya mata air panas yang masih mengalir. Mata air ini mengalir dari arah relatif Timur menuju Barat, dan mengeluarkan kandungan gas yang cukup tinggi dan berbau menyengat. 

Semoga bisa bermanfaat buat rekan-rekan yang berencana berkunjung ke Kamojang, Garut. Selain Kamojang, masih banyak wisata geologi lain dan gunung papandayan yang juga 

Belajar bisa dimana saja lo. Yuk, kita belajar dari alam.

1.Alzwar, M S. BachriN. Akbar, 1992. Peta  Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (Indonesia)
2.Hilyah, Anik.  2010. Studi Gempa Mikro untuk mendeteksi Rekahan di area Panas bumi Kamojang Kabupaten Garut. Jurnal Fisika dan Aplikasinya. Volume 6, Nomor 2 Juni,2010
3.Sudarman, S. ,  Hochstein, M.P.,  1983. Geophysical structure of the Kamojang geothermal field (Java). Proceeding of the 5th New  Zealand geothermal workshop. New  Zealand.
4.Sulistijo, B. 2012. Buku Panduan Ekskursi Panas Bumi Kamojang. Modul Lapangan

Share:

Thursday, December 20, 2012

Sukabumi dan Penambang Emas

Rasanya sudah lama sekali saya tidak menulis. Ya memang semua berubah dengan cepat. Waktu yang dulu masih bisa saya luangkan untuk menulis, membaca, sekarang sudah hampir tidak ada waktu untuk bersantai, kecuali untuk bersepeda... wajib hukumnya. Hehehe

Sekarang, saya ingin mengangkat sedikit tentang potensi tambang di Sukabumi, terutama Kabupaten Sukabumi. Entah terbersit untuk menulis, karena besok saya harus memberikan briefing adik-adik Teknik Pertambangan ITB sebelum mereka berangkat ekskursi awal Januari 2013.

Sukabumi merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang mempunyai potensi tambang yang sangat melimpah. Mulai dari pasir besi, zeolit, batu gamping, pasir kuarsa, bentonit, emas dan sebagainya. Potensi ini dibarengi dengan reputasi nya yang terkenal di se-antero Indonesia, menurut opini saya sih, sebagai tempat lahirnya para jagoan tambang.

Para jagoan tambang yang saya maksud, adalah banyaknya penambang dari Sukabumi yang merantau ke pulau lain, terutama pada tambang-tambang emas, dimana kebanyakan dari mereka datang sebagai tukang dulang. Pekerjaan mendulang memang bukan pekerjaan yang gampang, sangat bergantung pada keberuntungan, keberuntungan dan keberuntungan. Teknik nya sih memang tidak susah, namun ketekunan untuk berendam selama sehari penuh untuk mendapatkan beberapa gram emas, itu yang membuat saya salut kepada para penambang tersebut.

Nah, sekarang saya coba bahas beberapa potensi tambang di Sukabumi

-Pasir – Sirtu, Cimangkok


Secara Geologi, daerah ini termasuk ke dalam satuan Breksi dan lahar dari Gunung Gede (0-100 m). satuan ini terdiri dari Batupasir tufaan, serpih tufaan, breksi tufaan, dan aglomerat tufaan (terbentuk pada zaman quarter). Satuan ini membentuk dataran Cianjur.
Sistem Penambangan yang digunakan adalah sistem semprot. Tekanan air yang disemprotkan ke dinding  batuan, menghanyutan fraksi  pasir yang berukuran kecil, dan mengendapkan partikel batuan yang berukuran besar. Hal tersebut memudahkan pemisahan pasir dan batuan berdasarkan ukuran besar fraksi batuan.

-Pasir Kuarsa, PT. Holcim Indonesia – Unit Kuari Cibadak, Cimandak
Lokasi ini berada di daerah Gn Walat Kecamatan Cibadak, 15 km sebelah baratdaya Kota sukabumi. Daerah ini termasuk ke dalam Formasi Walat berumur Oligosen (Tow), terdiri dari litologi batupasir kuarsa, konglomerat, batulempung karbonan, lignit dan lapisan arang tipis-tipis yang diendapkan pada lingkungan fluvial-deltaik. Batuan-batuan tersebut tersingkap di daerah Gn Walat dan di daerah sekitarnya.
Pasir Kuarsa yang juga dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil pelapukan batuan yang mengandung mineral utama, seperti kuarsa, dan felspar. Hasil pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang diendapkan di sungai, danau, atau laut. Di alam pasir kuarsa ditemukan dengan kemurnian yang bervariasi bergantung kepada proses terbentuknya di samping adanya proses pengendapan. Material pengotor tersebut bersifat sebagai pemberi warna pada pasir kuarsa, dan dari warna tersebut dapat diperkirakan kemurniannya. Pada umunya, pasir kuarsa yang ditemukan di alam mempunyai ukuran butir yang bervariasi dan dalam distribusi yang melebar, mulai dari fraksi halus (0,06 mm) sampai dengan ukuran kasar (2 mm).

-Batugamping, Cikembar

Batugamping ini termasuk pada Anggota Batugamping Terumbu (Toml) yang berumur Oligosen-Miosen terdiri dari batugamping terumbu koral dengan sejumlah fosil yang terdolomitkan tersingkap baik di Pasir Kutamaneuh, Pasir Aseupan di Selatan Sukabumi, dan di Liunggunung di selatan Cibadak.
 Batu gamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, mekanik, atau secara kimia.  Sebagian besar batu gamping di alam terbentuk secara organik. Jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang.

Zeolit, Cikembar



Zeolit adalah kelompok mineral yang merupakan senyawa alumino silikat hidrat dan logam alkali dengan rumus umum Mx/n.(AlO2)x.(SiO2)y.xH2O.
Kelompok mineral zeolit  memiliki kesamaan sifat dan struktur, yaitu  terdiri dari framework/rangka aluminosilikat  yang tersusun dari cincin tetrahedra alumina dan silica. Di dalamnya terdapat rongga-rongga yang diisi oleh ion dan molekul air.  Rongga-rongga tersebut saling berhubung, sehingga ion dan molekul air yang berada di dalamnya dapat bergerak bebas sampai batas permukaan yang memungkinkan terjadinya pertukaran ion maupun dehidrasi secara reversible . Karena sifatnya yang unik ini maka zeolit dimanfaatkan dalam industri sebagai penukar kation, adsorben dan penyaring molekul. Kristal zeolit yang telah terdehidrasi merupakan adsorben yang selektif dan mempunyai efektivitas adsorpsi yang tinggi

Endapan Emas, PT. Hunamas Group, Ciawitali-Simpenan

Pada abad 19-20 lalu, produksi emas di Indonesia hampir semuanya diperoleh dari urat-urat epitermal polymetallic yang dikenal  terbentuk pada umur Miosen (Sunarya, 1989). Selama beberapa tahun terakhir (1984-1993), demam emas di Indonesia  telah menyebabkan adanya identifikasi  terhadap geologi sumberdaya, dihasilkan jumlah sumberdaya emas lebih dari 3500 ton berasal dari  endapan epitermal dan porfiri Cu di Sulawesi (Mesel), kalimantan (kelian), Wetar (Lerokis), Jawa (Pongkor), Irian jaya (Grasberg), dan dengan variasi pada lokasi-lokasi yang lain (Van Leeuwen, 1994; Carlile dan Mitchell, 1994).
 Endapan emas Jawa Barat terletak diantara dan pada panggul kubah Bayah, baratdaya kota Jakarta . Satuan geologi, terpapar pada area 40x80 km, terdiri dari Oligosen sampai Quartenary calc – alkalitik ryolitik sampai batuan andesit dan intrusiv kecil stock dengan beberapa interkalasi dari batu gamping dan batu pasir Miosen. Area Citorek, terletak pada bagian utara kubahmerupakan zona depresi yang luas (60km2), terbentuk sebuah kaldera yang terisi dengan ignimbrit dasitik dan diintrusi oleh plug andesitik-dasitik.

Nah, kita coba gali sedikit lebih dalam tentang tambang emas. Kebetulan, tambang emas yang ada di daerah ini merupakan emas primer, bukan emas alluvial, dimana emas itu tidak bisa serta merta di dulang untuk mendapatkan logam berharganya. Batuan yang keras nya naudzubillah diambil dari lubang-lubang tikus yang lumayan dalam (bisa mencapai 30 meter secara vertikal, dan bisa berkelok2), hanya bersanggakan kayu (istilah kerennya "gophering", kalau istilah lazimnya "gurandil"), mereka harus memukuli batu yang keras itu, memasukkan ke dalam karung dan membawa nya ke permukaan.

Pekerjaan belum berhenti sampai disitu, setelah karung-karung kemenangan itu dibawa ke atas, batu tersebut harus dipukuli berkali-kali sampai halus. Setelah batu berukuran halus, barulah dilakukan penggilingan, dengan menggunakan gelundung (bahasa kerennya ball mill). Mereka pun menambahkan raksa ke dalam gelundung, supaya butiran emas yang hancur akibat proses gelundung itu bisa terikat ke dalam raksa. 

Setelah di gelundung 8-10 jam, baru lah konsetrat mereka olah, bisa dengan didulang terlebih dahulu, namun ada juga yang langsung menekan2 butiran yang terikat itu dengan tangannya yang tidak lagi halus. Memang agak miris, mereka harus bermain dengan raksa, yang dalam jangka panjang bisa merusak syaraf mereka, sehingga jari2 mereka bisa seperti tertekuk, bahkan kadang2 berimplikasi sampai ke keturunan mereka.

Yah, memang hidup ini berat untuk mereka. Tapi dibalik itu semua, mereka ber"gamble" dengan emas yang nilainya bisa berlipat2 ganda ketika mereka jual nanti. Mereka melupakan kesehatan, yang sejatinya lebih mahal dari apapun. Semoga suatu saat nanti, siapa pun lah bisa membuat teknologi yang ramah lingkungan dan mensosialisasikan ke penambang liar, bukan untuk me-legalkan penambang liar, namun menyelamatkan mereka demi masa depan bangsa kita.


di tengah gemuruh hujan, di lantai 3 eksplorasi
2012-2012

-AYAH-




Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *