Conversations with the Earth

Thursday, October 10, 2013

Takhayul Ekonomi dan Takhayul Geologi



Tulisan ini saya kutip dari halaman ini , karena saya rasa isinya yang cukup bagus. Tulisan ini menceritakan tentang Pak Soekarno dan Pak Andang Bachtiar. Di benak saya, kedua tokoh tersebut sangat membiarkan pemikiran mereka lepas dan bebas, merdeka, walaupun kelak mungkin saya bisa salah, karena saya hanya membaca tulisan dari mereka, tanpa pernah bertemu dan berdiskusi tentang pola pikir mereka.

Namun ada hal yang saya kagumi dari mereka, bahwa mereka berdua, termasuk saya juga, yakin bahwa saat ini kita yang harus melek dan sadar terhadap apa yang kita punya dari bangsa kita. Soekarno sudah memulai tahun 1960, hampir 53 tahun yang lalu. Sekarang jaman siapa? Kita yang punya ini jaman, kita ini yang harus menjaga kemerdekaan ini. Tidak lain dan tidak bukan, pendidikan dan idealisme kita sendiri harus merdeka. Mengutip Tan Malaka,  "kalian jutaan orang Indonesia tidak akan mungkin merdeka dan maju, selama masih ada pikiran magic di pikiranmu yang tidak kamu buang". Buang takhayul Indonesia tidak bisa bergerak maju. Kita yang akan memulai. Kita yang akan memulai membangun bangsa ini. Kelak, saya akan menjadi lebih hebat dari mereka. (ilustrasi: Foto Ekskursi Karangsambung 2013 oleh Teknik Pertambangan ITB dengan tema "menjadi orang pintar")



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


TAKHAYUL GEOLOGI
Pada 11 Juli 1960 Soekarno pidato di depan pelajar-pelajar di Surakarta (Solo) yang menyinggung tentang takhayul ekonomi dan TAKHAYUL GEOLOGI (cuplikan lengkapnya saya lampirkan di bagian paling bawah tulisan ini).

Yang dimaksudkan Soekarno dengan takhayul geologi pada waktu itu adalah: persepsi umum di masyarakat tentang sumberdaya alam Indonesia yang dicekok-kan oleh Belanda ke bangsa Indonesia, bahwa:
- Indonesia tidak punya bijih tembaga
- Indonesia tidak punya arang batu yang kalorinya tinggi
- bijih emas hanya ada di Sumatra Selatan
Cara memberantas takhayul itu, kata Soekarno - dengan mencontoh RRT - ya dengan pendidikan (geologi; red.) yang benar.

Hari ini, 53 tahun setelah Soekarno pidato tentang hal itu, takhayul geologi itupun masih terus ter(di)sebar; bahwa:
- Intan di Martapura dan Kalimantan Barat itu nggak ada batuan sumbernya; meraka seolah disebar begitu saja dari “langit” masuk ke sungai-sungai purba (terus: siapa yang menguasai “kimberlite-pipe” atau “volcanic-plug” yang penuh intan primer itu ya?)

- Sumberdaya migas kita sudah habis menipis padahal sebenarnya pengetahuan dan keberanian kita untuk eksplorasi-lah yang nggak ada (karena sudah belasan tahun dikelirukan dengan konsep-konsep sesat tentang sumberdaya migas Indonesia dan dilatih hanya untuk eksploitasi tapi bukan eksplorasi)

- Cadangan emas raksasa hanya ada di papua dan sumbawa padahal masih ratusan lokasi di sepanjang jalur bukit barisan dan pegunungan selatan jawa yang masih potensial mengandung sumberdaya emas-perak-tembaga raksasa belum diteliti selayaknya (sekalian dihantam kasus tumpang tindih lahan konservasi kehutanan dan kasus lingkungan!).

- Hanya Cina yang kaya potensi dan menguasai mineral-mineral masa depan unsur tanah jarang (REE -rare earth element), di Indonesia entah ada atau tiada kita tidak pernah meyakininya, padahal sudah bertahun-tahun orang-orang luar menambangnya di perairan Riau dan juga di Kalimantan Barat sana, a/n galian C (dan kita tetap tidak mempedulikannya).

- Potensi geothermal kita luar biasa banyaknya tapi eksplorasinya sulit dan makan biaya dan komoditasnya tidak ekonomis, padahal kalau saja subsidi migas dialihkan sebagian saja ke energi hijau aman dan berlimpah itu maka kita semua dengan cepat akan terbebas dari jeratan mafia minyak yang selama ini mencekik negara dan menggantikannya menggunakan geotermal di seluruh jalur sumatra-jawa…

- Di Indonesia tidak ada cooking coal dan pemerintah tidak pernah mendata produksinya, padahal data-data eksplorasi yang bersliweran dan juga catatan-catatan jual beli di pasar Hongkong dan Singapur sana membukukan jutaan ton tiap tahun coking coal yang harganya 2x lipat harga coal biasa itu keluar dari Indonesia…

Selain butuh Soekarno 2013, kita juga butuh lebih dari seorang guru geologi yang berani melawan arus mengajarkan dan mendidik cara memberantas takhayul-takhayul itu semua.

Salam
Andang Bachtiar, Geologist Merdeka!

Memberantas Takhayul Versi Soekarno
(Cuplikan Ceramah/Pidato Soekarno di hadapan pelajar Surakarta, 11Juli 1960)

“….Di Tiongkok ada satu kampanye hebat, memberantas ketakhyulan. Ya memang, ketakhyulan harus diberantas; tetapi ketakhyulan yang diberantas di Tiongkok itu bukan ketakhyulan mengenai dhemit, memedi, jin, peri perayangan saja. Juga ketakhyulan ekonomi, ketakhyulan geologi diberantas sama sekali. Kita masih menderita penyakit ketakhyulan geologi, ketakhyulan ekonomi, karena dicekoki oleh Belanda. Misalnya berkata: Indonesia tidak mempunyai bijih tembaga. Kita percaya bahwa Indonesia itu tidak mempunyai arang batu, arang batu yang kalorinya tinggi, seperti arang batu di Inggris, di Cardiff, yang dia punya kalori 7.900 atau 8.000. Indonesia tidak punya. Ada yang berkata Indonesia itu tidak mempunyai bijih emas kecuali sedikit di Sumatera Selatan. Kita percaya. Nah, ini menjadi ketakhyulan Saudara-saudara. Takhyul ekonomis, takhyul geologi kepada kita, bahwa Indonesia hanya mempunyai bijih emas di situ, tidak mempunyai bijih tembaga. Diberantas RRT.


Cara memberantasnya bagaimana ? Pemuda-pemuda, pemudi-pemudi diberi sedikit pengetahuan hal geologi. Bijih besi itu, rupanya begini. Bijih emas, begini rupanya. Bijih tembaga, begini. Pemuda-pemuda mengerti lantas tahu: O, bijih ini begini, bijih itu begitu, dan lain-lain sebagainya; disebarkan di seluruh tanah air RRT, disuruh pemuda-pemudi itu mencari, mencari. Dan hasilnya apa ? Ternyata bahwa diseluruh RRT ada bijih besi. Dahulu orang berkata bahwa besi ada bijih besi. Dahulu orang berkata bahwa besi di RRT hanya terdapat di situ, di situ bagian sedikit daripada RRT utara. Sekarang tidak. Di mana-mana ternyata ada bijih besi. Oleh karena pemuda dan pemudinya menyelidiki - explore, katanya Inggris - explore di mana-mana, sehingga di tiap-tiap propinsi di RRT sekarang ada tanur. Tanur yaitu pembakaran bijih besi ini untuk dijadikan besi.


Nah, kita pun harus demikian. Berantas segala takhyul, bukan saja takhyul setan tetapi juga takhyul ekonomis dan geologis yang ada di dalam dada kita, tetapi agar supaya kita bisa memberantas takhyul itu, kita pertama harus mempunyai human skill. Kedua mentalitas kita harus investment yang sehebat-hebatnya; mental investment. Menjadi pemuda-pemudi yang dinamik, menjadi bangsa yang dinamik. Sebab kalau tidak demikian, kita tidak akan mengerti garisnya sejarah ini. Pak Leimena ini sudah takut saja; Wah, nanti Indonesia ini jikalau tidak progresif, verpletterd in het gedrang van mensen en volkeren die vecthen om het bestaan. Seluruh dunia sekarang ini mengejar kepada progresivitas.
(Ceramah kepada para pelajar di Surakarta, 11 Juli 1960)
Share:

0 comments:

Post a Comment

Komentar akan dimoderasi oleh penulis sebelum tayang. Terima kasih

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *