Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Thursday, July 19, 2018

Panas bumi di Pulau Jawa

Tulisan ini hanya tulisan ringan rangkuman dari beberapa referensi tentang panas bumi di Pulau Jawa. Di tengah-tengah tulisan, saya masukkan beberapa lokasi wisata yang pernah saya kunjungi di sekitar lokasi panas bumi tsb. Enjoy!

Sejarah
Di Indonesia usaha pencarian sumber energi panasbumi pertama kali dilakukan di daerah Kawah Kamojang pada tahun 1918. Pada tahun 1926 hingga tahun 1929 lima sumur eksplorasi dibor dimana sampai saat ini salah satu dari sumur tersebut, yaitu sumur KMJ‐3 masih memproduksikan uap panas kering atau dry steam (Saptadji, 2010). Pecahnya perang dunia dan perang kemerdekaan Indonesia mungkin merupakan salah satu alasan dihentikannya kegiatan eksplorasi di daerah tersebut.

Pada tahun 1978, pembangkit listrik pertama di Indonesia didirikan di Kamojang, Jawa Barat. Semenjak itu, hingga tahun 2013 terdapat hingga 1.200 MW daya yang sudah dihasilkan, lebih dari 90% di instalasi di pulau Jawa (Schotanus, 2013). Berikut beberapa lokasi panas bumi yang sudah beroperasi di Pulau Jawa.

Patuha
Lapangan panas bumi berdekatan dengan lokasi wisata Kawah Putih dan Ciwidey, 40 km di Selatan Bandung. Patuha merupakan vapor-dominated system, dimana panas berasal dari reservoir yang berada di bawah Kawah Putih dan Gunung Patuha. Aliran panas mengisi sepanjang rekahan yang terbentuk pada cap rock melalui sesar dan pada batuan yang mempunyai permeabilitas rendah. Lapangan panas bumi ini mempunyai kapasitas 60 MW dengan temperatur berkisar antara 210 - 240 derajat Celcius. Kawah Putih mempunyai air yang memiliki temperatur berkisar 26 - 34 derajat Celcius yang didominasi oleh acid-sulphate-chloride water dengan pH yang sangat rendah (<0.5 - 1.3).

Kawah Putih

Selain Kawah Putih, terdapat juga beberapa manivestasi di sekitar Gunung Patuha, antara lain mata air panas (thermal spring) seperti Ranca Upas dan Ranca Walini, serta mata air dingin (cold spring) di sekitar Gunung Patuha, antara lain Panceuling, Cimanggu dan Legok Kondang dan Situ Patengan. Kebetulan saya beberapa kali mampir di Ranca Upas (bersepeda, motor), dan lokasi ini sangat ideal untuk lokasi camping Bersama keluarga.
Mentari pagi di Ranca Upas

Ranca Upas

(Out Of Topic)
Tahun 2012, saya pernah mengikuti Gowes Bareng Geolog yang diadakan oleh Ikatan Alumni Ahli Geologi, diawali dari Kawah Putih, menyusuri desa di sekitar Puncak Patuha, menyusuri perkebunan teh hingga finish di Situ Patengan. Saya kembali lagi ke sekitar Kawah Putih ke Ranca Upas Bersama-sama teman Federal Bandung Indonesia pada

Almarhum Pak Budi Brahmantyo memberikan kuliah tentang geologi Kawah Putih

Di Ranca Upas Bersama Bikepacker Indonesia, foto di atas bukan milik saya (maaf saya lupa ini milik siapa)

Bikecamping di Ranca Upas (by Idoz)


Kamojang
Lapangan panasbumi Kamojang berada dalam wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Lapangan ini berjarak + 17 km Baratlaut Garut atau + 42 km Tenggara Bandung, dan berada pada ketinggian 1640 – 1750 m diatas permukaan laut.Lapangan Kamojang mencakup suatu kumpulan kenampakan gejala panasbumi di permukaan, berupa fumarol serta kubangan lumpur panas. Beberapa diantaranya adalah Danau Pangkalan, Kawah Manuk, Kawah Berecek dan Kawah Leutak.  

Melalui 24 sumur produksi, dihasilkan energi listrik 140 MWe dan akan dikembangkan hingga 200 MWe. Lapangan panasbumi Kamojang merupakan sistem dominasi uap yang cenderung kehabisan air, oleh karena itu perlu dilakukan reinjeksi berdasarkan kondisi reservoir. Tulisan tentang Kamojang bias dibaca di laman ini.

Kawah Kereta Api






Salak
Gunung Salak berlokasi 70 km di sebelah Selatan dari Jakarta. Lapangan geothermal ini menghasilkan daya sebesar 377 MW yang diproduksi dari 6 pembangkit. Produksi dimulai pada tahun 1994 dengan membangun dua pembangkit, yang dilanjutkan pembangunan unit lain pada 1997. Panas bumi gunung Salak merupakan reservoir dengan tipe liquid-dominated system dengan temperatur antara 235 - 310 derajat Celcius.

Darajat

Darajat adalah lapangan panas bumi vapor-dominated system dengan temperatur 245 derajat Celcius yang beroperasi sejak tahun 1994. Produksi awal sebesar 110 MW yang terus bertambah hingga 270 MW. Darajat berlokasi di Garut dan berdekatan dengan lapangan panas bumi Kamojang dan Gunung Papandayan.




Berdasarkan catatan DVMBG, Kawah Mas Gunung Papandayan dapat dicapai dari Bandung dengan kendaraan bermotor melalui 2 jalan alternatif. Jalan alternatif pertama, melalui kota Garut (lama perjalanan sekitar 2 jam), lalu menuju Kecamatan Cisurupan (lama perjalanan sekitar 20 menit) dan dari sini dilanjutkan hingga Kawah Mas (lama perjalanan sekitar 25 menit). Jalan alternatif yang kedua, melalui Pangalengan, melewati daerah perkebunan Garut Selatan (Perkebunan Sedep dan Malabar) hingga perkebunan Cileuleuy (lama perjalanan sekitar 3 jam), dari sini dilanjutkan menuju Kawah Mas (lama perjalanan sekitar 30 menit).

Banyak kawah kecil, cerobong kecil yang muncul semenjak letusan tahun 2002. Muncul beberapa kawah baru yang mengeluarkan bau yang sangat menyengat, seperti Kawah Mas, Kawah Batu, Kawah Nangklak, Kawah Manuk yang termasuk ke dalam tipe solfatar. Daftar letusan gunung Papandayan pernah saya tulis di laman ini.



Gunung Papandayan

Natupala di Papandayan
Papandayan

Wayang Windu
Lapangan panas bumi ini berlokasi di sebelah Barat dari panas bumi Kamojang dan Drajat. Lapangan ini beroperasi sejak tahun 2000 dan menghasilkan daya sebesar 110 MW, yang meningkat dengan penambahan 117 MW pada tahun 2009. Reservoir geothermal ini mempunyai temperatur antara 250 - 270 derajat Celcius dan merupakan liquid-dominated system. Dari Gunung Wayang, mengalir air yang mengisi Sungai Ciliwung yang berasal dari Situ Cisanti.





Situ Cisanti
Natupala alias Naik Turun Paling Lama

Dieng
Lokasi panas bumi ini berlokasi di Jawa Tengah, di sebelah Utara kota Wonosobo. Lapangan panas bumi ini menghasilkan daya sebesar 60 MW dengan temperatur berkisar antara 280 - 330 derajat Celcius. Di lokasi, terdapat beberapa kawah, antara lain Kawah Sikidang, Kawah Sileri, Kawah Sinila, Kawah Sikendang, Kawah Timbang dan Kawah Candradimuka. Di plateau Dieng ini, terdapat wisata komplek Candi Dieng (Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Gatotkaca, dsb) dan Telaga Warna, serta Gunung Sikunir yang terkenal dengan pemandangan di ketika pagi hari.






Telaga Warna, Dieng

Arjuno -Welirang
Lapangan panas bumi yang berlokasi di Utara Malang, Jawa Timur, mempunyai potensi sumberdaya 180 MW, dengan temperatur reservoir mencapai 260 derajat Celcius (Wardana dkk, 2016). Beberapa Manivestasi solfatar dan fumarol ditemukan di sekitar Gunung Welirang, serta ditemukan beberapa manivestasi air panas seperti di Padusan, Coban dan Cangar.

Disclaimer 
Foto koleksi pribadi penulis. 

Referensi:
1. Fauzi, A., Bahri, S., & Akuanbatin, H. (2000, May). Geothermal development in Indonesia: an overview of industry status and future growth. In World Geothermal Congress.
2. Layman, E. B., & Soemarinda, S. (2003, January). The Patuha vapor-dominated resource West Java, Indonesia. In Proceedings of the 28th Workshop on Geothermal Reservoir Engineering, Stanford University (pp. 56-65).
3. Schotanus, M. R. J. (2013). The Patuha geothermal system: a numerical model of a vapor-dominated system (Master's thesis).
4. Sriwana, T., Van Bergen, M. J., Varekamp, J. C., Sumarti, S., Takano, B., Van Os, B. J. H., & Leng, M. J. (2000). Geochemistry of the acid Kawah Putih lake, Patuha volcano, west Java, Indonesia. Journal of Volcanology and Geothermal Research, 97(1-4), 77-104.
5. Wardana, A., O’Sullivan, J., & O’Sullivan, M. (2016, November). Natural State and Future Production Modelling of Arjuno-Welirang Geothermal Field, Indonesia. In Proceedings 38th New Zealand Geothermal Workshop (Vol. 23, p. 25).
6. http://www.slideshare.net/SugengWidodo/geothermal-system-7688546, Saptadji, 2010
Share:

Thursday, April 19, 2018

Saya senang, saya tidak sendiri

Hari Kamis jam 9 pagi. Saya pergi menuju ke salah satu agen penukaran uang asing di Jalan Dago. Kebetulan saya masih simpan beberapa lembar dollar Kanada dan satu lembar Euro. Itu uang asing yang tersisa.

"Di atas dua puluh juta atau di bawah, Pak?" tanya petugas keamanan.

Saya menuju ke loket yang antriannya tidak panjang tanpa perlu mengambil antrian. Sesampainya saya di depan loket, saya melihat 2 teman. 1 orang sedang studi doktorat di ITB, beliau adalah dosen di salah satu Universitas swasta di Jakarta. Beliau sudah selesai mengambil magister di ITB, sekarang beliau melanjutkan lagi studi doktorat. Kawan kedua sedang duduk, dia masih mengingat-ingat karena agak lupa dengan saya. Setelah menyerahkan uang ke loket, saya salami teman saya yang pertama.

"Dari mana dan mau kemana, Pak?" tanya saya.
"Saya dari kampus, long weekend ini saya ke Shanghai, bersama dosen lain dan tata usaha."
"Wah, mantap. Enjoy, Pak." Komunikasi saya dengan beliau tidak lama karena beliau sepertinya terburu-buru.

Saya menghampiri teman saya yang kedua. Dia sudah menempuh studi Magister dan Doktorat nya di Jerman. Saya kenal dengan dia karena dia datang ke Austria untuk mencari kesempatan post-doc. Hampir setengah tahun dia tinggal di Austria.

"Ketemu disini kita, Kang! Sudah berapa lama di Bandung?" saya menyapa beliau. Beliau adalah lulusan dari TU Berlin, Jerman di bidang ekonomi. Beliau sempat mengisi materi pengajian , karena ilmu agamanya lebih dalam dibanding saya dan teman-teman lainnya.  
"Baru seminggu disini. Ini lagi nukarkan sisa Euro, buat ditukar ke Dollar Australia" jawab dia ramah
"Sama, saya juga nukar. Sekarang jaman susah. Lho, mau ke Australia?"
"Iya, saya dapat penawaran post-doc di Adelaide. Sedih memang ninggalkan Eropa. Saya dapat tawaran di Swiss, pajaknya tinggi banget. Aplikasi saya di Austria, Jerman, Belanda, Perancis, UK, semuanya gagal."

Saya berpikir, perjuangan dia mendapatkan post-doc panjang sekali. Seingat saya, dia sudah tinggal lebih dari 5 tahun di Jerman, sehingga dia sudah ditawari untuk mempunyai visa khusus.

"Kapan berangkat ke Adelaide? Baru aja Senin kemarin saya video conference juga dengan Professor di Adelaide!"ujar saya.
"Serius? Hahaha, bisa gini ya. Saya cari post-doc di Eropa ga dapat-dapat. Di Adelaide, kurang dari 2 minggu saya langsung dapat posisi itu disana. Terus sekarang Andy kerja dimana?"tanya dia.
"Saya masih di kampus, Kang, lagi nulis paper sisa penelitian yang lalu. Karena sekarang belum ada lowongan PNS buka, ya sementara nebeng bantu-bantu di lab. Lumayan banyak waktu luangnya."
"Oh gitu ya. Mantap lah kalau sudah ada cantolannya. Saya ditawarin di Unpad, tapi belum saya ambil. InsyaAllah bulan Juli ini saya lanjut post-doc di Adelaide."
"Mantap, Kang. Kalau di kampus saya juga belum ngajar. Karena belum banyak yang dikerjakan, saya kepikiran buat nyopir on-line, " saya nyeletuk.
"Lah, mau nyopir juga? Saya habis pulang minggu kemarin dari Wina, ini juga bawa mobil, ngejalanin Uber."
"Hahaha, kalau saya belum punya mobil, adanya cuma motor. Tapi belum sempat daftar juga, mau nulis buku aja lah sambil nunggu hasil wawancara dan bukaan PNS."

Kami berdua sama-sama ketawa ngakak di tempat penukaran uang. Ternyata pikiran kami berdua sama. Apapun pekerjaannya dan selama itu halal, kenapa harus malu? 

"Semoga sukses di Adelaide, Kang. Kalau saya kontak, berarti seleksi saya lolos" sambil saya bersalaman dengan dia.
"Tschuss, Viel Spaß!"
  
Saya senang, saya tidak sendiri. 
Acara perpisahan di apartemen saya di Leoben ketika saya akan pulang ke Indonesia, akhir Januari 2018. Kawan yang saya ceritakan disini, Doktor yang menjadi sopir ojek online, ada di foto tersebut.

Disclaimer:
Alhamdulillah kemarin, saya mendapatkan beberapa kerjaan berbeda dalam satu hari, cukup lah untuk hidup sederhana di Bandung, sambil istri menunggu panggilan untuk bekerja lagi. Saya sempat terkejut, gaji pertama yang saya terima selepas saya pulang dari Austria, ternyata masih di bawah UMR kota Bandung. Saya harus bersyukur, ternyata banyak lulusan doktor di jurusan lain (di ITB juga) yang tidak mendapatkan gaji setelah dia lulus, selama dia menunggu menjadi pegawai ITB. Dan uang yang saya terima pagi ini dari kasir penukaran uang pagi ini, itulah celengan yang tersisa selama 3 tahun di LN. Saya masih bersyukur, banyak teman saya yang lebih minus sekembali dari berkuliah di LN. InsyaAllah uang ini masih cukup untuk saya sekeluarga hingga menunggu gaji (dan semoga ada penghasilan di luar gaji, amiiiin) bulan depan.

Saya sadar, kuliah tinggi-tinggi bukanlah untuk menjadi kaya, dan ijazah hanyalah tanda sudah pernah sekolah. Kita hanyalah makhluk Allah, yang harus memberi manfaat untuk sesama. Urusan rezeki, itu rahasia Allah. Selama kita berusaha di jalan yang halal, akan selalu ada jalan.
Share:

Sunday, April 8, 2018

Taman Bumi Pelabuhan Ratu and Ciletuh

Ciletuh dapat ditempuh sekitar 7-8 jam dari Jakarta atau Bandung dengan menggunakan mobil. Kota terdekat dari lokasi ini adalah Sukabumi. Di taman bumi (Geopark) ini, kita bisa mengunjungi berbagai macam obyek, antara lain air terjun, pantai yang indah, lokasi pandang, dan tentu saja, belajar geologinya. 

1. Pantai loji (bijih besi)
Jika kita berangkat dari Sukabumi, kita akan menjumpai simpang tiga (pertigaan) sebelum mencapai Pelabuhan Ratu. Ambil sisi kiri, yang akan mengarahkan kita ke Pantai Ciawitali- Loji. Setelah 4 km, akan ada persimpangan yang ditandai dengan patung ikan dan ombak. Penting! Ambil jalan ke kanan bawah yang akan mengarahkan kita ke pantai Loji dan taman bumi Ciletuh. 

Di tepi pantai, kita bisa melihat PLTU Pelabuhan Ratu, yang mempunyai kapasitas 3x350 MW. Pantai Loji, berlokasi di sebelah Selatan PLTU ini. Di Pantai Loji, kita bisa melihat pantai yang berukuran hitam, yang mengandung banyak mineral pembawa bijih besi, seperti magnetit, ilmenit dan beberapa mineral aksesoris yang lain (mis. zirkon, rutil). Ketika kita menggali lebih dalam, kita bisa melihat lapisan yang lebih hitam, yang mengindikasikan lapisan yang mengandung kadar besi yang lebih tinggi dibanding di permukaan. 

Pasir Besi adalah endapan pasir yang mengandung partikel bijih besi (magnetit), yang terdapat di sepanjang pantai, terbentuk karena proses penghancuran oleh cuaca, air permukaan dan gelombang terhadap batuan asal yang mengandung mineral besi seperti magnetit, ilmenit, oksida besi, kemudian terakumulasi serta tercuci oleh gelombang air laut. Pasir ini juga berasal dari erupsi gunung api atau berasal dari pelapukan batuan beku yang tertransport hingga pesisir pantai. Lapisan yang bergradasi menunjukkan adanya proses sedimentasi secara bertahap, yang terus berlangsung hingga sekarang.

Kalau kita melihat peta geologi regional (lihat gambar di bawah), kita bisa melihat beberapa formasi pembawa besi umum dijumpai, misalkan dari Citanglar (Surade) dan Cimangkok (Sukalarang, Sukabumi). Pasir ini tertransport melalui sungai yang mengarah ke pesisir laut.
Peta geologi Jampang dan Balekambang (digambar oleh dari Sukamto, 1975. versi pdf tersedia disini)

2. Hotel Cipunaga (breksi)
Dari Pantai Loji, kita lanjutkan perjalanan menuju Hotel Cipunaga. Disini kita bisa menjumpai singkapan breksi volkanik yang berkontak dengan lava yang terletak persis di pinggir pantai. Batu ini adalah termasuk batuan penyusun Formasi Jampang. Formasi ini tersusun atas: 
(i) breksi volkanik, 
(ii) anggota Cikarang terdiri dari tufa dan tufa lapili berselingan dengan tufa berbatuapung, batupasir berbatuapung, tufa gampingan, batulempung tufaan, batupasir gampingan, napal tufaan, breksi, batugamping.
(iii) aliran andesit dan basal, sebagian membreksi dan ditemukan basal bantal dari anggota Ciseureuh. 
Breksi volkanik di Cipunaga
Breksi dan lava dari Formasi Jampang

3. Puncak Darma/ Pasir Muncang/ Puncak Kemiri
Walaupun penyebutan namanya berbeda-beda, lokasi ini populer dengan nama Puncak Darma. Lokasi ini tempat yang ideal untuk melihat amfiteater Ciletuh, dimana kita bisa melihat dinding dari Formasi Jampang (Miosen Bawah, 23-16 juta tahun yang lalu), lembah di sepanjang teluk Ciletuh yang tersusun dari aluvium dan endapan Formasi Ciletuh. 

Nama Puncak Darma dipopulerkan oleh Direktur CV Darma Guna yang bernama H. Opan Sopardi (alm). Di tahun 2004, pembangunan jalan menuju daerah ini dilakukan oleh kontraktor tersebut. 
 Ciletuh amphiteater dari Puncak Darma
Teluk Ciletuh (Ci atau cai= air, letuh=kotor). Air yang berwarna kecokelatan ini berasal dari sungai Ciletuh dan sungai Cimarinjung
Amphiteater Ciletuh dilihat dari arah Barat 
Citra google earth di overlay dengan peta geologi regional
Coret-coretan saya
4. Curug Cimarinjung
Air terjun Cimarinjung, terletak di Desa Ciemas, tidak jauh dari Puncak Darma. Kita cukup menuruni bukit dengan kendaraan (atau berjalan kaki), dan kita akan menjumpai 2 buah curug yang dipisahkan oleh jembatan Cimarinjung. Air terjun di sisi kiri jembatan bisa dikunjungi dengan gratis dan tidak perlu membayar biaya parkir. Kalau kita melanjutkan rute ke Curug Cimarinjung yang kedua, maka kita dipungut restribusi untuk parkir dan dana kebersihan (sukarela). Air sungai Cimarinjung sangat deras dan airnya berwarna kecokelatan. Air sungai mengalir di sepanjang batuan yang mudah tererosi, sehingga airnya yang deras mengerosi bagian bawah dan samping sungai. Hal ini mengakibatkan air sungai menjadi keruh, terutama pada musim hujan. Kalau kita melihat peta geologinya, air sungai CIletuh berasal dari hulu yang banyak mengandung endapan pasir besi (endapan besi Citanglar).  
Curug Cimarinjung yang terletak di sisi Kiri Jembatan Cimarinjung (jika perjalanan dimulai dari Puncak Darma)
 
Curug Cimarinjung dilihat dari etage atas
Curug Cimarinjung dilihat dari etage lebih rendah


5. Curug Sodong-Ngelai-Cikaret-Cikanteh
Curug di atas berlokasi agak jauh dari Curug Cimarinjung (+- 30 menit dengan kendaraan bermotor). Batuan dasar dari air terjun di atas sama seperti batuan dari Curug Cimarinjung, yaitu batupasir tufaan dan breksi dari Formasi Jampang anggota Cikarang. Air yang mengisi air terjun berasal dari Sungai Cikanteh. Curug Sodong disebut juga sebagai Curug Kembar  karena aliran airnya bercabang menjadi dua. Tidak jauh dari Curug Sodong, kita bisa mendatangi Curug Ngelai, Curug Ciateul dan Curug Cikanteh. Saya beruntung bisa mendapatkan dua buah pelangi di kedua air terjun tersebut. 

Saya jadi ingat dongeng berbahasa Jerman tentang pelangi. "Der Leprechaun und das Gold am Ende des Regenbogens". Artinya, di ujung pelangi akan muncul kurcaci dan satu panci penuh berisi emas. 

Sayang, itu cuma dongeng. 
 Curug Sodong
Curug Cikanteh 
Curug Cikanteh
Curug Ngelai. Curug ini mempunyai aliran yang sangat tinggi dan menjulur seperti lidah (ngelai dalam bahasa Sunda)
Matahari tenggelam di tepi Teluk Ciletuh
Di Puncak Darma, Taman bumi Ciletuh
Saya dan dosen saya, Pak Komang

Artikel lain tentang potensi sumber daya alam Sukabumi bisa dibaca di halaman ini . Artikel tentang Geopark Merangin pernah saya tulis di halaman ini. Selamat membaca!

Behind the scene
Tulisan ini ditulis dalam 1 minggu, karena inspirasi yang ga kunjung datang. 
Share:

Friday, January 5, 2018

Pirit, emas dan sejarah Kanada

Gold, gospel, glory

Tiga kata ini sering kita dengar untuk menggambarkan ekspedisi berbagai negara di Eropa di abad ke-16. Gold menggambarkan kekayaan (penguasaan sumber daya alam, misal rempah-rempah), gospel menggambarkan misi suci untuk menyebarkan agama, sedangkan glory artinya kejayaan. Ekspedisi beberapa negara Eropa tidak hanya menuju ke Timur (benua Asia), namun juga ke arah Barat (benua Amerika). 

Pada periode tersebut, kerajaan Spanyol sudah mengirimkan banyak emas yang didapat dari daerah kekuasaan mereka di benua di Amerika (Mexico, Peru) membuat iri Inggris dan Perancis. Kedua negara tersebut akhirnya berencana untuk melaukan ekspedisi yang sama secara sendiri-sendiri. Idenya cukup masuk akal, kalau Spanyol bisa mendapatkan emas di daerah jajahan yang baru, maka kedua negara tersebut pasti juga bisa mendapatkan sumber emas yang sama.

Alkisah seorang eksplorer bernama Jacques Cartier, berangkat dari Perancis menuju ke Barat. Cartier yang ditugasi oleh raja Perancis pertama kali menemukan delta dan pulau, yang ternyata adalah delta dari sungai St Lawrence, dan pulau yang kini dinamakan "Newfoundland". Sekembali dari pelayaran pertamanya, Cartier bercerita pada raja Perancis, bahwa dia menemukan dataran Asia, padahal sebenarnya yang dia temukan adalah Kanada.

Setahun berselang, Cartier melakukan pelayaran kembali lagi untuk meneruskan ekspedisi. Karena pada pelayaran pertama Cartier hanya mencapai delta sungai St Lawrence, kali ini Cartier masuk lebih jauh masuk menjelajahi bagian hulu dari St Lawrence. Singkat cerita, Cartier bertemu dengan seorang pemimpin suku bernama Donnacuna. Donnacuna bercerita bahwa dia mengetahui daerah yang kaya akan emas, rubi dan intan. Cartier senang mendengar cerita tersebut, dan mengajak Donnacuna ikut ke Perancis untuk menceritakan hal ini langsung ke raja Perancis.

Kesuksesan Cartier berbuah pada pelayaran ketiga kalinya untuk menelusuri sungai St Lawrence lebih jauh. Cartier juga membuat pemukiman dan benteng untuk menandai daerah kekuasaan Perancis. Di saat itu, Cartier dan awak nya menemukan mineral berwarna kuning yang mengkilat, serta mineral transparan yang tampak berkilauan. Cartier yakin bahwa dia telah menemukan daerah yang dimaksud oleh Donnacuna sebagai lahan emas dan intan. Mereka mengisi seluruh muatan kapal dengan kedua mineral tersebut dan membawanya ke Perancis. 

Patung Jacques Cartier di kota Quebec

Ternyata kedua benda tersebut bukanlah yang dia cari. Mineral berwarna kuning yang dia angkut adalah pirit, mineral kedua yang dia angkut adalah kuarsa. Karena kesalahannya itu, ada sebuah idiom dari bahasa Perancis: "faux comme les diamants du Canada" = "As false as Canadian diamonds". Pirit, (FeS2) sering disebut sebagai "fools gold", (emas tipuan?  Saya tidak tahu bahasa Indonesia-nya yang pas), karena kesamaan warnanya dengan emas. Yang membedakan, pirit itu berbentuk isometrik, mempunyai belahan yang sempurna dan tidak mudah tergores, sedangkan emas tidak mempunyai belahan yang jelas dan sangat mudah tergores. Istilah fool's gold dipakai sangat lazim, bahkan oleh band rock dari Inggris, Procol Harum. Dia membuat lagu berjudul "fool's gold". Sayangnya, saya hanya tahu lagu terkenal dari Procol Harum yang berjudul "whiter shade of pale" saja.

Tapi cerita ini belum selesai, hampir 5 abad berlalu, Kanada termasuk dalam 5 besar negara penghasil emas di dunia. Dari 10 perusahaan emas terbesar di dunia, 5 perusahaan adalah perusahaan yang berbasis di Kanada (Goldcorp, Barrick Gold, Agnico Eagle, dst), sisanya berasal dari Amerika Serikat, Australia dan Afrika Selatan. Kalau masih ingat tentang skandal emas di Busang, Bre-X juga perusahaan yang berasal dari Kanada.  

Andai Jacques Cartier datang ke sebuah lembah bernama Val-d'Or (lembah emas) dan sempat dikenalkan tentang mineral dan batuan, mungkin saat itu dia bisa membawa emas ke Perancis. Selain emas, saat ini Kanada adalah pemain besar di komoditi nikel (mayoritas berasal daerah bernama Sudbury, yang terbentuk karena meteor besar yang menghantam bumi yang menyisakan kawah dengan diameter 130 km), cobalt, platinum group mineral (PGM) dan uranium.

Tidak salah memang, untuk mencari emas, kita harus menemukan mineral asosiasinya, salah satunya pirit. Di bawah mikroskop, kedua mineral ini sering kali tertukar. Contohnya seperti ini.


Anhedral gold (bright yellow) grains in pyrite (pale yellow). Enargite (grey) precipitates in pyrite cracks. Picture 1 in PPL, picture 2 in XPL.
Butiran emas dengan tekstur anhedral (kuning cerah) mengisi rekahan pirit (kuning). Enargit (abu-abu) juga mengisi rekahan pirit. Gambar 1 nikol sejajar, gambar 2 nikol silang.
©Andy YA Hakim


Cerita ini pertama kali saya dengar dari Frank (pembimbing disertasi saya) ketika saya menemani dia berkeliling kota Quebec. Saya lebih memahami cerita lengkapnya setelah membaca buku Pyrite: A Natural History of Fool's Gold oleh David Rickard.


Canada berwarna biru, Indonesia berwarna merah
Pirit berukuran lebih dari 5 cm (maaf, ini bukan dari Kanada, tapi dari sebuah deposit kromit di Finlandia)
=====================================================
Caution
Bagian ini adalah resume salah satu kuliah yang saya ambil. Maaf kalau kurang sistematis, karena saya buat berdasarkan slide kuliah dari Frank Melcher. Emas umumnya ditemukan di Kanada dan Amerika Serikat umumnya berasal dari North American (Canadian) shield atau dari Cordillera. Beberapa komoditi lain saya tulis secara sekilas dan memang tidak bermaksud untuk mendetailkannya. 
Section below is only for those who are interested in economic geology topic. I summarized it from what I learnt in class (Regional aspect of economic geology) given by Frank Melcher. 

Major geological unit
a. North American (Canadian) Shield (Precambrian)
b. Appalachian orogeny (Paleozoic)
c. North American cordillera (Mesozoic-cenozoic)
d. North American platform


I drawed  the boundary line based on the decription of Eisbacher (1988)- Geologie der Erde. Band 2: NordamerikaSource of the image is the wikimedia site, adapted from USGS.


A. North American (Canadian) Shield (Precambrian)
From old to young
- Consolidation of Archean nuclei (2,7-2,5 Ga)
- Late Archean to early Proterozoic basic and ultrabasic (2,6 Ga)
- Hudsonian/ Penokean orogeny (1,9-1,75 Ga)
- Paleoproterozoic sediments (e.g. Huronian supergroup)
- Sudbury impact (1,85 Ga)
- Anorogenic orogeny (1,6-1,2 Ga)
- Greenvillian orogeny (1 Ga) 

A. Consolidation of Archean Nuclei Deposit:
- stratiform massive Zn-Cu sulphides (VMS)
--> ore types: massive, laminated, breccia, stringer-type
ex. Abitibi belt : Kidd Creek deposit (hydrothermal black smoker) Kidd Creek is source of indium
- Orogenic gold ex. Ontario (Porcupine district, Hemlo)
- Archean BIF (syn-genetic)
ex. Homestake type (commonly located along the contacts of ultrabasic-basic volcanic rock to sediments)
ex. Algoma type (keypoints: associated with submarine volcanic rock, siderite-hematite BIF, less-extensive than superior type)
- BIF-superior type --> up to 200 m (chemical carbonate sediments)
=iron ranges related with Dulluth gabbro (Cuyuna, stromatolitic), Biwabik Iron Formation
=textures in Superior BIF
==Cherty (oxide facies, shallow water, thick bedded, granular, massive)
==Slaty (carbonate-silicate facies, deep water, thin bedded, non-granular, laminated)
- Ni,Cu (sulphides) --> in komatiite rocks within greenstone belts
- Rare-element pegmatites Sudbury district: Ni up to 50% world production

B. Mineralization in paleoproterozoic (1,9 Hudson orogeny- Churchill province-Transhudson orogen) -massive polymetallic
-uranium/Ag in Great Bear Lake

 C. Sudbury complex (1.85 Ga)
- meteorite impact, almost near to the mantle, resulted in the lake of magma
= stratigraphy from top to the bottom:
a. Post-impact sedimentary rock (top)
b. Suevite (Onaping sediment)
c. Impact-melt layer (granophyre - quartz gabbro - norite)
d. Brecciated crater floor (bottom)
== differentiation of layered complex
== formation of Ni-Cu-PGE mineralization in sublayer and offset dikes

D. Mineralization in Middle Proterozoic clastic sedimentary basin: U, Cu, Ni
= native Cu
= sedimentary U
= thick clastic sediments, basalts and native Cu (Ni-Cu-Co Thompson,Voisey's, Duluth Complex)

E. Anorogenic magmatic province (1.5 - 1.4 Ga)
=Titanium deposits (rutile, ilmenite) in anorthosites

Appalachian-Ouchita orogen, Innuit-Ellesmere Orogen (Arctic), Antler orogen (Rocky mountains)
=Pb/Zn, baryte (VMS, SEDEX)
ex. Brunsswick no.12
=Iron ores
=Asbestos (ophiolites from ultramafic rocks around Quebec, biggest in the world)
=Rare element (Li) pegmatites


B. Appalachian orogeny (Mineralization in the forelands of Paleozoic orogens): 

Pb-Zn (MVT)
=forebulge, basinal brines
=major exploration target: forebulge unconformities, syncollisional faults and strike slip zones
==metal-bearing fluids migrate towards the marginal zones of the orogenic foreland due to hydrostatic and thermal gradients, compaction of fine-grained basin sediments and squeezing-out of basinal brines (by tectonic pressure)
==uptake of hydrocarbons and metal precipitation along permeability, boundaries, mainly in carbonates
==ore minerals: galena, sphalerite (Ag-poor), fluorite, barite, pyrite, marcasite, chalcopyrite, siegenite, bravoite. Carbonate occur as a "pod" for sulphide
==hydrocarbons and coal
==uranium (roll-front and colorado type)

C. Mineralization in the North American Cordillera

- part of the global circum-Pacific belt (Cu,Mo,Au,Ag)
==Deposits in the Lower Precambrian (>2500 Ma) 
ex. Stillwater complex (Montana),
==Deposits in the Middle and Upper Proterozoic (1500-600 Ma)
ex. SEDEX
-PGE, chromite, layered ultramafic-mafic intrusion (44 km strike length), 2.7 Ga
==Deposits in the Paleozoic (Cambrian to Carboniferous)
ex. Red Dog (Alaska)
==Deposits in the Mesozoic
ex. Stratiform VMS in volcanic rocks, porphyry copper deposits, Juneau
ex. Orogenic: Juneau, Klondike
==Upper Paleogene to recent
ex. Bingham (Utah), Climax (Colorado), epithermal vein-type Au-Ag ores

Deposit
==Disseminated Cu/Mo-porphyry (by products: Au,Ag,Pb,Zn,Mn,Fe,Mo)
==Epithermal Au-Ag
==Carlin deposit (polycyclic)

==Massive and banded VHMS (Cu-Pb-Zn) (ex: Red Dog, Selwyn)



Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *