Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Showing posts with label tembaga. Show all posts
Showing posts with label tembaga. Show all posts

Sunday, January 20, 2013

Diskrasit, perak antimoni dari tanah Halmahera

Beberapa waktu ini saya dan ibu dosen saya, yang mempunyai spesialisasi mineralogi dari batuan (mineralogi merupakan salah satu cabang ilmu dari Geologi - Tambang Eksplorasi, yang mengkhususkan pada pemahaman tentang ilmu mengenai mineral), sempat dipusingkan oleh salah satu mineral yang muncul dari sampel yang kami amati berdua, yang bernama diskrasit. 

Sampel yang kami dapat merupakan sampel konsentrat, yang merupakan hasil tailing dari pengolahan emas, karena kebetulan sampel tersebut berasal dari salah satu tambang emas di Halmahera, Maluku Utara. Sebenarnya, perusahaan tersebut hanya ingin melihat, apakah masih ada emas dari pengolahan masih tersisa hingga tailing atau tidak. Simple sebenarnya. Namun, dari pengamatan, kami malah tertarik dengan satu mineral unik yang belum pernah kami temukan sebelumnya, yaitu diskrasit.

Diskrasit, atau antimony silver, dalam bahasa Inggris dituliskan sebagai dyscrasite, mempunyai rumus kimia Ag3Sb (gambar dari wikipedia). Diskrasit berasal dari bahasa Yunani dyskrasia, yang berarti campuran yang buruk atau logam yang buruk (bad mixture-bad alloy). '
Mineral ini merupakan salah satu mineral yang berasoasiasi dengan mineral perak, seperti Silver, pyrargyrite, acanthite, stromeyerite, tetrahedrite, allemontite, galena, calcite, barite. 




Mengapa mineral ini unik? Mineral ini mempunyai karakteristik yang memanjang dari pengamatan makroskopik (walaupun selama ini hanya referensi didapat dari mbah google) dan juga di bawah pengamatan mikroskopik. Mineral ini baru diketahui dari nilai peak dari XRD (difraksi sinar X). Keterdapatan di Indonesia tidak banyak. Dari sampel yang pernah diamati selama ini, hanya sampel dari Halmahera itu saja yang menunjukkan adanya asosiasi dari mineral perak ini. 


Diskrasit merupakan salah satu mineral penunjuk adanya zona mineralisasi yang berhubungan dengan keterdapatan mineral Ag, ataupun Sb. Secara nilai ekonomis, mineral ini memang jarang diekstrak untuk keperluan komersial, namun dari segi keilmuan, mineral diskrasit ini menyingkap lebih banyak tentang konsep epithermal, terutama epithermal low sulfidasi atau sulfidasi rendah, karena umumnya mineral ini ditemukan pada zona base metal pada sistem Buchanan, yang menunjukkan keberadaan mineral-mineral berat seperti Ag dan Sb. 

Kalau kita generalisasikan dengan Halmahera, dimana disana sedang dilakukan penambangan bawah tanah, kemungkinan sampel diambil dari lokasi yang dalam dan jauh di permukaan, sehingga pada sistem mineralisasi epithermal, sampel tersebut menunjukkan keberadaan dari zona base metal, yang berarti secara ekonomis, Dengan , kita bisa memperkirakan, dimana posisi relatif sampel tersebut dari model Buchanan yang ada, bahwa kita sudah hampir mendekati zona yang berwarna cokelat (pada gambar), dan mineralisasi logam berharga sudah semakin sedikit dengan kadar yang semakin sedikit pula.

Sumber:
- http://rruff.info/doclib/hom/dyscrasite.pdf
- http://www.mindat.org/min-1342.html
- http://en.wikipedia.org/wiki/Dyscrasite

Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain




follow me: @andyyahya
GeoEducative Blog
Share:

Saturday, December 29, 2012

Perlit, Panas Bumi, Emas dan Pasir Besi di Kabupaten Garut

Garut, sebuh kota berjarak sekitar 80 km dari Bandung, ditempuh perjalanan dengan kendaraan sekitar 2-3 jam menggunakan motor/ kendaraan, merupakan kota yang banyak dikenal karena domba, dodol, air panas, dan beberapa tempat wisata yang terkenal. Namun, sebenarnya banyak komoditi tambang yang bisa kita ketahui dan manfaatkan dari garut. 

Kalau coba ditengok dari geologi-nya, Garut itu termasuk pegunungan Selatan Jawa Barat. Disini, saya ga akan terlalu banyak membahas tentang geologinya, daripada nanti terlalu berat untuk dibaca, saya coba share yang dasar aja ya. Kita mulai satu-satu ya.

1. Pasir Vulkanik Gunung Guntur
Gunung Guntur atau sering juga disebut Gunung Gede yang berada di Kabupaten Garut mempunyai ketinggian 2,249 meter di atas permukaan laut, memiliki 13 kawah yang keadaannya masih aktif yaitu kawah Ayakan, Picung, Sangiang Buruan, Masigit, Japati, Geulis, Gajah, Parupuyan, Sangiang Jarian, Kabuyutan, Guntur dan Putri. Gunung Guntur mempunyai ciri khas khusus dari  “Hasil Letusan  Gunung  Api Pada  Tahun 1847,  Muntahan  Aliran  Lava membentuk Boot ujung berbentuk Tapal Kuda”. Merupakan fenomena alam yang  langka dan mempunyai karakteristik tertentu, dimana hanya dijumpai di Gunung Guntur sehingga “Perlu dilestarikan dan ditangani secara terpadu”, Baik ditinjau dari segi keilmuan khususnya ilmu kebumian atau aspek panorama alam. Akibat perubahan alam kondisi lereng Gunung Guntur dengan bertambahnya alur-alur dan semakin melebarnya alur-alur tersebut menunjukan material pasir yang turun ke kantong lahar alam terus bertambah

Kenapa pasir vulkanik disini bagus untuk dijadikan konstruksi bangunan? Karena disini pasir nya merupakan hasil erupsi dari gunung Guntur. Pasir ini masih belum terlontar jauh dari sumbernya, sehingga kalau dilihat, pasir ini mempunyai bentuk yang hampir menyudut, sehingga kalau teman-teman menggunakan pasir ini untuk bahan bangunan, ikatan antar butir nya akan melekat lebih kuat satu sama lain. Jadi, sangat logis kenapa pasir gunung berapi lebih mahal dibanding pasir pantai. :D

2. Obsidian Perlite, Samarang
Perlite dan Obsidian merupakan batuan vulkanik yang sebagian besar tersusun atas silika glass (SiO2) tanpa adanya struktur kristal. Obsidian dihasilkan dari lava riolitik yang mendingin secara cepat sehingga hanya memungkinkan terbentuknya glass sementara perlite adalah hasil proses hidrasi sekunder dari obsidian maupun tipe batuan vulkanik glass setelah pengendapan sehingga memiliki kandungan air lebih besar daripada obsidian 
Perlite merupakan produk dari proses pendinginan cepat dari magma berkomposisi riolit membentuk tipe batuan riolit glass yang amorf atau tanpa kristal. Magma riolit kental menyisakan lava yang masih mengandung SiO2 tinggi. Pendinginan lava kaya silika dengan cepat dapat membentuk lapisan endapan obsidian. 

Eksplorasi perlite di  Samarang bermula saat W. Kartawa (1974) (dalam Kurniawati 2010) pernah melakukan  peninjauan singkat yang ditujukan terhadap lokasi keterdapatan dan arah sebaran Perlite. Hasil peninjauan yang dilakukan oleh tim ini dapat diperoleh gambaran bahwa sebaran obsidian sebaran obsidian pada sekitar G. Kiamis ini berbentuk singkapan maupun bongkah-bongkah. Singkapan yang representatif terdapat di S. Cibodas, S. Cikaniri, dekat Kampung Penagan dan tebing baratdaya G.Kiamis. Arah sebaran baratlaut-tenggara dengan kemiringan timurlaut dan sebaran baratdaya-timur laut dengan kemiringan kearah barat laut. Hal ini memberikan gambaran bahwa awalnya Obsidian terdapat dalam kubah. Bongkahanya banyak tersebar mulai Kampung Gadog/ Patrol sampai barat dekat jembatan S. Cibodas (sekitar Cipanas) ke utara menyebar sampai Cibatuipis, Pangkalan, Lemahgandu dan Lereng Baratdaya G.Kiamis. Saya pernah mengunjungi tambang perlit di Thailand, yang ulasannya bisa dibaca disini.

3. Tambang Emas Aneka Tambang, Ciarinem, Papandayan

Daerah tambang emas ini, termasuk ke dalam pegunungan Jawa Barat bagian selatan dengan morfologi berupa perbukitan terjal. Litologi yang dijumpai pada wilayah ini berupa perselingan Lava andesit dan batuan Tuffa yang diprediksi merupakan formasi Waringin bedil-malabar tua dan Kancana. Formasi waringin bedil-malabar tua tersusun oleh Batu andesit dan tuffa yang tersusun oleh mineral piroksen dan horblende. Sedangkan formasi kancana tersusun oleh lava andesit (breksi autoklastika). Endapan hidrotermal ini merupakan  endapan yang letaknya relatif menempati tempat dangkal dengan tinggi suhu berkisar 500-2000 Celcius. Dalam tahap pengendapan mineral tipe ini terjadi reaksi kimia antara cairan sisa magma dengan batuan dinding celah yang dilewati cairan ini, yang dapat merubah susunan kimia maupun tekstur batuan asal itu sendiri dengan diiringi pengendapan mineral yang berharga yang dibawanya.

Di lokasi ini, PT Aneka Tambang sedang melakukan eksplorasi dan berencana untuk membuka tambang emas nya di masa mendatang. Namun mereka mendapat "partner", yaitu penambang liar. Mereka dengan bebas membuat lubang-lubang untuk mengejar urat kuarsa, yang kemudian di bawa dalam karung-karung untuk dibawa ke penggilingan. Miris memang, di saat BUMN kita harus "bersahabat" dengan para penambang liar, karena memang tidak bisa dipungkiri, tantangan sosial memang sulit untuk diselesaikan. Penertiban memang seharusnya dilakukan, sehingga keselamatan dari para penambang itu juga terjaga, karena ketika mereka membuat lubang-lubang galian, nyawa mereka hanya bergantung pada kayu yang menyangga,, bahkan jika batuannya memang sangat kompak, sangat mungkin mereka tidak menyangga batuannya. Subhanallah sekali memang.


4.  Pasir Besi Rancabuaya
Sepanjang pantai Selatan Pulau Jawa, kita ketahui potensi akan pasir besi sangat melimpah. Namun hal ini yang sering kali dimanfaatkan dengan salah, sehingga penambangan pasir besi di garis pantai sering merusak lingkungan, dan bertentangan dengan aspek tata ruang lain, seperti pariwisata dan perikanan. Endapan pasir besi merupakan produk dari rombakan proses kimia dan fisika dari batuan intermediet hingga basa atau batuan yang bersifat andesitik hingga basaltik. Pada beberapa daerah, endapan pasir besi juga diperkirakan berasal dari akumulasi hasil disintegrasi kimia dan fisika seperti adanya pelarutan, penghancuran batuan oleh arus bawah laut, pencucian secara berulang, transportasi, dan pengendapan.Endapan pasir besi juga diyakini merupakan endapan sedimenter placer. Model endapan pasir besi juga beragam, salah satunya adalah berupa lenses structure dengan kandungan magnetit yang beragam ke salah satu arah.

Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin.mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Magnetit adalah komoditas utama dalam endapan pasir besi dimana kandungan Fe nya besar dan dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri besi dan baja.Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik 
-------------------------------------
Sebenarnya masih banyak komoditi Garut yang masih belum diangkat, seperti tambang emas rakyat di Cihideung, batu mulia Krisopras di Caringin, Bungbulang, panas bumi di Kamojang dan Darajat... Tulisan lainnya saya masukkan ke dalam halaman ini tentang potensi panas bumi di Kamojang, panas bumi di gunung Ciremay serta tentang Papandayan.


Potensi daerah lain juga sudah saya tulis, untuk Sukabumi dan Tasikmalaya.


Semoga bermanfaat ya. 
Salam Eksplorer... Anda melihat, anda mengingat, dan anda akan menceritakannya kepada dunia.. 

AYAH

Di jembatan Bambu yang melintas di Sungai Cikandang, tambang Emas Ciarinem, Papandayan

Sumber:
1. Artadana, I P E, 2011. “Geologi, Alterasi Dan Mineralisasi Daerah Nyerengseng Dan Sekitarnya,
Kecamatan Cisewu,Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat”. Skripsi Sarjana. Jurusan Teknik
Geologi.UPN Veteran. Jogjakarta.
2. Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan, 2009. “Peluang Investasi dan Bisnis Bidang Energi Dan
Sumber Daya Mineral”. Pemerintah Kabupaten Garut. Tidak dipublikasikan
3. Hendrasto, M. 2009. Guntur, Jawa Barat, http://portal.vsi.esdm.go.id/joomla/index.php.
4. Kurniawati, D. 2010. “Karakteristik Perlite Gunung Kiamis Daerah Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat”. Tugas Akhir. Institut Teknologi Bandung. Tidak dipublikasikan

Share:

Thursday, March 24, 2011

Di Antara Tenda Biru, Gelundung Emas dan Merkuri


Sejauh mata memandang, hanya tenda-tenda plastik berwarna biru, orange, kadang beberapa bagian telah tampak seng, bahkan genteng. Hampir seragam pemandangan yang terlihat di daerah itu, terkesan kumuh dan acak-acakan, genangan air berwarna hijau kecoklatan terdapat dimana-mana. Tidak setetes air pun yang dapat dimanfaatkan daro kubangan tersebut. Namun setelah kita masuk jauh ke dalam daerah tersebut, pemandangan berbeda pun muncul, banyak mobil Daihatsu Carry yang diparkir dan berjajar dengan rapi, bahkan sebuah sebuah mobil Honda Jazz, Toyota Kijang, serta puluhan mobil Suzuki Carry. Agak kontras memang pemandangan yang disajikan, namun seperti ini lah realita kehidupan penambang emas liar di Desa Ciguha. Dari kantong batu yang digerus menjadi halus ini lah mereka hidup, namun jangan salah, penghasilan  yang mereka punyai tidak bisa dibilang sedikit. Di tengah kemewahan yang mereka miliki, ada pemandangan yang kontras, karena penambang-penambang tersebut harus menggadaikan sisa hidupnya dengan berkutat dengan merkuri.



Pemurnian logam mulia itu dilakukan dengan melakukan reduksi ukuran dari batuan yang mempunyai indikasi keterdapatan emas atau batuan pembawa emas, dari ukuran sebesar kepalan tangan, dihancurkan hingga ukuran yang sangat halus dengan “gelundung” (dalam bahasa pengolahan bahan galian modern, alat tersebut disebut dengan ball mill). Prinsip kerja gelundung adalah memutar sebuah tong yang terbuat dari baja, yang diisi bola-bola baja, batuan yang diindikasikan membawa emas, serta air yang dicampur merkuri, kesemuanya diputar sekitar 6-8 jam. Ketika gelundung berputar, batu-batu akan bertumbukan dengan bola-bola baja yang ada yang mengakibatkan batu menjadi hancur berkeping-keping dan berukuran halus dengan ukuran yang seragam. Material yang berat, akan dipisahkan dengan material dengan berat jenis ringan, sehingga dapa diketahui bahwa nantinya emas akan terpisah dengan batuan-batuan pengotor lainnya, serta luas penampang dari mineral-mineral, terutama emas akan lebih luas.



Setelah dilakukan proses penggelundungan dan pemisahan material yang mengendap, fraksi yang telah halus itu kemudian ditambahkan air raksa, yang berguna untuk penangkap atau pengikat emas, kemudian di aduk dengan tangan. Air raksa akan mengikat butiran-butiran emas tersebut, dan proses tersebut sering disebut dengan amalgam,diambil untuk dipisahkan dari pasirnya, lalu ditaruh dalam kain penyaring yang terbuat dari parasut, diperas sampai sebagian besar air raksa keluar lolos kain saringan. Air raksa ini bisa digunakan lagi untuk menangkap emas dalam pekerjaan amalgamasi berikutnya. Setelah disaring dan air raksa terpisah, butiran emas terlihat tertinggal dalam kain. Butiran ini disebut dengan “jendil” yang kemudian akan dibakar di atas cawan tanah liat, dan dibakar dengan kompor yang sangat panas, mirip pekerjaan menge las. Pada saat dilakukan pelelehan, ditambahkan material berwarna putih mirip garam yang ditambahkan untuk menangkap pengotor, sehingga emas menjadi makin murni. Dan ironisnya, pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut, sudah jelas akan terkontaminasi dengan merkuri, entah masuk ke dalam pori-pori, atau bahkan sudah terhirup masuk ke dalam tubuhnya.



Saya sendiri sempat ragu ketika akan melihat lebih dekat dengan para penambang tersebut, karena saya khawatir merkuri tersebut akan masuk ke dalam tubuh saya. Namun, bermodalkan keingintahuan – karena belum pernah saya lihat dengan mata kepala saya sendiri – akhirnya saya memegang jendil yang belum dibakar dan mencoba meremas-remas nya. Seperti memegang plastisin, namun tekstur nya sangat halus. Dan ketika saya melihat proses pembakaran jendil – dalam bahasa lokal disebut gebos -, tidak ada masker ataupun penutup hidung yang mencegah uap raksa tersebut masuk ke dalam tubuhnya.


Bukan hanya satu orang yang melakukan hal tersebut, ratusan warga pendatang berduyun-duyun datang hanya untuk mendapatkan gram-gram emas yang nantinya akan ditukarkan dengan kesehatan mereka. Mungkin saat ini mereka mendapatkan banyak, bahkan sangat banyak harta, dari tiap gram emas hasil gebosan, tapi di kemudian hari, harta yang mereka dapat dari hasil tersebut yang malah akan membuat mereka jatuh sakit, dan bisa berdampak pada keluarga dan keturunan mereka. Bukan untuk melempar sebuah permasalahan untuk dunia yang makin pelik ini, karena praktek ini tidak hanya berlangsung di Desa Ciguha ini saja, namun hampir di semua penambangan liar yang ada di tanah air tercinta kita. Menyalahkan Dinas Pertambangan yang tidak memberikan peringatan, rasanya bukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang sudah jauh mengakar hingga lapisan masyarakat terbawah. Banyak pekerjaan yang harus dilakukan oleh kita, masyarakat yang melek dengan ilmu pengetahuan untuk menangani hal tersebut, bukan malah saling menyalahkan dan lepas tangan dari rantai setan yang tiada akhirnya.




*) Banyak “peran” yang dapat dimainkan dalam kehidupan pertambangan nasional ini, ada yang mengambil peran di sektor swasta, ada peran di sektor pemerintah, peneliti, pendidik, yang semuanya harus harus sinergis satu sama lain.  

Kita sebagai generasi muda, sudah banyak berhutang pada negara ini, dan sekarang waktu nya kita mengabdi pada negara ini. Bukan hanya dengan memperkaya diri sendiri, namun melupakan orang-orang yang kurang mampu di sekeliling kita. Buka mata, karena kita tidak buta. Buka hati, karena tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Semua bisa berubah, asal kita mau berusaha dan bertekad untuk mencapainya. Majulah pertambangan demi pembangunan.

Baca juga


Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *