Conversations with the Earth

Thursday, December 27, 2012

Kamojang, Lapangan Panas Bumi Pertama di Indonesia

Sudah pernah lihat panas bumi? Sudah pernah mampir ke Kamojang? Sekarang saya coba bahas sedikit yang saya tahu tentang Kamojang ya...

Lapangan panasbumi Kamojang berada dalam wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Lapangan ini berjarak + 17 km Baratlaut Garut atau + 42 km Tenggara Bandung, dan berada pada ketinggian 1640 – 1750 m diatas permukaan laut. Secara geografis, lapangan Kamojang terletak pada posisi 107o37,5’ – 107o48’ BT dan 7o5,5’ – 7o16,5’ LS.

Lapangan Kamojang mencakup suatu kumpulan kenampakan gejala panasbumi di permukaan, berupa fumarol serta kubangan lumpur panas. Beberapa diantaranya adalah Danau Pangkalan, Kawah Manuk, Kawah Berecek dan Kawah Leutak. Interpretasi Landsat menunjukkan lapangan Kamojang berada dalam suatu depresi berdiameter + 5 km (Sudarman & Hochstein, 1983). 


Gunung Guntur (2125 m) di sebelah barat Kamojang menunjukkan aktifitas terakhir tahun 1840 (Robert, 1988). Sebagai lapangan panasbumi pertama di Indonesia, lapangan Kamojang berpotensi 300 MWe. Melalui 24 sumur produksi, dewasa ini telah dihasilkan energi listrik 140 MWe dan akan dikembangkan hingga 200 MWe.

Lapangan panasbumi Kamojang merupakan sistem dominasi uap yang cenderung kehabisan air, oleh karena itu perlu dilakukan reinjeksi berdasarkan kondisi reservoir. Pada masa produksi terjadi perubahan tekanan, temperatur dan fasa fluida panasbumi.


Di Indonesia usaha pencarian sumber energi panasbumi pertama kali dilakukan di daerah Kawah Kamojang pada tahun 1918. Pada tahun 1926 hingga tahun 1929 lima sumur eksplorasi dibor dimana sampai saat ini salah satu dari sumur tersebut, yaitu sumur KMJ3 masih memproduksikan uap panas kering atau dry steam (Saptadji, 2010). Pecahnya perang dunia dan perang kemerdekaan Indonesia mungkin merupakan salah satu alasan dihentikannya kegiatan eksplorasi di daerah tersebut.


Kegiatan eksplorasi panasbumi di Indonesia baru dilakukan secara luas pada tahun 1972 (Saptadji, 2010). Direktorat Vulkanologi dan Pertamina, dengan bantuan Pemerintah Perapatan Ciamis dan New Zealand melakukan survey pendahuluan di seluruh wilayah Indonesia. Dari hasil survey dilaporkan bahwa di Indonesia terdapat 217 prospek panasbumi, yaitu di sepanjang jalur vulkanik mulai dari bagian Barat Sumatera, terus ke Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan kemudian membelok ke arah utara melalui Maluku dan Sulawesi. Survey yang dilakukan selanjutnya telah berhasil menemukan beberapa daerah prospek baru sehingga jumlahnya meningkat menjadi 256 prospek, yaitu 84 prospek di Sumatera, 76 prospek di Jawa, 51 prospek di Sulawesi, 21 prospek di Nusatenggara, 3 prospek di Irian, 15 prospek di Maluku dan 5 prospek di Kalimantan. Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150225oC).


Di Kamojang, kita akan mendapatkan berbagai macam manifestasi, seperti adanya steaming ground, kawah kereta api, kawah hujan, kolam lumpur, dsb. Kita coba bahas satu-satu ya...

1. Kawah Mati Kamojang
Lokasi ini dulunya merupakan kawah yang telah mati, yang ada di bagian Tenggara dari Kawah Berecek. Dulunya lokasi ini merupakan kawah yang aktif, namun saat ini telah sekarat dan membeku.  ada lokasi ini ditemukan adanya sulfur yang mengkristal dan membentuk seperti kelopak bunga. Tanah mempunyai temperatur yang cukup panas, yang mengindikasikan bagian bawah dari lapisan tanah yang membeku masih terdapat aktivitas hidrotermal yang berlangsung hingga sekarang. Pengukuran steaming ground menunjukkan temperatur tanah sebesar 70,60 C 


2. Kawah Kereta Api
Kawah kereta api merupakan bekas sumur panas bumi yang di bor semasa jaman penjajahan Belanda. Dari sumur ini, menyembur uap dengan tekanan yang sangat tinggi dan menimbulkan bunyi yang nyaring seperti bunyi kereta api. Disini, ada seorang "aki" atau kakek yang menunjukkan kebolehannya dengan melewatkan uap panas di antara sela-sela bambu, sehingga ketika udara panas tersebut lewat, maka akan terdengar suara melengking seperti bunyi sirine kereta api... tut tuttttt....



3.  Kawah Hujan
Pengamatan di lokasi ini adalah uap panas yang muncul dari rongga antar batuan. Namun di sebelah Timur dari lokasi ini, ditemukan adanya mata air yang dingin. Air yang dingin ini berasal dari akuifer yang dangkal, dan tidak berhubungan dengan aktivitas hidrotermal. Hasil perhitungan pH menunjukkan air mempunyai derajat keasaman yang mendekati netral. Banyak orang memanfaatkan untuk sekedar sauna, lumayan hangat sih, Tapi jangan terlalu lama ya. :D


4. Kolam Lumpur
Di sini ditemukan adanya bekas manifestasi air panas yang membentuk kolam lumpur yang sesekali mengeluarkan gas. Kolam lumpur ini terletak antara kawah hujan dengan kawah Cibuliran. Terdapat buih letupan air pada permukaan air, namun buih mempunyai ketinggian yang rendah. Buih berasal dari akuifer dangkal, dan muncul sebagai akibat dari tekanan yang tinggi dari gas dari dalam kerak bumi. Tidak jauh dari lokasi manifestasi, ditemukan adanya kawah yang telah mati dan mulai membeku. Ditemukan adanya alterasi argillik yang didominasi oleh mineral talk yang berwarna putih keabuan. Lumpur yang mengering tampak pecah dan retak pada beberapa sisi.

 5. Kawah Cibuliran
Pada kawah Cibuliran, tampak adanya sumur bekas pemboran yang sudah tidak berproduksi lagi pada saat ini. Di sebelah Utara dari lokasi bor ditemukan adanya mata air panas yang masih mengalir. Mata air ini mengalir dari arah relatif Timur menuju Barat, dan mengeluarkan kandungan gas yang cukup tinggi dan berbau menyengat. 

Semoga bisa bermanfaat buat rekan-rekan yang berencana berkunjung ke Kamojang, Garut. Selain Kamojang, masih banyak wisata geologi lain dan gunung papandayan yang juga 

Belajar bisa dimana saja lo. Yuk, kita belajar dari alam.

1.Alzwar, M S. BachriN. Akbar, 1992. Peta  Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (Indonesia)
2.Hilyah, Anik.  2010. Studi Gempa Mikro untuk mendeteksi Rekahan di area Panas bumi Kamojang Kabupaten Garut. Jurnal Fisika dan Aplikasinya. Volume 6, Nomor 2 Juni,2010
3.Sudarman, S. ,  Hochstein, M.P.,  1983. Geophysical structure of the Kamojang geothermal field (Java). Proceeding of the 5th New  Zealand geothermal workshop. New  Zealand.
4.Sulistijo, B. 2012. Buku Panduan Ekskursi Panas Bumi Kamojang. Modul Lapangan

Share:

3 comments:

  1. terima kasih mas untuk informaisnya,"karban aktif"

    ReplyDelete
  2. I was wondering if you ever considered changing the structure of your blog?
    Its very well written; I love what youve got to say.
    But maybe you could a little more in the way of content so people could connect with it better.
    Youve got an awful lot of text for only having 1 or two
    pictures. Maybe you could space it out better?

    ReplyDelete

Komentar akan dimoderasi oleh penulis sebelum tayang. Terima kasih

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *