Conversations with the Earth

Thursday, July 14, 2016

Priiiiit.... kamu kena tilang

3 minggu lalu, saya terburu-buru mengejar kereta dari kota sebelah ke kota saya. Perjalanannya tidak jauh, cuma 7 menit dengan kereta. Harga tiketnya juga tidak mahal, 2,80€/orang. Cuma karena saya terburu-terburu karena 1 menit lagi kereta berangkat, saya salah pencet di mesin tiket. Saya beli 3 tiket untuk 2 orang. Di pikiran, saya+istri+anak, total 3 orang, padahal anak di bawah 6 tahun gratis. Saya memencet tombol diskon 50%, karena kami bepergian bersama keluarga.

Sebenarnya diskonnya ga masalah,  karena istri mempunyai kartu diskon tersebut. Yang jadi masalah, ternyata kartu diskon saya ternyata sudah kadaluwarsa, dan baru ingat ketika pak petugas tiket mengecek tiket kami. Sangat jarang petugas tiket melakukan pengecekan, karena naik angkutan transportasi di Austria dan Jerman sifatnya "kejujuran". Ada yang bilang "bisa saja tidak beli tiket, jarang di cek kok." 

Walaupun tiket ada 3 buah, pak petugas tidak mau tahu, padahal kalau dihitung, sebenarnya jumlah yang saya bayar sudah impas. 
yang saya bayar: 3 x 2,80€ x 50% = 4,20 € (kartu diskon keluarga 50%, asalkan bepergian dengan anak, orang tua masing-masing bawa 1 kartu)
seharusnya: 1 x 2,80€ + 1 x 2,80 x 50% = 4,20 € (kartu diskon istri 50%, saya bayar normal)

Walaupun nominalnya sama, ternyata si bapak punya pemikiran lain. Apa yang terjadi? Saya harus membayar denda. Awalnya, saya pikir, saya bayar kekurangannya di tempat. Karena pernah saya jumpai bepergian dengan Railjet (kereta supercepat) beberapa orang yang malah tidak membeli tiket, mereka hanya diturunkan di stasiun berikutnya. Saya jelaskan semua dengan jujur sambil minta maaf karena saya khilaf. Walhasil, si bapak ini ga berubah pikiran sama sekali. Priiiiit.... kamu kena tilang

Dalam kasus saya, saya diberi 2 pilihan, membayar denda di tempat atau membayar denda di bank. Karena memang uang di dompet tidak cukup (mahasiswa pas-pas an), saya pilih membayar di bank. Dan ternyata itu pilihan yang lebih berat. 

Peraturan dari kereta api seperti ini:
Sollten Sie in Zügen des Nahverkźehrs ohne gültiges Ticket angetroffen werden, fällt eine Kontrollgebühr von 70,- Euro (bei sofortiger Barzahlung) an. Sie erhalten eine Bestätigu- 2€ng mit einer Fahrgeldnachforderungsnummer und auf Wunsch Ihren Daten ausgestellt.
Zahlen Sie nicht umgehend, erhöht sich der Betrag um eine Bearbeitungsgebühr (30,- Euro). In einem solchen Fall werden Ihre Daten erfasst und eine Fahrgeldnachforderung zur späteren Bezahlung ausgestellt. Sie erhalten eine Bestätigung mit allen zur Einzahlung notwendigen Angaben (Fahrgeldnachforderungsnummer, Bankdaten, …).
Artinya kurang lebih begini: 
bayar di tempat= 70€, 
bayar di bank setelah turun dari kereta= 70€ + ongkos proses 30€ = 100

Apes bener. Saya baru tahu ketika kereta sudah sampai di tujuan dan tiket denda nya sudah selesai di cetak dari mesin printer yang dibawa di tasnya. Saya diberi waktu 14 hari untuk menyelesaikan pembayaran. Pesan terakhir pak tukang tiket, jangan coba-coba ga bayar, dendanya lebih mahal.

Sesudah saya sampai di stasiun di kota saya, saya langsung ke kantor kereta api dan menanyakan hal ini. Ternyata, kebijakan tukang cek tiket itu berbeda dengan penanggung jawab stasiun. Dia menyarankan untuk membayarnya, kemudian menjelaskan bahwa terjadi kesalahan beli tiket dan bla bla. 

Saya ikuti saran si bapak ini, dengan mencantumkan scan tiket, scan bukti bayar dan kartu diskon saya yang sudah lewat kadaluarsanya. Di email, saya meminta maaf secara tertulis kalau itu bukan karena kesengajaan dan menyesalinya. Waktu sempat punya pikiran jelek, jangan2 yang menilang saya ini rombongan anti orang asing, maklum, partai komunis di sini baru aja kalah pemilu, dengan selisih kurang dari 0,50%. Pikiran jelek saat itu, walaupun partai si kawan itu kalah, tapi kan pendukungnya sebagian dari penduduk Austria. Akhirnya mau ga mau, saya coba lupakan, daripada hidup saya ga tenang karena dihantui pikiran jelek.

Saya bayar denda dan berharap laporan pengaduannya dibalas. Denda itu nominalnya besar sekali buat saya, tapi ga ada pilihan. 3x saya kirim email yang sama, berharap ada balasan. Dan 2 minggu berselang, saya dapat email balasan. Intinya, mereka tetap memberlakukan  praduga tak bersalah dan menerima alasan karena ketidaksengajaan. Alhamdulillah, uang yang sudah saya bayarkan dulu dikembalikan utuh hari ini.

Pesan moral: 
Sistem tiket di Austria dan Jerman memberlakukan kejujuran dari penumpang, pengecekan hanya dilakukan sekali-kali. Ini cukup menjadi pelajaran berharga buat saya sendiri, syukur-syukur buat yang membaca tulisan ini sampai tuntas. Silahkan belajar dari kekhilafan saya, jangan coba-coba cari masalah dengan berlaku tidak jujur. Mending beli tiket dan minta maaf kalau salah, daripada kucing-kucingan sama petugas, hidup jadi lebih ga tenang. 

Pertanyaan iseng:
Tanya: Kalau uang 100 ga dikembalikan sama pihak kereta api (OeBB = Ã–sterreichische Bundesbahnen) apa tulisan ini tetap dibuat? 
Jawab: krononlogi ini udah pernah ditulis di tulisan bulan lalu. Ini buat refleksi saya sendiri, syukur-syukur buat yang baca tulisan ini sampai selesai.

Kesimpulan

Ayas ojo mbok seneni maneh, wis kapok iki (saya jangan dimarahi lagi, ini sudah insyaf) 

Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain:

Sepatu Bally milik kami








Share:

2 comments:

Komentar akan dimoderasi oleh penulis sebelum tayang. Terima kasih

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *