Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Showing posts with label buku. Show all posts
Showing posts with label buku. Show all posts

Tuesday, January 28, 2020

Membaca untuk bisa menulis

Pagi tadi saya menonton berita dari TVRI. Ada liputan sebuah kegiatan di Nusa Tenggara Timur yang mengulas tentang minat baca dan literasi di sana. Satu kalimat yang membuat saya akhirnya menulis blog ini: "bagaimana bisa anak-anak kita suruh untuk menulis, kalau mereka tidak pernah membaca."

Saya jadi mikir, apa yang dikatakan Bapak di TV tadi itu benar. Bagaimana mau membaca kalau tidak ada bukunya? Kalau sudah ada bukunya, apa sudah ada semangatnya?

Kemarin lusa saya membaca tulisan founder Bukalapak, Achmad Zaky.

Berkunjung ke perpustakaan jadi salah satu favorit warga Paman Sam di waktu senggangnya. 

Saya tahu stigma orang tentang membaca, CAPEK, BOSAN. Membaca buku, jurnal buat mahasiswa, atau koran, membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Banyak orang yang udah penat dengan pekerjaan atau tugas sehari-harinya, ga mungkin lagi mengambil sisa waktunya untuk membaca. 

Banyak orang yang juga lebih suka untuk skimming bacaan, yaitu membaca cepat dan mencari kata-kata kunci dalam suatu bacaan. Sayangnya, disaat itu pula banyak informasi penting ga sempat ikut terbaca. Banyak juga yang karena skimming (bahkan beberapa hanya melihat judul besar saja), akhirnya banyak mendapatkan informasi yang salah, apalagi kalau yang dibaca adalah tulisan media yang click bait, dimana judul dan konten bisa berbeda jauh.

Bisa karena biasa
Membaca kan susah banget? Baru baca 10 menit, langsung ngantuk, atau terdistraksi dengan kondisi sekitar. Inget Bapak Ibu Saudara Saudara sekalian, semua yang bermanfaat itu pasti berat dijalani. Memulai jogging supaya sehat, buat sebagian orang itu berat. Memulai bersepeda supaya tubuh berkeringat, udah dikompor-komporin banyak asap. Apalagi mengurangi makanan rendang, sate kambing, bakso, opor ayam, yang semuanya kalo ga dikontrol tentu ga baik buat kesehatan. 

Kalau buat saya, mulai membaca itu sama seperti mulai bersepeda atau mendaki gunung. Pesepeda atau pendaki pasti bakal menemukan tanjakan. Saya sering kok, waktu nyepeda udah maleeees banget pengen balik kanan putar balik. Tanjakannya tinggi beneeer? Nyampe ga ya??? Ini bukunya tebel amat, bahasanya dewa bangeet? Paham ga ya? 

Alhamdulillah, berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, saya mulai belajar sabar, ngayuh sepeda pelan-pelan, ntar juga lama-lama juga sampe di tempat yang dituju. Sama seperti membaca, dibiasakan saja dulu membaca yang ringan-ringan, lama-lama juga kita bakal bisa fokus ketika dihadapkan dengan tulisan yang menuntut konsentrasi tinggi.
Naik dulu, turun kemudian. Grossglockner (2016)

Bagaimana bisa memulai? Ya awalnya memang harus dipaksa dulu. Sulitnya membaca sama dengan sulitnya menulis. Ada yang pernah bilang ke saya kalau si Fulan pengen menulis tentang A, pengen nyepi di tempat B supaya tenang dan seterusnya. Si Fulan ini ga bakal dapat itu semua kalau kalimat pertama dalam tulisannya belum dimulai. Kata Aa' Gym, mulailah yang kecil, dimulai dari diri sendiri dan dimulai dari sekarang. Kalau pengen bisa menulis, ya hayuk ditulis kalimat pertama. 

Lah, bagaimana bisa menulis, kalau tidak ada ilmunya? Ya jangan males dong. Sekolah yang bener, trus resapi judul tulisan di atas: membaca dulu, baru bisa menulis!

Buku itu old style? 
"Om Om, kalau misalkan baca bukunya dari handphone, boleh ga? Bawa buku males, berat"

Jadi begini Kakak-kakak, membaca itu baik, asal niatnya juga lurus. Awalnya pengen praktis, baca buku dari handphone, tablet, eh belum lama baca, jempol udah gatel ngebuka aplikasi lain lagi, ngecek Whatsap lah, notif ini itu lah, akhirnya batal sudah membacanya.

Kalau memang suka membaca eBook, saran saya membaca lah dari kindle, paperwhite dan sejenisnya. Beberapa cuma dilengkapi WiFi, beberapa lain sudah dilengkapi SIM Card. Kindle berbeda dengan tablet, karena Kindle didesain supaya pembaca bisa nyaman membaca dalam kondisi terang maupun gelap, karena memang teknologi LED yang digunakan oleh tablet vs. kindle memang berbeda. 

Aqila, bolpen dan kertas
Kalau suatu saat mampir ke rumah saya, di kamar Aqila banyak sekali tempelan gambar dan tulisan hasil coret-coretan dia. Coret-coretan itu jarang dibuang, biasanya kami simpan di map, beberapa kami tempel di tembok. Saya dan Vidya memang membiasakan Aqila buat rajin coret-coret kertas (selama bukan coret-coret tembok), bisa gambar, bisa tulisan. 

Karena menulis dan menggambar, Aqila jadi lebih mudah diarahkan, bisa berkonsentrasi, lebih fokus dan ga gampang bosen. Sejak Aqila berumur 2 tahun, saya mulai bawai dia kertas dan bolpoin, saya biarkan dia mencorat coret buku sketch book saya, terserah dia, buat mengalihkan dia dari hp dan youtube. Alhamdulillah kebiasaan itu terbawa sampai sekarang (umur dia sekarang 5,5 tahun). Kalau kita menghabiskan waktu di luar rumah, di kereta, pas mampir di ruangan saya di kampus, atau nganggur di rumah, cukup dibawain bolpoin, spidol dan kertas, dia sudah senang.
Aqila coret-coret sewaktu hiking di Polster-Eisenerz (2017)
Aqila mewarnai di Situ Sangkuriang (2019)

Dengan membaca, kita bisa jadi lebih fokus, dan suatu saat nanti ketika kita menulis, kita jadi paham apa yang ingin ditulis. Dengan membaca, kita bisa tahu cara pikir orang lain, dan dengan menulis, kita bisa menuangkan apa yang ada di pikiran kita sehingga orang lain bisa memahami jalan pikir kita. Tulis aja dulu, draft pertama, kedua pasti kualitasnya jelek. Ntar ketika udah komplit semuanya, pasti kita bakal puas sama usaha kita. 

Membaca dan menulis itu perlu pembiasaan, semuanya berat kalau tidak dimulai. Penulis favorit saya (Mbah Pram) bilang gini: "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian"

Bicara tanpa ilmu adalah membual. Dan ilmu yang paling jujur serta apa adanya hanyalah BUKU. Yuk, membaca buku! Kalau sudah membaca, yuk menulis juga!

Share:

Monday, May 20, 2019

Resensi Buku Mineralogi oleh Penulisnya Sendiri

Judul: Mineralogi
Penulis: Dr.mont. Andy Yahya Al Hakim
Jumlah halaman: 212 halaman
Penerbit : ITB Press
Harga: normal Rp 135.000,-; promo untuk pre-order Rp 115.000,- (s.d. 21 Juni 2019) 
Pemesanan: bit.ly/bukumineralogi
Pembelian toko: Toko Buku ITB

Aqila, anak saya, ketika dia berumur 3 tahun sangat suka bermain dengan mineral koleksi saya. Suatu waktu dia mengambil magnet dari kulkas kemudian mendekatkannya ke dua mineral: satu berwarna hitam, yang lain berwarna ungu. Seketika magnet tertarik kuat ke mineral berwarna hitam. Dia tertawa senang dan terus mengulanginya. Berbeda ketika dia mendekatkan magnet ke mineral berwarna ungu, magnet tidak menarik mineral itu. MAGNETIT! Itulah mineral berwarna hitam tertarik oleh magnet, dan AMETIS adalah mineral kedua yang tidak tertarik magnet. Semenjak saat itu hingga buku ini selesai saya tulis, 2 mineral itu masih diingat Aqila. Dia selalu ingat cara membedakan magnetit dan ametis. Secara tidak sadar, dia mempraktekkan cara mengidentifikasi mineral, yaitu menggunakan warna dan sifat kemagnetannya.





Ilmu mineral sangat menarik untuk dipelajari karena mineral mempunyai warna dan bentuk yang beragam. Ketika mineral diamati dengan menggunakan mikroskop optik mineral akan nampak lebih indah karena adanya efek optis yang membuat mineral menjadi berwarna-warni. Ilmu mineral sangat berharga karena menjadi fondasi ilmu untuk berkarir di dunia pertambangan maupun di bidang non-pertambangan, seperti di bidang lingkungan, perminyakan, farmasi maupun sains material.


Buku ini bermaksud untuk menjembatani luasnya ilmu mineral. Dasar yang kuat tentang atom, ion, serta kristal akan menjadi fondasi untuk mempelajari lebih dalam tentang mineral. Penjelasan buku ini berlanjut tentang macam-macam kristal, sumbu kristalografi, pengertian mineral, sifat fisik dan kimia, sifat optik, serta cara untuk mengidentifikasi mineral. Pembaca nantinya akan dapat mengidentifikasi mineral berdasarkan warna, sifar kemagnetan, warna gores, bentuk/ habit kristal. Pembahasan tentang batuan disinggung secara umum dalam buku ini. Pada bagian akhir, akan dijelaskan tentang klasifikasi mineral secara sistematis serta contoh beberapa kelas (grup) mineral utama yang sering dijumpai. Buku ini tersusun dari 11 bab dalam 212 halaman.



Ilustrasi dalam buku ini saya gambar sendiri, dan saya pastikan berulang-ulang kualitas gambar dapat dibaca jelas dan cukup sederhana untuk pembaca awam. Foto mineral kebanyakan berasal dari koleksi mineral saya, beberapa yang lain saya foto ketika saya berkunjung ke lapangan atau ke museum mineral.



Pembaca buku ini saya harapkan tidak hanya dari kalangan akademisi maupun praktisi, namun juga untuk khalayak awam yang ingin mempelajari cabang ilmu geologi. Dalam buku terdapat box yang berisi informasi geologi umum yang sifatnya populer.


Semakin dalam saya mempelajari ilmu ini, semakin saya melihat banyak keteraturan yang ada di alam ini. Batuan tersusun oleh satu oleh lebih mineral, dan mineral tersusun oleh atom-atom yang teratur yang mempunyai konfigurasi berulang yang akan terus sama hingga susunan terkecil. Hampir 5000 spesies mineral telah diketahui, dan semua keteraturan yang ada pada mineral dan batuan tidak mungkin ada tanpa ada campur tangan Allah Yang Maha Kuasa. Mineral dan batuan inilah yang mengajarkan saya tetap tawadhu’ akan kebesaran Ilahi. 

Makasih kepada yang sudah membaca resensi bukunya, ditunggu pesanannya ya!

AYAH
Hari Kebangkitan Nasional 2019


Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *