Saya sengaja mengambil judul yang sederhana saja, supaya bisa lebih mudah ditangkap oleh orang-orang lain, yang mungkin jarang, atau kurang tertarik dengan bersepeda. Sepertinya di pending dulu tulisan ilmiahnya, untuk bahan berikutnya (sejauh ini, saya baru kepikiran untuk menulis museum tambang bawah laut di Fukuoka, namun sementara di tunda dulu karena belum dapat inspirasinya, hehehe). Yang ingin saya bagi disini, adalah suasana bersepeda di Jepang, yang sangat berbeda dengan bersepeda di Indonesia. Rasanya tidak perlu ber-cingcong ria, langsung aja share gambar aja ya
Umumnya, pesepeda mempunyai jalur sendiri (bike lane), kadang menyatu dengan jalur pejalan kaki, kadang dipisah, namun tidak jarang berada di sisi jalan raya.
Bike lane yang dipisahkan trotoar
Ukuran bike lane cukup besar, dan tidak terhalang oleh pedagang kaki lima seperti di Indonesia
Sepeda pun punya rambu lalu lintas, ketika merah sepeda harus berhenti,
dan ketika hijau baru boleh berjalan. Jika ketika lampu hijau berpapasan dengan mobil atau kendaraan lain, sepeda tetap diutamakan
Bike lane di pinggir pantai
Karena sedang pergantian ke musim dingin, bersepeda nya pake jaket lapis 2+baju 1 lapis, dan sarung tangan, hehehe
Sangat banyak tempat parkir sepeda disediakan, sebagai contoh parkir sepeda di sebuah pabrik.... lalu....
tempat parkir sepeda di area pusat perbelanjaan (mall) di daerah Marinoa,,,, lalu,,,,,
tempat parkir sepeda di kampus Ito, Kyushu University,,,,, dan....
tempat penyimpanan sepeda di depan stasiun (hampir di tiap stasiun ada, sebagai contoh di Stasiun Muromi).
Hal lain yang membuat saya kagum, adalah populasi sepeda yang banyak, sehingga membuat sepeda pun harus didaftarkan kepada polisi. Sebagai contoh, sepeda yang saya pinjam ternyata tidak terdaftar ke kantor polisi setempat, sehingga sepeda tersebut ditandai oleh polisi dengan kode "not registered". (maaf, saya lupa memfoto tulisannya di sepeda pinjaman saya).
Hal ini memudahkan polisi untuk melacak keberadaan sepeda, dimana teman saya yang sudah menetap hampir 6.5 tahun di Fukuoka mengatakan, bahwa dia pernah kehilangan sepeda, dan ketika dia melapor ke kantor polisi, sepedanya ditemukan kembali oleh Polisi, namun harus mengganti sekitar 2000 yen (setara dengan Rp 200.000,-).
Yah, begitu ulasan singkat tentang bersepeda di Fukuoka, saya tambahkan beberapa gambar saya selama berkeliling dari Itoshima-Ito Campuss-Meinohama-Muromi.
Di salah satu kuil di Itoshima
Hakata bay
Toko senang-senang, sepertinya yang punya orang Indonesia ya
Maksud hati mau cari jalan nanjak ke air terjun Shiraito , akhirnya terpaksa saya urungkan karena menjelang waktu sholat Jumat
Dan saya akhiri cuplikan singkat mengenai sepeda di Fukuoka dengan sepeda buatan anak bangsa, yang dipasarkan di Jepang, namun tidak di Indonesia. Araya Federal dengan bahan Cr-Mo 4130, membuat saya sangat ingin mencobanya suatu saat nanti (semoga bisa cepat kuliah di Fukuoka, amiiiin)
Full bike dari Araya Federal
Tulisan Federal. yang menjelaskan bahwa ini adalah varian sepeda touring
Ditambah dengan tulisan di fork berbahan High Ten, yang menguatkan bahwa varian sepeda touring
Bahan dasar dari frame adalah Cr-Mo atau kromoli
Dan,,,, saya bangga sepeda ini dibuat di Indonesia
Kontributor tulisan ini, tentunya harus narsis, di Shimoyamato
Sebuah kutipan menarik: bukan tentang sepedanya, namun tentang ber-sepedanya. Apapun sepedanya, yang penting tetap nyepedah... Hidup nyepedah....
Klik Gambar untuk melihat sub-konten