Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Showing posts with label advanced petrography. Show all posts
Showing posts with label advanced petrography. Show all posts

Tuesday, April 7, 2015

Perpustakaan Geologi dan Tambang Eksplorasi



(in progress)

*Mineralogical spreadsheet download page (gabbrosoft.org)
(software untuk perhitungan ulang rumus kimia mineral hasil analisa SEM atau EMPA)

Interactive Learning 
*Atlas batuan metamorf (hand specimen) 
*Atlas batuan metamof di sayatan tipis- oxford university
*Atlas batuan metamorf (panduan lapangan) - oxford university
*Atlas petrografi batuan beku dan metamorf - University of North Carolina
*kristalisasi magma (intrusif vs ekstrusif)
*penjelasan tektonik lempeng 
*Basic of Geology - Imperial College London
*Teaching Mineralogy - Carleton University 
*Search Mineral Database - mindat.org
*Database Raman Spectroscopy, XRD peak and chemistry data - rruff.info
*Visualisasi geologi sebagai bahan ajar kuliah
*Tabel periodik video dan web - University of Nottingham
Buku
*Metallogenic Provinces and Mineral Deposits in the SW Pacific
*The Geology of Indonesia vol IA - General Geology of Indonesia - RW Van Bemmelen, 1949
*Sumatra-Geology, Resources and Tectonics
*Ore Microscopy and ore petrography - James R Craig, David J Vaughan  
*An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology - Winter, 2001
*E-book tentang geologi dan tambang - Professor Dogan Aydal
*Perpustakaan Alumni Teknik Pertambangan ITB
*Majalah BERSAINS (saya sumbang satu tulisan disana) - ISSN 2477-8567

Majalah:


Genesa Bahan Galian

Ilmu Dasar Geologi
*mengenali strike, dip dan menggunakan kompas geologi
*kamus istilah geologi (USGS Geologic Glossary)
*konversi koordinat (latl-ong ke derajat menit detik ke UTM dan sebaliknya)

Eksplorasi dan Pelaporan Sumberdaya-Cadangan
* Australasian Code For Reporting of Exploration Results, Mineral Resources and Ore Reserves  - JORC 2004
*  Estimating and Reporting of Inventory Coal, Coal Resources and Coal Reserves - JORC, 2003
* Pedoman pelaporan, sumberdaya, dan cadangan mineral - SNI Mineral, 2011
* Pedoman pelaporan, sumberdaya, dan cadangan mineral - SNI Batubara, 2011
* Pedoman pembuatan studi kelayakan - Kepmen 1453 Tahun 2000 Lampiran 13b
* Ketentuan dokumen Reklamasi dan Pasca Tambang - Permen ESDM 07 Tahun 2014
Natur Historische Museum, Vienna - courtesy Helmy Alam

=======================================================================
Blog lain
Blog anakbertanya.com dibuat khusus untuk anak-anak usia ~10-12 tahun yang ingin tahu tentang berbagai hal: alam semesta, makhluk hidup, lingkungan sekitar, kehidupan di kota dan desa, perilaku manusia, dan lain sebagainya, yang akan menjadi bekal penting kelak, ketika anak-anak menapak dewasa dan berkiprah di era persaingan global yang semakin ketat.
b. Blog dari istri saya (vidyasari), apoteker dan seorang ibu, serta kumpulan apoteker menulis dalam blog 
c. Blog adik saya, Achmad Rofi , mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Mesin ITB 2013-2014, menulis tips-tips untuk beasiswa LPDP
d. Sahabat saya yang menjadi Grand Master Memory dari Indonesia, Yudi Lesmana, membagikan ilmunya di web www.ingatangajah.com
e. Aris Rinaldi adalah seorang traveller, blogger, juga banyak memberikan inspirasi di http://arishms.com/


Share:

Wednesday, July 10, 2013

Analisis Mineral Butir, Derajat Liberasi, Tekstur Mineral dan Kadar Mineral

Bagi orang-orang yang banyak berkutat pada mineral, tentu tak asing mendengar istilah analisis mineral butir, atau yang disebut sebagai grain counting. Ketika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia pun, maknanya tidak jauh dari maksud sebenarnya. Grain adalah butiran, counting adalah menghitung butiran mineral. Jika diartikan, maka grain counting adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui kadar dari suatu sampel (konsentrat mineral berat, sayatan poles, maupun sayatan tipis), dengan membandingkan antara persen volume suatu mineral tertentu terhadap mineral secara keseluruhan. 

Umumnya analisa ini dilakukan untuk mendeteksi mineral-mineral logam, yang mempunyai densitas yang lebih besar dibanding mineral pengotor. Cara untuk mendapatkan mineral berat dapat dilakukan dengan pengkonsentrasian mineral berat seperti dengan jig, flotasi, maupun yang paling sederhana, dengan pendulangan. Sebagai contoh, kuarsa mempunyai nilai SG 2,59-2,63, akan sangat mudah dipisahkan dengan magnetit yang mempunyai SG 5,17-5,19, dengan pirit yang mempunyai SG 4,95-5,10, atau pun dengan emas yang mempunyai SG 19.

Kembali kepada grain counting, apa yang akan digunakan sebagai perhitungan? Pertama-tama, kita harus mengenal konsep mineral dengan butir bebas dan mineral dengan butir terikat. Mineral dengan butir bebas artinya mineral yang akan kita amati, telah terliberasi/ terbebaskan dan tidak berikatan dengan mineral lain. Adanya proses kominusi (penghancuran) dan liberasi bertujuan untuk memisahkan mineral berharga dengan mineral pengotornya pada ukuran yang optimal (mineral liberation). Rumus dari derajat liberasi adalah:
Keterangan :
α = derajat liberasi
NA = jumlah butir mineral A
SG = Specific Gravity
Sebagai contoh gambar liberasi pada mineral sulfida. Pada kasus 1, mineral sulfida akan mudah dibebaskan, dibandingkan pada kondisi 2, dimana mineral sulfida berada pada kondisi disseminated atau menyebar. Begitu pula ketika mineral sulfida muncul sebagai inklusi, maka perlu dilakukan adanya pemisahan hingga didapatkan butir sulfida yang dapat dibebaskan dari mineral pengotornya.(http://technology.infomine.com/enviromine/ard/Images%20Prediction/Sulphide%20Liberation.gif). 
Analisis grain counting dilakukan dengan cara menghitung jumlah butir tiap jenis mineral yang ditebarkan pada area-area berbentuk bujur sangkar memiliki luas area yang sama (lima atau tiga kotak) dan tersusun secara diagonal. Metode yang umum digunakan adalah metode 5 kotak untuk butiran yang relatif kasar dan metode 3 kotak untuk butiran yang relatif halus.
Metode 3 kotak (2.5 cm x 2.5cm) dan 5 kotak (1cm x 1cm)

Sebelum dilakukan perhitungan, perlu dilakukan sizing ukuran dari mineral, dimana ukuran mineral harus relatif seragam satu sama lain. Butiran yang akan di counting harus memiliki ukuran yang relatif seragam atau berasal dari satu fraksi ukuran tertentu, dengan asumsi bahwa butiran yang berasal dari fraksi ukuran yang sama akan memiliki volume yang sama, sehingga jika diketahui jumlah butiran masing-masing mineral dari analisis grain counting, kemudian berat jenisnya diketahui, maka hasil perkaliannya analog dengan berat masing-masing mineral, dengan demikian kadar masing-masing mineral dalam sampel dapat dihitung dalam % berat.
Berikut beberapa contoh mineral yang pernah saya analisa untuk keperluan analisis mineral butir pada konsentrat mineral dulang.

Mineral magnetit berwarna kehitaman dan mineral silika yang berwarna putih kusam  (sampel dari Blitar, Jawa Timur)
Mineral magnetit berwarna kehitaman dan mineral silika yang berwarna putih kusam, tampak mineral emas berwarna emas (sampel aluvial dari Sulawesi Tenggara, Jawa Timur)
Mineral emas yang teridentifikasi dari sampel konsentrat aluvial  (lokasi sampel Bangka Belitung)
Mineral zirkon, Ilmenit sebagai mineral utama, serta mineral titanit berwarna orange-kemerahan sebagai mineral jejak (lokasi sampel Bangka Belitung)
Emas aluvial bersama-sama ilmenit dan kuarsa (lokasi sampel Sulawesi Tenggara)

Amstutz, 1961 membagi klasifikasi geometri untuk tekstur mineral dan karakteristik liberasinya (dikutip dari http://www.cps-amu.org/sf/notes/lect12.htm)
a. Texture/Interlocking: Equigranular, straight, rectilinear, cuspate margins. Simple locking (Fig 1).
Liberation Properties: Fairly easy liberation. Common occurrence especially in orthomagmatic and highly metamorphosed and recrystallized ores. Also in ores showing successive depositional sequence.

b.Texture/Interlocking: Mutually curving boundaries with negligible interpenetration. Simple locking (Fig 2).
Liberation Properties: Fairly easy liberation. Common occurrence in simultaneously crystallized ores where interfacial free energies are similar.

c. Texture/Interlocking: Mottled, spotty, careous, with partial penetration. Relatively simple locking (Fig 3).
Liberation Properties: Fairly easy liberation. Common occurrence in ores where interreplacement processes have been active.

d. Texture/Interlocking: Graphic, myrmekitic, visceral locking. Deep micropenetration (Fig 4). 
Liberation Properties: Complete liberation difficult or impossible. Not common as a major texture in ores. Produced by exsolution and replacement. Eg. Galena/sphalerite and chalcocite/bornite.

e.Texture/Interlocking: Disseminated, drop like, emulsion, eutectoidal locking. Finely dispersed phases (Fig 5)
Liberation Properties: Complete liberation difficult or impossible; chemical treatment often required. Common occurrence by exsolution (left) Au/arsenopyrite, chalcopyrite/sphalerite; by replacement (right) pyrite/sphalerite.

f. Texture/Interlocking: Intergranular rim; coating mantled, enveloped, atoll-like locking (Fig 6).
Liberation Properties: Liberation may be difficult if free grain is continuously enveloped by layer. Not uncommon, often formed by replacement reaction. Eg. Hematite film on gold; chalcocite or covellite on pyrite, galena or sphalerite.

g. Texture/Interlocking: Concentric, spherulitic, scalloped, colloform-layered locking (Fig 7).
Liberation Properties: Liberation fairly difficult or difficult; common occurrence in Fe, Mn, and Al ores. Also U (pitchblende) intergrained with sulfide. Usually associated with colloidal precipitation.

h. Texture/Interlocking: Planar, lamellar, sandwich-type locking. Lamellae may vary in size (Fig 8).
Liberation Properties: Liberation fairly easy to variable. Produced by exsolution (Eg. Cubanite/chalcopyrite, ilmenite/magnetite). Also by replacement (Eg. Magnetite and hematite).

i. Texture/Interlocking: Reticulate (net-like) boxwork. Finely interpenetrating locking (Fig 9).
Liberation Properties: Liberation variable to difficult. Common occurrence by replacement (Eg.bornite/chalcopyrite, anglesite/covellite/galena). Also by exsolution (Eg. hematite/ilmenite/ magnetite).

Follow me: @andyyahya
Share:

Sunday, January 20, 2013

Diskrasit, perak antimoni dari tanah Halmahera

Beberapa waktu ini saya dan ibu dosen saya, yang mempunyai spesialisasi mineralogi dari batuan (mineralogi merupakan salah satu cabang ilmu dari Geologi - Tambang Eksplorasi, yang mengkhususkan pada pemahaman tentang ilmu mengenai mineral), sempat dipusingkan oleh salah satu mineral yang muncul dari sampel yang kami amati berdua, yang bernama diskrasit. 

Sampel yang kami dapat merupakan sampel konsentrat, yang merupakan hasil tailing dari pengolahan emas, karena kebetulan sampel tersebut berasal dari salah satu tambang emas di Halmahera, Maluku Utara. Sebenarnya, perusahaan tersebut hanya ingin melihat, apakah masih ada emas dari pengolahan masih tersisa hingga tailing atau tidak. Simple sebenarnya. Namun, dari pengamatan, kami malah tertarik dengan satu mineral unik yang belum pernah kami temukan sebelumnya, yaitu diskrasit.

Diskrasit, atau antimony silver, dalam bahasa Inggris dituliskan sebagai dyscrasite, mempunyai rumus kimia Ag3Sb (gambar dari wikipedia). Diskrasit berasal dari bahasa Yunani dyskrasia, yang berarti campuran yang buruk atau logam yang buruk (bad mixture-bad alloy). '
Mineral ini merupakan salah satu mineral yang berasoasiasi dengan mineral perak, seperti Silver, pyrargyrite, acanthite, stromeyerite, tetrahedrite, allemontite, galena, calcite, barite. 




Mengapa mineral ini unik? Mineral ini mempunyai karakteristik yang memanjang dari pengamatan makroskopik (walaupun selama ini hanya referensi didapat dari mbah google) dan juga di bawah pengamatan mikroskopik. Mineral ini baru diketahui dari nilai peak dari XRD (difraksi sinar X). Keterdapatan di Indonesia tidak banyak. Dari sampel yang pernah diamati selama ini, hanya sampel dari Halmahera itu saja yang menunjukkan adanya asosiasi dari mineral perak ini. 


Diskrasit merupakan salah satu mineral penunjuk adanya zona mineralisasi yang berhubungan dengan keterdapatan mineral Ag, ataupun Sb. Secara nilai ekonomis, mineral ini memang jarang diekstrak untuk keperluan komersial, namun dari segi keilmuan, mineral diskrasit ini menyingkap lebih banyak tentang konsep epithermal, terutama epithermal low sulfidasi atau sulfidasi rendah, karena umumnya mineral ini ditemukan pada zona base metal pada sistem Buchanan, yang menunjukkan keberadaan mineral-mineral berat seperti Ag dan Sb. 

Kalau kita generalisasikan dengan Halmahera, dimana disana sedang dilakukan penambangan bawah tanah, kemungkinan sampel diambil dari lokasi yang dalam dan jauh di permukaan, sehingga pada sistem mineralisasi epithermal, sampel tersebut menunjukkan keberadaan dari zona base metal, yang berarti secara ekonomis, Dengan , kita bisa memperkirakan, dimana posisi relatif sampel tersebut dari model Buchanan yang ada, bahwa kita sudah hampir mendekati zona yang berwarna cokelat (pada gambar), dan mineralisasi logam berharga sudah semakin sedikit dengan kadar yang semakin sedikit pula.

Sumber:
- http://rruff.info/doclib/hom/dyscrasite.pdf
- http://www.mindat.org/min-1342.html
- http://en.wikipedia.org/wiki/Dyscrasite

Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain




follow me: @andyyahya
GeoEducative Blog
Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *