Saya mendapat kesempatan berkeliling di Padalarang untuk meninjau lokasi pengabdian nmasyarakat dari dosen Teknik Pertambangan ITB kepada masyarakat di sekitar tambang, yang difasilitasi oleh LPPM. Memang ini bukan pertama kalinya saya berkesempatan untuk "berjalan-jalan" di Padalarang, karena sebelumnya, saya sudah beberapa kali mengantar adik kelas saya untuk mempelajari struktur dan morfologi pada kuliah Pemetaan Eksplorasi.
Apa oleh-oleh kali ini? Biasanya, sering kali jika kita berjalan-jalan di Padalarang, kita akan melihat kenampakan Goa Pawon, Gunung Masigit, Pasir Bancana dari jalan raya. Atau kita bisa melihat variasi batugamping, baik batugamping yang klastis maupun batugamping yang menyerupai terumbu. Kali ini saya mendapati mineral kalsit (rumus kimia: CaCO3), merupakan kelompok batuan karbonatan, yang mempunyai kekerasan Mohs skala 3. Apa sih yang menarik dari batu ini, perasaan sering kita jumpai di dekat laut. Masih ingat dengan terumbu karang yang ada di pinggir laut? Nah, kalau masih ingat, sekarang bayangkan, kenapa ya bisa ada komplek batu gamping di Padalarang, padahal kan jarak dengan laut sangat jauh? hmmmm,,, kalau kita flash back, ternyata Padalarang dulu merupakan sebuah basin atau cekungan, dimana dulu sempat mengalami penurunan permukaan, terendam laut, baru kemudian terangkat seperti sekarang. Hal ini yang mendasari mengapa kita bisa menjumpai fosil kerang di Padalarang.
Kenapa saya ulas mineral yang umum dijumpai ini? Saya masih terkesan dengan belahan-nya yang terlihat jelas pada ketiga arahnya, dengan sistem kristal trigonal, kilap kaca, dengan menunjukkan adanya birefringence atau rangkap ganda. Kalsit mempunyai belahan konkoidal atau jelas, dengan warna gores putih. Kalsit mempunyai polimorfisme dengan mineral aragonit, dimana umumnya aragonit dibedakan karena mempunyai bentuk yang menyerupai terumbu.
Bagaimana membedakan kalsit dengan mineral lain? Seringkali kita susah membedakan antara kalsit dengan kuarsa, karena keduanya kadang-kadang sedikit membingungkan satu sama lain. Hal paling mudah yang harus kita lakukan, adalah dengan mencari asam klorida (HCl), dan meneteskannya ke atas mineral yang akan kita cek. Jika mineral tersebut bereaksi dengan mengeluarkan buih, maka mineral yang kita identifikasi tersebut adalah kalsit, karena terjadi reaksi antara kalsium karbonat dengan asam klorida. Namun, jika tidak bereaksi dengan HCl, maka mineral yang kita identifikasi adalah kuarsa. Reaksi antara kalsit dengan HCl adalah sebagai berikut:
CaCO3(s) + 2 HCl(aq) --> CaCl2(aq) + CO2(g) + H2O(l)
Sering kali, kita tidak membawa HCl ke lapangan, sehingga kita tidak dapat menentukan apakah mineral tersebut kalsit atau kuarsa. Maka, kita dapat memanfaatkan sifat fisik lain yang berbeda kontras, yaitu dengan menggunakan skala kekerasan Mohs. Kalsit mempunyai kekerasan 3, sedangkan kuarsa mempunyai kekerasan 7. Sehingga kita perlu mencari mineral atau bahan lain yang mempunyai kekerasan antara 3-7, kemudian menggoreskannya. Sebagai contoh, kita dapat menggunnakan belahan kaca yang mempunyai kekerasan relatif 4-5, atau pun paku besi yang mempunyai kekerasan 5-6. Jika mineral tersebut dapat menggores mineral yang kita cari, maka confirm , mineral tersebut adalah kalsit.
Di tengah maraknya batu mulia ini, sifat kekerasan di atas dapat digunakan untuk mengetahui batu mulia yang akan kita cek itu asli atau tidak. Pada beberapa kasus, karena kadang kita menjumpai batu yang sangat menarik ketika sudah dipoles, namun ternyata, batu yang kita jumpai bukan merupakan batu yang asli. Sebagai contoh, lihat gambar batu di bawah ini. Melihat perlapisannya, sangat menarik bukan? Tertarik untuk menjadikan sebagai batu mulia? Hmm, batu yang anda lihat itu adalah marmer, yang mineral asalnya adalah kalsit, bukan kuarsa atau pun mineral lain yang bisa dijadikan sebagai batu mulia pada kebanyakan. Jadi, tidak semua batu bisa dijadikan batu akik.
Marmer dari Nusa Tenggara Timur (http://www.kidnesia.com/var/gramedia/storage/images/kidnesia2014/indonesiaku/teropong-daerah/nusa-tenggara-timur/hasil-tambang/marmer/541423-1-ind-ID/Marmer.jpg)
Yup, sekian dulu oleh2 cerita tentang kalsit, marmer dan cara mengenalinya, nanti kita sambung lagi di tulisan yang lain. Salam hangat untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.
Gamping terumbu (sebelah kanan gambar) dan gamping klastis/ masif (sebelah kiri gambar)
Bukit-bukit gamping terumbu di Cipatat, Padalarang
Gunung Masigit dan Pasir Bancana tampak dari kejauhan
Berikut foto-foto lain yang saya ambil, bukan dari Cirawa, Padalarang, namun dari sekitar Cipatat, Padalarang, ketika saya menemani adik-adik tambang eksplorasi ITB melakukan ekskursi kuliah Pemetaan Eksplorasi.
Pisau komando, Citatah
Bacaan lain yang bermanfaat tentang bukit kapur sepanjang Padalarang:
1.http://geologi.iagi.or.id/2010/06/17/kawasan-karst-citatah-bandung-memasuki-babak-baru/
2.http://cekunganbandung.blogspot.com/2010/10/karst-citatah-great-barrier-reef-di.html
3.http://blog.fitb.itb.ac.id/BBrahmantyo/?p=54
follow me: @andyyahya
GeoEducative Blogspot