Beberapa waktu lalu, saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi tambang rakyat yang berada di Purwakarta. Lokasi itu merupakan tambang emas rakyat yang berada di Gunung Cimuringis, Desa Ciseuti, Purwakarta. Pada daerah tersebut, dilakukan kegiatan penambangan emas rakyat, dimana di sepanjang lereng gunung tersebut, sudah banyak ditembus oleh terowongan-terowongan yang saling menggurita satu sama lain. Pada lokasi tersebut, para penambang mengambil bongkah-bongkah yang dimasukkan ke dalam karung, dimana proses pengolahannya dilakukan dengan menggelundung sampai bongkah berukuran halus. Jika penambang tidak mempunyai cukup dana untuk menggelundung batuan tersebut, mereka hanya meremukan batuan hingga sangat halus dengan menggunakan palu, kemudian didulang persis di depan lombong mereka.
Sedikit miris memang melihat aktivitas mereka di lombong-lombong itu. Tidak semua lubang yang mereka buat di sangga oleh kayu, yang mereka sebut sebagai stake. Hanya berdasarkan intuisi dan pengalaman saja, mana yang harus disangga, mana yang tidak. Memang, ketika saya coba masuk ke dalam lubang tersebut, saya melihat sendiri, batuan yang ada di dalam sana relatif keras, dengan kondisi air yang tidak banyak. Tapi, kita tidak akan tahu bagaimana kestabilan dari lubang tersebut di masa mendatang. Sudah jelas, pada lokasi yang dekat dengan vein, alterasi akan berkembang dengan intensif, dimana alterasi merupakan kumpulan dari mineral-mineral, yang umumnya muncul sebagai mineral lempung. Pada alterasi tersebut, batuan umumnya lunak, sehingga cukup mengkhawatirkan juga membiarkan batuan tidak disangga. Dan kalau kita lihat, vein atau urat sebagai jaring-jaring yang saling menjemari satu sama lain, urat merupakan media lewatnya air, yang bisa terhubung satu sama lain. Hal ini yang dapat menjadi media yang bersifat porous, yang bisa sewaktu-waktu mengalirkan air ke dalam lombong.
Ironi memang kalau harus menangani tambang rakyat seperti ini. Bukan permasalahan yang mudah untuk Dinas terkait dalam rangka menertibkan penambang-penambang tersebut. Belum lagi, dari referensi yang saya baca dari halaman internet di Kompas dan Pikiran Rakyat pada link berikut:
http://regional.kompas.com/read/2011/08/20/12503680/Tambang.Emas.Purwakarta.Dihidupkan.Lagi
dan http://www.pikiran-rakyat.com/node/124647 . Pada salah satu kutipan dari berita tersebut, pemilik dari lokasi tambang di Purwakarta ini adalah keluarga Panigoro, yang besar melalui Medco Group. Harusnya, kegiatan penambangan di lokasi tersebut dikelola lebih layak lagi, karena kesehatan, keselamatan para penambang, tidak sebanding dengan emas yang akan mereka dulang maupun mereka dulang untuk kehidupan sehari-hari. Lagi-lagi, pernyataan retoris inilah yang akan muncul "perlu adanya sinergi antara lembaga, baik Dinas Pertambangan, pemilik usaha pertambangan, serta penambang itu sendiri, supaya aktivitas penambangan berjalan dengan baik".
Yah, sekali lagi, saya hanya memaparkan kondisi yang ada di sekitar kita, untuk mengingatkan, banyak orang di luar kita yang tidak lebih beruntung dari kita. Kita harus banyak bersyukur, karena dunia tidak seindah nasi hangat yang terhidang di depan piring kita setiap harinya. Lakukan apa yang kamu bisa untuk duniamu, dan berkaryalah untuk kemajuan bangsa dan negaramu.
GeoEducative Blogspot
follow me: @andyyahya
Ironi memang kalau harus menangani tambang rakyat seperti ini. Bukan permasalahan yang mudah untuk Dinas terkait dalam rangka menertibkan penambang-penambang tersebut. Belum lagi, dari referensi yang saya baca dari halaman internet di Kompas dan Pikiran Rakyat pada link berikut:
http://regional.kompas.com/read/2011/08/20/12503680/Tambang.Emas.Purwakarta.Dihidupkan.Lagi
dan http://www.pikiran-rakyat.com/node/124647 . Pada salah satu kutipan dari berita tersebut, pemilik dari lokasi tambang di Purwakarta ini adalah keluarga Panigoro, yang besar melalui Medco Group. Harusnya, kegiatan penambangan di lokasi tersebut dikelola lebih layak lagi, karena kesehatan, keselamatan para penambang, tidak sebanding dengan emas yang akan mereka dulang maupun mereka dulang untuk kehidupan sehari-hari. Lagi-lagi, pernyataan retoris inilah yang akan muncul "perlu adanya sinergi antara lembaga, baik Dinas Pertambangan, pemilik usaha pertambangan, serta penambang itu sendiri, supaya aktivitas penambangan berjalan dengan baik".
Yah, sekali lagi, saya hanya memaparkan kondisi yang ada di sekitar kita, untuk mengingatkan, banyak orang di luar kita yang tidak lebih beruntung dari kita. Kita harus banyak bersyukur, karena dunia tidak seindah nasi hangat yang terhidang di depan piring kita setiap harinya. Lakukan apa yang kamu bisa untuk duniamu, dan berkaryalah untuk kemajuan bangsa dan negaramu.
GeoEducative Blogspot
follow me: @andyyahya
Saya ketika berada di salah satu lombong emas bawah tanah di Ciseuti, Purwakarta