Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Monday, March 2, 2015

Gold Out Of Celebes




(update 15-11-2017: link dropbox peta geologi regional sulawesi)

Gold Out Of Celebes.. Dingle, Aylward Edward, 1874- , Synopsis: A romance of thrills and adventures on the island of Celebes, in the Dutch East Indies.


Ketika saya mencari referensi tentang emas yang ada di Sulawesi, pencarian sampai juga di halaman ini. Saya sudah sangat bersemangat, saya pikir ini adalah publikasi yang saya cari, namun ternyata ini adalah novel, yang di publish tahun 1920. Wow... pada tahun itu, ternyata kita mempunyai sebuah provinsi, bernama Celebes atau Sulawesi, yang sudah diabadikan menjadi novel. Saya belum sempat membaca semua isinya, namun semoga kelak saya bisa membaca. Sekilas saya melihat isinya, menceritakan kisah petualangan di Hindia Belanda. Saya melihat sudah ada Solo, Semarang, Batavia, Meneer, dan sepenggal pembicaraan tentang Indonesia dari orang Belanda tentang Indonesia. Sayangnya novel ini tidak bisa di download, dan hanya bisa dibaca online.



Garis Wallacea Weber, dan garis Lydekker

Sebuah novel yang ditulis oleh Captain Dingle, seorang pelaut, di era tahun 1920. Istilah Celebes mungkin muncul dari Sula yang artinya pulau, dan besi. Ada juga cerita tentang pelaut Portugis berkunjung ke Raja Gowa untuk meminta izin berlayar, dan ketika pelaut menanyakan nama daerah ini, Raja Gowa sedang memegang sebuah besi. Karena sama-sama tidak mengerti, Raja Gowa yang sedang memegang besi mengatakan, "ini adalah besi", atau Selle Bassi. Dan Alfred Wallace pun di laporan nya juga mencantumkan nama tersebut, yang membatasi flora dan fauna menjadi zona Wallacea dan zona Weber.


Kalau urusan disertasi, saya ingin sekedar bercerita, tentang apa yang saya lakukan di bulan-bulan awal sejak kedatangan saya akhir Januari yang lalu. Setelah datang dan menghadap supervisor, saya diminta untuk menulis manuskrip, kira-kira 50 lembar, yang berisi tentang resume dari berbagai tipe deposit yang ada di Indonesia. Resume ini menceritakan berbagai macam tipe deposit di Indonesia, kemudian menyajikannya dalam sebuah tulisan ilmiah yang akan di presentasikan secara internal di Departemen saya, untuk matrikulasi program Doktor saya.  Saya juga terbantu dengan adanya tugas ini (tidak boleh mengeluh, harus mengambil sisi positifnya), karena rangkuman ini akan digunakan sebagai salah satu bab di disertasi saya. Bersyukur...engga boleh mengeluh, hehehe.... Orang Indonesia memang harus dipaksa dulu, sampai akhirnya "suhu" nya sama, baru deh "tune in." Hahaha...

Topik yang saya ambil berhubungan dengan mineralisasi yang ada di Indonesia, yang akan saya khususkan di Sulawesi Selatan. Namun, sebelum masuk ke Sulawesi Selatan, saya harus memberikan gambaran berbagai macam deposit di Indonesia, mulai dari karya van Bemmelen tentang Geologi Indonesia, John Ario Katili tentang tektonik di Indonesia, Carlile dan Mitchel tentang hubungan antara busur magmatik dengan potensi endapan yang ada di Indonesia, serta pola tektonik yang dituliskan oleh Robert Hall mengenai tektonik lempeng di SE Asia dan SW Asia. Dan masih banyak pekerjaan rumah menanti ke depan. Ternyata meng eloborasi data yang sangat banyak itu membutuhkan waktu, dan yang jelas, ga boleh mengeluh, karena tugas seorang mahasiswa itu adalah membaca-membaca, dan membaca, begitu kata Guru Spiritual saya, ABAH saya di Malang.

Untuk oleh-oleh, saya cantumkan hasil karya saya, resume persebaran deposit logam yang ada di Sulawesi Utara. Untuk teman-teman ketahui, pulau Sulawesi itu merupakan gabungan dari 2 circum, yaitu Circum Asia dan Circum Pacific. Pertemuan keduanya menghasilkan bentukan huruf "K" yang sangat unik. 



Jika kita melihat pulau Sulawesi, pada bagian Utara, terdapat transisi antara Circum Asia dan Circum Pacific, sehingga menghasilkan adanya lempeng-lempeng mikro, dan pertemuan antara busur magmatik tersebut menghasilkan gunung-gunung berapi yang aktif, seperti Gunung Lokon yang sempat meletus pada 2011 yang lalu. Di lain sisi, banyaknya gunung berapi ini membuat banyak dijumpai potensi mineral logam dengan berbagai tipe depositnya, seperti epithermal sulfidasi rendah, epithermal sulfidasi tinggi, porfiri Cu-Au, porfiri Mo, serta sedimentary hosted atau biasa disebut tipe Carlin. Kita akan menjumpai deposit seperti Tombulilato, Motomboto, Doup, Gunung Pani, Riska, Bakan, Bolaang Mongondow, Mesel, Tapabekin, Ratatotok, Lanut, Toka Tindung, Sumalata, dan sebagainya. 
Dari semua tipe endapan yang baru saya sebutkan dan nama depositnya, ada satu tipe endapan yang jarang dijumpai di Indonesia, karena endapan ini sangat dipengaruhi oleh kontrol litologi dan struktur, yaitu tipe Carlin. Carlin sendiri, merupakan sebuah komplek tambang emas di Canada. Karena tipe nya yang khas, maka nama lokasi ini umum dijumpai, untuk menyebutkan tipe endapan emas yang sangat halus, umumnya berukuran sangat mikron dan terinklusi pada mineral yang mengandung arsen, serta sangat dipengaruhi oleh kontrool struktur dan litologi. Beberapa referensi menyebutkan tipe carlin sebagai sedimentary hosted gold deposit.

Di Sulawesi Utara, tipe ini dijumpai di tambang yang bernama Mesel. Tambang ini sudah dibuka sejak jaman Belanda, namun karena emas yang dijumpai berukuran sangat halus, akhirnya tambang yang sempat dikelola oleh Newmont Minahasa Raya berhenti pada tahun 2001. Jika kita mencari mengenai literatur mengenai Mesel, maka kita akan menjumpai banyak tulisan yang menghubungkan dengan pencemaran yang terjadi di Teluk Buyat pada tahun 2004. 

Fotomikrograf sampel dulang di Sulawesi Tengah

Provinsi Metalogenik yang kedua adalah Metalogenik Sulawesi Bagian Barat, yang membentang dari Sulawesi Selatan hingga leher Sulawesi Utara menghasilkan beberapa tipe endapan logam seperti emas dan tembaga, yang jumlahnya kurang signifikan dibanding Metalogenik Sulawesi Bagian Utara. Kita akan menemui prospek Poboya di Palu, Awak Mas dan Palopo di sekitar pegunungan Latimojong, Baturappe di sekitar Makassar dan banyak prospek lain.

Serta bagian ketiga adalah Sulawesi bagian Timur, yang merupakan tipikal dari tipe ophiolit, yang didominasi oleh batuan dengan tipe basaltik hingga ultrabasa, yang menghasilkan komoditi nikel dan besi laterit. Di provinsi metalogenik ketiga ini, tambang emas yang sangat fenomenal adalah tambang emas di Bombana, dimana hampir 20.000 orang menambang emas di daerah yang diduga mempunyai tipe endapan emas pada batuan metamorfik. Adanya ledakan dari jumlah penambang rakyat ini, membuat pemerintah setempat menghentikan penambangan pada tahun 2009. 


Untuk pengantar awal dari metalogenik Sulawesi, saya mau solat Jumat dulu di komunitas Islam Turki di Leoben. Tschüss



Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain







Share:

Tuesday, February 24, 2015

Orang-orang Anti Tambang Mengoleksi Akik Ga Ya?


Di luar salju belum mencair semua, jadi biar hangat, mari kita olahraga jari di depan keyboard. Hehe.. Tulisan ini saya buat ketika banyak orang demam batu mulia. Dulu selama masih di Bandung, hampir tiap hari ketika berjumpa dengan orang, hampir tiap hari ada yang nanya, "Mas Andy, nanti kalau ke lapangan, saya nitip batu akik ya!". Saya hanya bisa ngempet ngguyu, alias nahan ketawa, sambil membayangkan saya pergi ke padalarang, kemudian mengambil marmer, kemudian saya poles dan diberikan sebagai oleh-oleh. Jangan sampai karena saking ngebetnya punya batu mulia, batu bacan dari Maluku bisa ketuker dengan batu marmer... Hehehe..

Batuan ini asalnya dari Maluku, namun ini adalah urat kuarsa, yang mengandung emas. Gambar selengkapnya ada di judul blog saya yang lain tentang tambang emas di Halmahera. Berminat karena emasnya? Atau malah ingin dijadikan batu mulia?

Tulisan ini saya kombinasikan beberapa tulisan dengan analogi gerakan anti tambang, karena isu yang saya angkat memang sangat berdekatan, antara eksploitasi batu mulia dengan kegiatan penambangan. Tidak untuk memancing kontroversi dengan orang-orang yang saat ini sedang aktif di dunia per-batu mulia-an, namun untuk sekedar mengingatkan, bahwa segala informasi yang ada, tidak boleh kita telan mentah-mentah, namun harus dipikirkan masak-masak, termasuk ketika kita menyikapi demam batu mulia ini. 


Ilustrasi reklamasi dan revegetasi setelah kegiatan tambang berakhir: Penjelasan tentang reklamasi ada di halaman blog saya yang lain tentang kegiatan penambangan dan reklamasinya

Saya, yang menjerumuskan diri di bidang eksplorasi sumberdaya humi, juga tidak bisa mengatakan bahwa kegiatan tambang sepenuhnya baik, karena masih banyak aspek teknis dari penambangan yang perlu mendapat pengawasan dari pemerintah, misalkan dari segi perijinan, pengawasan, maupun kesehatan dan keselamatan kerja. Namun, jika hanya menyalahkan tambang tanpa adanya solusi yang kongkret, bukan merupakan pilihan.  Hal yang ingin saya tekankan di tulisan ini, jangan hanya asal menolak aktivitas tambang, karena tidak disadari, kita hidup sangat dekat sekali dengan bahan tambang. Semen untuk rumah kita, komponen dari hp yang kita pakai, bahkan untuk mahar, di adat Indonesia, kota memberikan emas sebagai mahar. Termasuk juga yang saat ini sedang booming, batu akik, alias batu mulia.


Memiliki satu, dua, atau lima batu mulia untuk sebagian orang tidak ada masalah.  Namun, bagaimana untuk orang-orang yang tidak berkecukupan, namun karena saking inginnya mempunyai batu mulia, akhirnya malah mengorbankan segala cara, yang malah nantinya lebih banyak mudhorot daripada manfaatnya. Jangan-jangan anak istrinya belum makan di rumah. Jangan-jangan uang yang dipakai seharusnya untuk bayar spp, atau bayar cicilan.

Jangan-jangan, kita belum tentu mengenal batu yang kita beli lo, dan kita hanya membeli karena bentuk yang indah, atau warna yang menarik. Kalau di universitas saya, ada pelajaran khusus tentang batu mulia, nama kuliahnya Gemology - Geology untuk batu mulia (terjemahan dari Gemmology - Geology of precious minerals). Saya berikan beberapa gambar yang menjelaskan jenis-jenis batu mulia, dan asal mula bagaimana bisa berwarna-warni. Perbedaan warna itu disebabkan adanya ion dari unsur lain, yang masuk sebagai pengotor ketika batu pertama kali terbentuk. Warna itu sifatnya sangat alami, bukan diberi warna tambahan supaya menarik. Hal itu sekarang sangat umum dijumpai, seperti menambahkan warna pada kuarsa, seperti pada contoh drusy quartz di bawah. Beberapa tahun yang lalu, saya sempat memberikan ulasan tentang batu mulia yang sangat terkenal di Tasikmalaya yang sudah banyak diekspor ke Jepang, Korea dan Taiwan, bernama jasper atau batu merah hati, di halaman ini.


 http://www.geologyin.com/2015/01/the-chemical-composition-of-various.html

Tulisan ini saya buat, karena kadang, banyak orang Indonesia yang tersesat, ketika harus menjustifikasi, apakah tambang itu merusak lingkungan atau tidak, padahal mereka seperti yang saya bilang, hidup sangat dekat dengan bahan tambang. Rata-rata ketika ditanya pertanyaan tentang akibat penambangan terhadap lingkungan, pasti akan banyak yang menjawab merusak lingkungan. Padahal, ada hal-hal positif dari dunia tambang yang kadang tidak di ekspos karena media, hanya akan mengekspos sesuatu yang sedang booming.
Apakah dengan menghentikan tambang, maka masalah akan selesai? Hmmm...

Begitu lah saya analogikan dari judul tulisan ini, Orang-orang yang anti tambang, pada pakai akik engga ya? Semua orang menjadi buta, lupa diri,  bahwa mungkin, orang-orang yang anti terhadap aktivitas penambangan, mereka sendiri juga memakai produk tambang, misalnya batu mulia. Ada cerita ketika saya harus membawa batu untuk penelitian dari Makassar ke Bandung, saya merasakan sendiri dipersulit oleh banyak pihak. Sampel batuan yang sudah saya packing, hampir dibongkar oleh petugas bandara karena dipikirnya batu itu adalah batu mulia. Pengalaman itu saya tuliskan disini.


Entah benar atau tidak, orang Indonesia termasuk tipikal orang yang reaktif, yang kebanyakan hanya melihat judul besar, namun tidak mendalami sampai ke dalam pokok permasalahan. Memang sih, sangat banyak orang sibuk, sehingga tidak perlu membaca konten beritanya. Namun sadarkah kita, kalau ternyata kita bisa salah menafsirkan berita, karena tidak didukung dengan informasi yang cukup? Apa hubungannya dengan batu mulia dan tambang? Coba kita telaah dari referensi di mining journal tentang investasi di Indonesia. Selama ini kita merasa bahwa potensi sumberdaya alam di Indonesia itu sangat menarik, namun apakah Indonesia tujuan satu-satunya Untuk berinvestasi? hmm, tunggu dulu,,, Sistem dan perijinan di Indonesia sangat ruwet, sehingga hal ini sangat tidak terlalu disukai banyak investor. Negara ini adalah negara kontradiksi. silahkan baca disini . It is hard to believe, but, we should know about it.

Singkapan krisopras di Garut

Ingin tahu bagaimana reaktif dan latahnya bangsa kita? Dulu saya pernah menulis sebuah tulisan, dimana ada rumor, bahwa di Gunung Ciremay, akan dilakukan eksploitasi geothermal, dan Gunung Ciremay akan dijual kepada swasta. Semua pendaki gunung, pecinta alam, aktivis lingkungan, langsung menolak kegiatan panas bumi. Tidak sadarkah mereka, bahwa mereka sedang membaca berita yang sesat? Berita tentang penjualan Gunung Ciremay di blog ini. termasuk juga ketika kita menyikapi demam batu mulia ini, hampir semua orang, kebanyakan hanya ikut ikutan dan akhirnya membuat pasar batu mulia di Indonesia langsung gegap gempita. Padahal banyak dampak yang terjadi, dengan permintaan yang naik ini, yang kalau ditarik ke ujung, akan sangat berdampak pada kgiatan eksploitasi bahan galian.
Drusy quartz, alias kuarsa yang menunjukkan tekstur seperti gula (saccharoidal). Kuarsa diberi pewarna tambahan supaya terlihat menarik


Di tengah demam batu mulia ini, marilah kita bersikap wajar, semua yang berlebihan itu tidak baik. Apa harapannya? Supaya demam batu mulia yang saat ini sedang melanda kota, bisa perlahan-lahan kita netralkan kembali, supaya terjadi keseimbangan antara permintaan pasar, dengan aktivitas penambangan batu mulia ini. Mata rantai itu tidak bisa kita putus begitu saja, karena yang terjadi saat ini, memang karrna adanya pasar yang mendukung terjadinya lonjakan tersebut. Saya sempat berceloteh di twitter tentang ke gusar an saya tentang orang orang yang sedang mengalami demam batu mulia ini, kutipan  lengkap twit saya ada di chirpstory ini.




Semoga kita bisa bersikap bijak di tengah demam batu mulia ini. Salam dari Leoben yang suhu nya masih berkisar di bawah 5 derajat.. brrrrr
 Jasper, berwarna merah hati hingga hitam, sedang diburu oleh banyak pecinta batu mulia. Saya pernah menulis tentang batu merah hati ini di batu merah delima dari Pancatengah, Tasikmalaya

 Sistem penambangan bawah tanah. Ini adalah contoh yang baik, karena sudah diberi penyanggaan secara permanen
Klik gambar untuk melihat museum tambang Sawahlunto

 Topaz, yang mempunyai skala kekerasan 8, lebih keras dibandingkan kaca/ kuarsa yang mempunyai kekerasan 7

Emerald, varian dari mineral bernama beryl, yang berwarna hijau karena adanya pengaruh ion kromium menggantikan ion aluminium, yang mengakibatkan adanya perubahan warna

Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain





Share:

Friday, January 30, 2015

Lukisan Manusia Purba di Maros

Sering sekali kita jumpai batugamping di dekat kita, yang rata-rata lokasinya akan berdekatan dengan laut, seperti di Gunung Kidul (Yogyakarta), Palimanan (Cirebon), Padalarang (Bandung), Trenggalek dan Tulungagung (Jawa Timur) ataupun yang sangat eksotis di kepulauan Rajaampat (Papua Barat). Nah, tahukah teman-teman, di Sulawesi Selatan kita mempunyai sebuah Taman Nasional yang menyajikan hamparan karst terluas di Indonesia? Itulah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, yang terletak di Kab Maros dan Kab Pangkep, karst terluas di dunia kedua setelah karst yang terletak di Guilin, China.

Masih asing dengan kedua nama daerah tersebut? Saya berikan gambaran. Maros, merupakan lokasi dari Bandara Hasanuddin, jadi bandara bukan berada di Makassar, namun di Kab Maros. Di Kab Maros, terdapat juga pabrik semen Bosowa dan semen Tonasa, yang nantinya dikapalkan melalui pelabuhan di Pangkep. Nah, karena Kab Pangkep mempunyai pelabuhan, otomatis di daerah itu, masakan lautnya sangat nikmat, sehingga, sering kita jumpai ikan bakar Pangkep. Nah, sesuai judul, kita akan ulas perbukitan karst yang ada di Maros-Pangkep, yaitu Karst Bantimurung Bulusaraung.


Dari contekan jaman kuliah dulu ketika saya mengambil kuliah Geomorfologi dan Geologi Foto yang diajarkan Dosen saya, Pak Budi Brahmantyo, "karst dari bahasa Slavia krs: daerah gersang berbatu-batu di pegunungan Kaukasus, sebelah timur dari Laut Adriatik. Oleh Cvijic dipelajari dan makalahnya ditulis dalam bahasa Jerman, dengan istilah karst". 


Bentukan karst umumnya sangat indah, karena air akan melarutkan batugamping, sehingga muncuk bentukan-bentukan unik, seperti gua, sungai bawah laut, karena menyuguhkan bentukan seperti gunung-gunung yang berundulasi, kadang dijumpai gua, yang dapat terisi air maupun yang kering. Sering kali muncul speleotem yang indah (hiasan dalam gua).


Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung juga menjadi tempat wisata taman kupu-kupu. Yang saya sayangkan ketika berkunjung di kawasan wisata bantimurung, adalah mahalnya tiket untuk wisatawan asing, tidak dibarengi dengan perbaikan kualitas dari pelayanan tempat wisata. Bayangkan saja, untuk wisatawan lokal, kita dikenai tiket Rp 25.000,- sedangkan untuk wisatawan asing, 10x lipat, Rp 255.000,-. Jika di dalam kualitas tempat wisatanya bagus, tidak ada masalah. Namun di dalam, banyak sekali jebmen (jebakan betmen), seperti untuk duduk di tikar, ternyata kita harus membayar, masuk ke dalam goa, harus memakai senter yang disewakan. Ckckck, sangat tidak sebanding untuk harga semahal itu. Dan hal lain yang sangat disayangkan, menjual kupu-kupu sebagai oleh-oleh itu tidak benar, karena di sekitar lokasi wisata, banyak anak-anak maupun remaja yang memburu kupu-kupu dengan penangkap kupu-kupu. Sangat disayangkan memang..





Di dalam Taman Nasional Bantimurung, kita dapat menjumpai air terjun bantimurung, yang sangat deras, yang mengalir melewati basement batugamping dengan beda tinggi 15 meter, dengan lebar mencapai 20 meter. Di sisi samping dari air terjun, air juga dialirkan melalui pipa, mungkin untuk pembangkit listrik saya rasa. Di dalam lokasi air terjun, pengunjung bisa berenang di sisi sungai yang lebih tenang, dan anak-anak bisa bermain di lokasi yang lebih aman. Tidak jauh dari air terjun, jika kita masuk ke lebih dalam, maka kita dapat menjumpai goa dengan mulut yang tidak terlalu besar, namun ketika kita masuk ke dalamnya, kita akan mendapati ruangan yang sangat besar, dengan adanya danau yang terbentuk akibat adanya rembesan dari stalaktit di dalam mulut goa. Namun, karena kamera saya habis, saya belum sempat mengabadikannya dalam gambar. Lain kali harus lebih "prepare" nih.


Di kawasan taman nasional Bantimurung, kita juga dapat menjumpai prasasti Leang-Leang. Saya sendiri belum mencari tahu arti dari leang-leang, namun saya menduga leang ada hubungannya dengan liang, kalau kita analogikan dengan karst Maros, maka yang dimaksud adalah goa yang ada di batugamping. Kalau benar, ya syukur, kalau salah, nanti saya ralat ya. Hehehe. Disana, kita bisa menjumpai bentukan batugamping yang sangat indah, yang membentang di sepanjang persawahan, yang terbentuk akibat pelarutan dari batugamping oleh air. Memang, goa dan lubang yang terbentuk di kawasan karst sangat dikontrol oleh interaksi antara air (H2O) dan kalsit (CaCO3). Kalau dihubungkan dengan wisata Leang-Leang, maka disinilah manusia purba dulu sempat tinggal dan menetap. Hal ini ditunjukkan oleh adanya lukisan-lukisan yang indah yang ada di dinding bagian atas dari goa. Cukup tinggi lo, lebih dari 5 meter. Sepanjang perjalanan, kita akan menjumpai Leang Burung, dan yang paling menakjubkan, Leang Pettakere.






Di Leang Burung, kita dapat melihat hanya beberapa lukisan tangan di bagian atas dari goa. Namun di Leang Pettakere, kita tidak hanya menjumpai satu lukisan tangan dari manusia purba, ada juga lukisan babi di dinding tersebut. Lukisan ini bisa juga kita jumpai di Karst Berau-Mangkalihat, yang berada di Kutai Timur. Untuk menggapainya, sepertinya mustahil, karena kita akan diingatkan oleh petugas keamanan dari situs wisata, untuk tidak naik ke batugamping yang lebih tinggi. Cukup bagus memang, daripada akhirnya lukisan tangan dan babi dari manusi prasejarah itu bisa rusak karena vandalisme.

Dan, kini waktunya berpisah... Saya pamit sekolah dulu di tempat kelahiran Adolf Hitler, Austria. Semoga saya masih bisa berkarya,,,



http://geowww.geo.tcu.edu/faculty/donovan/10113%20karst%20revision/photoalbum/pages/speleothem%20forms_jpg.htm


Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain







Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *