Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Showing posts with label emas. Show all posts
Showing posts with label emas. Show all posts

Monday, June 9, 2014

Gemludug Gelundung Pengolah Emas di Bunikasih, Pengalengan



Hari Jumat lalu, baru saja saya mengunjungi salah satu perkebunan teh di Selatan Bandung, bukan untuk survey teh atau berencana survei lahan untuk diakusisi oleh pemilik baru. Tahun ini, saya dan Dosen saya, mendapatkan dana hibah untuk melakukan penelitian emas di lokasi tambang rakyat, yang berlokasi di Bunikasih, Desa Sukaluyu, Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung. Hampir 3 jam kami mencapai lokasi tersebut, mengingat lokasi nya yang sangat jauh dan terpencil. Saya memang belum pernah kesana, namun adik-adik saya di Himpunan Mahasiswa Tambang (HMT) ITB, dan Himpunan Mahasiswa Biologi (Nymphaea) ITB memang sudah pernah mampir ke lokasi tersebut untuk melakukan pengabdian masyarakat (Community Development) ke masyarakat yang berada di sekitar tambang tersebut.Misi penelitian kali ini, adalah memberikan edukasi kepada masyarakat di sekitar tambang rakyat, supaya lebih berhati-hati dalam penggunaan merkuri atau air raksa. Video aktivitas mereka bisa dilihat disini.
Dibalik hijaunya perkebunan teh yang saya jumpai di Bunikasih, ternyata sekelebat saya lihat tenda-tenda berwarna biru berada di lembah. Kalau kita berada di lokasi tambang rakyat, tenda-tenda itu menunjukkan lokasi keterdapatan tambang rakyat. Dan memang benar, di bawah tenda tersebut, banyak penambang rakyat yang sedang menggelundung batuan yang didapat dari urat kuarsa yang diambil dari dalam lubang. 



Kalau dilihat secara lebih cermat, secara mineralisasi dan alterasi, tampak komoditi tambang yang ditambang  di Bunikasih, merupakan emas, dengan tipe endapan berupa urat (vein). Urat kuarsa nampak teramati bersama-sama sedikit mineral sulfida berupa pirit dan kalkopirit. Sedangkan alterasi yang teramati adalah argillik yang didominasi oleh mineral lempung, serta alterasi propilitik yang didominasi oleh kemunculan klorit, albit dan epidot. Jika kita akan mengklasifikasikan secara lebih mendalam, tipe endapan nya merupakan endapan sulfidasi rendah. Bentuk endapan yang menyerupai urat ini mengharuskan penambang harus menambang dengan metode tambang bawah tanah. Hal ini lebih menguntungkan, karena volume tanah yang dikupas akan jauh lebih sedikit, dibandingkan dengan tambang terbuka. 



Lubang-lubang yang ada umumnya mempunyai kedalaman mencapai 40 meter, bahkan ada yang lebih. Diameter lubang pun hanya muat untuk 1 orang, sambil merayap keluar masuk dari lubang tersebut. Di dalam lubang, mereka mengikuti arah dari urat kuarsa yang berwarna putih, tanpa memberikan penyanggaan di sekitar lubang bukaan tersebut. Mengerikan, sudah banyak penambang yang akhirnya tertimbun akibat tidak adanya penyanggaan di dalam lubang. Kegiatan penambangan bawah tanah dengan metode gophering ,yaitu membuat lubang untuk mengejar bijih berharga (ore). 



Tipe endapan epitermal banyak dijumpai di Jawa Barat bagian Selatan, dan memang banyak penambang bawah tanah yang berkeliling di Indonesia berasal dari Jawa Barat, seperti dari Tasikmalaya, Sukabumi dan Garut. Saya pernah mengulas kehebatan mereka di tulisan sebelumnya, sebagai contoh kegiatan penambangan emas di Purwakarta  , penambangan di Garut , dan kehebatan penambang dari Sukabumi .



Di atas, sudah ada rekan yang siap menggerus batuan tersebut menjadi lebih kecil dengan meremukkan batuan dengan bantuan palu dan semacam alat yang digunakan untuk menggengam batuan yang dibuat dari potongan ban. Batuan yang sudah halus, kemudian dikumpulkan, untuk kemudian digelundung dalam tabung yang terbuat dari besi, untuk diputar dengan bantuan mesin atau bantuan air, yang di bagian dalamnya sudah diberi bola-bola besi. Fungsi bola besi ini adalah meremukkan batuan yang ada di dalamnya, sehingga mineral akan terliberasi dengan sempurna, sehingga emas yang semula terinklusi dalam batuan akan menjadi butiran bebas. Dalam metalurgi, istilah gelundung kita kenal dengan metode ball mill, yang ilustrasinya bisa dilihat di bawah ini.





Untuk memudahkan kerja penambang, kadang kala mereka menambahkan air raksa, yang sering disebut sebagai Kuik, yang berfungsi mengikat emas yang sudah terliberasi sehingga menjadi amalgam, yaitu emas murni yang diselimuti raksa. Amalgam yang ada, kemudian dibakar, dan ulasannya sudah pernah saya bahas di tulisan sebelumnya, tentang betapa bahayanya pengolahan tambang dengan membakar amalgam, atau istilah umumnya gebos atau menge-joss-kan emas, berdasarkan kunjungan saya ke Pongkor, Bogor.


Saya pun kebingungan bagaimana akan menutup tulisan ini, karena realita yang ada, sangat banyak penambang yang sukses berkat lubang-lubang emas tersebut, namun lebih banyak juga orang yang meninggal, bukan hanya tertimbun dalam lubang galian mereka, terutama keluarga yang dapat saja terkena dampak akibat air yang tercemar oleh merkuri. Jadi, mari kita berhati-hati dengan penggunaan merkuri.


Sumber:
http://projects.inweh.unu.edu/inweh/inweh/content/1223/IWLEARN/Outreach%20Materials/issue-1-august-2006-englishs.html



Share:

Wednesday, July 24, 2013

Gunung Api dan Potensi Tambangnya

Lautan Pasir Bromo berlatarkan Gunung Semeru dan Gunung Batok, 2013

Alhamdulillah, saya masih dipertemukan dengan Ramadhan yang penuh maghfirah di tahun ini. Susah rasanya untuk memejamkan mata malam ini, akhirnya saya mencoba membunuh waktu dengan mencari referensi tentang gunung, kemudian merangkumnya dalam tulisan singkat ini.

Kita di Indonesia tentunya tidak lah asing dengan gunung berapi. Gunung yang ada di Indonesia, umumnya terbentuk akibat adanya tumbukan antara lempeng benua dengan lempeng samudera, yang mengakibatkan adanya bagian yang terangkat, sehingga di sepanjang Aceh hingga Sumbawa, serta Sulawesi hingga Maluku, banyak ditemukan adanya gunung berapi.

Adanya tumbukan antara kedua lempeng tersebut mengakibatkan di sepanjang zona tersebut memberikan manfaat dan musibah untuk Indonesia. Sudah jelas, manfaat yang dijumpai sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia, baik ditinjau dari segi agraria, perkebunan, pariwisata, maupun ditinjau dari segi geologi dan komoditi bahan tambang. Sedangkan musibahnya, sudah jelas pada zona tumbukan dan gunung berapi, banyak dijumpai adanya potensi erupsi, letusan, maupun gempa yang bisa muncul kapan saja. Kali ini, saya mencoba mengupas gunung api dari sisi manfaat terhadap dunia pertambangan dan ilmu geologi. (Gambar subduksi oleh Gertisser dan Keller, 2003)

Mengapa gunung sangat penting bagi seorang eksplorer maupun geolog, atau orang-orang yang berkecimpung di ilmu kebumian? Karena gunung api merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan yang tidak kunjung habis untuk ibahas. Banyak ilmuwan bermunculan, karya iilmiah dihasilkan berkat adanya gunung. Dari kacamata saya yang berkutat di eksplorasi sumberdaya bumi, banyak hal yang dapat ditinjau dari segi kegunung apian, seperti ilmu kegempaan atau seismologi, ilmu tentang kegunung apian atau volkanologi, geothermal, epithermal, sangat berkaitan erat dengan gunung api. (gambar kawah Kereta Api, Kamojang, 2012)
Banyak endapan bahan galian, baik logam maupun bahan galian industri berkaitan dengan adanya gunung api. Sebagai contoh, endapan epithermal, yang menghasilkan komoditi logam emas, perak, tembaga, selalu ditemukan tidak jauh dengan gunung api. Di sepanjang jalur pegunungan di Indonesia, banyak sekali aktifitas penambangan endapan emas epitermal maupun endapan tipe porfiri, muncul akibat adanya proses diferensiasi magma dan segregasi magma, sehingga logam-logam berat dapat terakumulasi secara ekonomis, yang kemudian terkumpul menjadi endapan yang berprospek untuk ditambang. Magma, yang mengandung adanya fluida magmatik, naik ke permukaan dalam bentuk ligan ataupun ion-ion, yang akan bereaksi dengan fluida-fluida lain, serta melalui proses kesetimbangan dalam diagram fasa, akan membentuk logam-logam yang bervariasi berdasarkan temperatur pembentukannya. Darimana asalnya fluida tersebut? Salah satunya berasal dari magma, yang manivestasinya dapat dilihat di banyak gunung berapi di Indonesia. Sebut saja endapan epithermal yang ada Miwah di Aceh, Cikotok dan Cibaliung di Banten, Pongkor dan Ciawitali di Jawa Barat, Tumpang Pitu di Jawa Timur, endapan porfiri di Wonogiri, Jawa Tengah, Newmont Batu Hijau di Nusa Tenggara Barat, merupakan prospek endapan logam berharga yang muncul dan berdekatan dengan aktivitas volkanik dan di dekat zona subduksi. (gambar urat kuarsa dan pirit di tambang emas ANTAM Papandayan, 2011)

Komoditi lain yang dapat dijumpai di sekitar gunung berapi adalah panas bumi, atau yang sering disebut dengan geothermal. Geothermal, terbentuk akibat adanya sumber panas yang bersifat terus menerus(source) yang terperangkap pada batuan yang bersifat impermeable (trap). Panas yang tinggi ini mempunyai temperatur yang tinggi, dan harus mempunyai tekanan yang tinggi supaya dapat dimanfaatkan untuk memutar turbin. (kawah Sikidang, Dieng, 2012)

Karakteristik dari panas bumi adalah renewable resources (sumberdaya terbarukan) dan bersifat clean energy, dimana Indonesia saat ini menduduki 5 besar negara yang mempunyai sumberdaya panas bumi terbesar di dunia. Adanya manivestasi seperti solfatar, fumarol, silika sinter, mud pool, merupakan fenomena alam yang umumnya muncul di sekitar lokasi panas bumi, sering juga dimanfaatkan oleh sektor lain seperti pariwisata. (gambar Pak Umoh, Kawah Kereta Api, Kamojang, 2012)

Hal lain yang bisa dijumpai dari adanya gunung api, adalah produk erupsi gunung api, yaitu pasir besi. Pasir besi yang terbentuk akibat adanya letusan gunung api, umumnya mempunyai kualitas yang baik, dan mempunyai nilai ekonomis, karena mempunyai kandungan silika yang tinggi, serta habit yang meruncing. Pasir besi, umumnya terbawa ke laut melalui media sungai. (gambar batu besi, Rancabuaya, 2012)


Pasir ini tertransport dari gunung melalui sungai, dan mengendap di sepanjang lekuk sungai (meander), yang terbawa hingga muara. Hal ini yang menjelaskan asal muasal pasir yang berwarna kehitaman di sepanjang pesisir laut. Pasir besi kemudian diendapkan dengan arah yang relatif sejajar dengan garis pantai, akibat adanya pengaruh dari ombak dan pasang surut air laut. (gambar tambang pasir Gunung Galunggung, 2009)

Ulasan ini sekelumit komoditi yang berhubungan erat dengan gunung api. Masih banyak endapan lain yang dapat terbentuk, seperti obsidian yang terbentuk akibat adanya pembekuan magma yang sangat cepat sehingga membentuk amorf yang berwarna hitam dengan tekstur glass; perlit batuan piroklastik, salah satu tipe dari volkanik-glass, yang dapat mengembang dan menjadi sangat berpori ketika dipanaskan, terbentuk akibat adanya lava yang membeku dari letusan gunung berapi dan membeku dengan cepat dengan kadar silika yang tinggi, dan lain-lain. (gambar obsidian di Drajat, Garut, 2012)

Betapa banyak hubungan antara gunung dengan pertambangan, dan tentu tidak akan pernah habis untuk dibahas. Dan dalam ayat suci Al Qur'an, gunung juga disebut dalam beberapa ayatnya dengan arti sebagai berikut.

"Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? dan gunung-gunung sebagai pasak? "(Q.S. An Naba, 6-7)

“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.” (Q.S. Al Anbiya:31)

"Dan Dia menancapkan gunung gunung di bumi supaya bumi ini tidak berguncang bersama kamu" (Q.S. An Nahl, 15) 

Wallahu'allam bisshowab, masih banyak ilmu yang kita tidak ketahui, karena keterbatasan kita sebagai manusia. Sehingga, jangan pernah berhenti untuk terus mencari tahu Kebesaran Allah SWT, supaya kita semakin tunduk dan mengakui, bahwa ciptaan Allah sungguh tiada bandingannya. 

Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa) ?. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. (Q.S. An Nahl, 17) 
Saya berlatarkan Gunung Arjuno-Welirang, difoto dari Gunung Panderman, 2007
Share:

Friday, May 31, 2013

Lombong Emas yang Menggurita di Ciseuti, Purwakarta

Beberapa waktu lalu, saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi tambang rakyat yang berada di Purwakarta. Lokasi itu merupakan tambang emas rakyat yang berada di Gunung Cimuringis, Desa Ciseuti, Purwakarta. Pada daerah tersebut, dilakukan kegiatan penambangan emas rakyat, dimana di sepanjang lereng gunung tersebut, sudah banyak ditembus oleh terowongan-terowongan yang saling menggurita satu sama lain. Pada lokasi tersebut, para penambang mengambil bongkah-bongkah yang dimasukkan ke dalam karung, dimana proses pengolahannya dilakukan dengan menggelundung sampai bongkah berukuran halus. Jika penambang tidak mempunyai cukup dana untuk menggelundung batuan tersebut, mereka hanya meremukan batuan hingga sangat halus dengan menggunakan palu, kemudian didulang persis di depan lombong mereka. 

Sedikit miris memang melihat aktivitas mereka di lombong-lombong itu. Tidak semua lubang yang mereka buat di sangga oleh kayu, yang mereka sebut sebagai stake. Hanya berdasarkan intuisi dan pengalaman saja, mana yang harus disangga, mana yang tidak. Memang, ketika saya coba masuk ke dalam lubang tersebut, saya melihat sendiri, batuan yang ada di dalam sana relatif keras, dengan kondisi air yang tidak banyak. Tapi, kita tidak akan tahu bagaimana kestabilan dari lubang tersebut di masa mendatang. Sudah jelas, pada lokasi yang dekat dengan vein, alterasi akan berkembang dengan intensif, dimana alterasi merupakan kumpulan dari mineral-mineral, yang umumnya muncul sebagai mineral lempung. Pada alterasi tersebut, batuan umumnya lunak, sehingga cukup mengkhawatirkan juga membiarkan batuan tidak disangga. Dan kalau kita lihat, vein atau urat sebagai jaring-jaring yang saling menjemari satu sama lain, urat merupakan media lewatnya air, yang bisa terhubung satu sama lain. Hal ini yang dapat menjadi media yang bersifat porous, yang bisa sewaktu-waktu mengalirkan air ke dalam lombong.

Ironi memang kalau harus menangani tambang rakyat seperti ini. Bukan permasalahan yang mudah untuk Dinas terkait dalam rangka menertibkan penambang-penambang tersebut. Belum lagi, dari referensi yang saya baca dari halaman internet di Kompas dan  Pikiran Rakyat pada link berikut:
http://regional.kompas.com/read/2011/08/20/12503680/Tambang.Emas.Purwakarta.Dihidupkan.Lagi
dan http://www.pikiran-rakyat.com/node/124647 . Pada salah satu kutipan dari berita tersebut, pemilik dari lokasi tambang di Purwakarta ini adalah keluarga Panigoro, yang besar melalui Medco Group. Harusnya, kegiatan penambangan di lokasi tersebut dikelola lebih layak lagi, karena kesehatan, keselamatan para penambang, tidak sebanding dengan emas yang akan mereka dulang maupun mereka dulang untuk kehidupan sehari-hari. Lagi-lagi, pernyataan retoris inilah yang akan muncul "perlu adanya sinergi antara lembaga, baik Dinas Pertambangan, pemilik usaha pertambangan, serta penambang itu sendiri, supaya aktivitas penambangan berjalan dengan baik".


Yah, sekali lagi, saya hanya memaparkan kondisi yang ada di sekitar kita, untuk mengingatkan, banyak orang di luar kita yang tidak lebih beruntung dari kita. Kita harus banyak bersyukur, karena dunia tidak seindah nasi hangat yang terhidang di depan piring kita setiap harinya. Lakukan apa yang kamu bisa untuk duniamu, dan berkaryalah untuk kemajuan bangsa dan negaramu.




GeoEducative Blogspot
follow me: @andyyahya

Saya ketika berada di salah satu lombong emas bawah tanah di Ciseuti, Purwakarta

Share:

Monday, February 4, 2013

Metode Eksplorasi Terintegrasi untuk Delineasi Endapan Cu di Seweden, Kabupaten Blitar, Jawa Timur

Banyak penelitian yang dilakukan di sepanjang busur kepulauan di Indonesia, terutama di zona subduksi antara 2 lempeng, dimana diperkirakan pada zona-zona tersebut, terdapat banyak mineralisasi logam berharga. Seperti yang saya lakukan kali ini, penelitian untuk mengetahui karakteristik mineralisasi logam di Selatan Jawa Timur, terutama di Kabupaten Blitar.

Daerah yang saya teliti bernama Desa Seweden (baca Suweden, bukan sweden seperti mengucapkan Swedia dalam bahasa Inggris). Daerah ini terletak di sebelah Selatan Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Bulan September 2012, pada sebuah konferensi Internasional yang berjudul CINEST 2012 (International Symposium on Earth Science And Technology) yang dilaksanakan di Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat. Peserta dari konferensi sangat beragam, mulai dari tuan rumah, Indonesia; penyandang dana utama, Jepang, kemudian dari Papua Nugini, Filipina, Malaysia, Kamboja, Thailand, Mongolia, bahkan hingga Republik Ceko. Saya coba memberikan abstrak dan gambaran penelitian yang saya lakukan, dimana menggabungkan semua metode eksplorasi, dimulai dari analisis kelurusan dan alterasi, dan menggabungkan dengan data yang diambil di lapangan melalui pemetaan geologi, hingga analisis di laboratorium.



Integrated Exploration Method to Determine Cu Prospect
In Seweden District, Blitar, East Java

ABSTRAK

Wilayah Seweden terletak di jalur pegunungan Selatan Jawa menunjukkan adanya indikasi keterdapatan endapan logam polimetalik. Wilayah ini diindikasikan berada pada Formasi Campurdarat yang dicirikan oleh batugamping kristalin dan sisipan lempung, serta Formasi Mandalika yang dicirikan oleh perselingan breksi gunungapi, lava andesit-basalt, tuf, bersisipan tufan, batulanau dan batulempung.  Daerah Seweden dipilih karena daerah ini memperlihatkan jejak alterasi dan mineralisasi, serta adanya aktifitas magmatik yang tersingkap baik di lapangan. Dilakukan analisa petrografi dan analisis XRD, dimana hasil identifikasi mineral ubahan adalah kuarsa (SiO2), dickite (Al2Si2O5(OH)4) dan pirit (FeS2), dan dari hasil petrografi didapatkan mineral serisit, plagioklas, mineral kriptokristalin dan mineral opak. Batuan terubah nampak tersilisifikasi, dimana fragmen yang disusun oleh kuarsa, relik fragmen mineral terubah ke serisit. Dari hasil analisis kadar pada sampel stream sediment, bulk gold, konsentrat dulang, didapatkan kadar Au bervariasi antara 4 ppb dari sampel stream sediment, 56 ppb dari sampel dulang, 110 ppb dari grab sample, dan 293 ppb dari sampel bulk gold. Dari hasil pengamatan dan analisa, diperkirakan daerah penelitian dipengaruhi oleh adanya aktivitas hidrotermal yang mengontrol adanya mineralisasi.

=======================================================================


ABSTRACT


Seweden district is located in the mountain range of Southern Java shows the indication of polymetallic mineralization. The area of study is characterized by the crystalline limestone, claystone intercalation (Campurdarat Formation), and andesitic-basaltic-lava, porphyry lattice, rhyolite, dacite (Mandalika Formation). This area is chosen as the presence of copper mineralization, strong alteration, and magmatic activities that exposed because of the human activities. 
Aerial photo shows that the lineaments structure dominated in the area of study. Petrography and mineragraphy analysis shows the alteration mineral e.g. quartz (SiO2), dickite (Al2Si2O5(OH)4), pyrite (FeS2), sericite KAl2[Si3AlO10](OH,F), plagioclase (NaAlSi3O8) and cryptocrystalline mineral. Silicified quartz is clearly identified, where the fragment consist of quartz and sericite mineral.
Geochemical study in this area is taken by analyzing samples from stream sediment, Bulk Leach Extractable Gold (BLEG), panned concentrate and rock chip samples. Gold grades varies from 4 ppb (stream sediment sample), 110 ppb (rock chip sample), 56 ppb (panned concentrate sample), and 293 ppb (BLEG sample). Copper grades varies from 1760 oom (rock chip sample), 66 ppm (panned concentrate sample). It is predicted that hydrothermal activities in Seweden district controls the mineralization.

full paper "Integrated Exploration Method to Determine Cu Prospect In Seweden District, Blitar, East Java".


Semoga bermanfaat untuk memotivasi teman-teman untuk menulis ya. Jangan lupa, hargai jerih payah  penulisnya, dengan mencantumkan sumber penulisnya. Selamat berbagi. 

Foto bersama adikku, Achmad Rofi Irsyad, di acara CINEST 2012

Salam GeoEducative 
Share:

Sunday, January 20, 2013

Diskrasit, perak antimoni dari tanah Halmahera

Beberapa waktu ini saya dan ibu dosen saya, yang mempunyai spesialisasi mineralogi dari batuan (mineralogi merupakan salah satu cabang ilmu dari Geologi - Tambang Eksplorasi, yang mengkhususkan pada pemahaman tentang ilmu mengenai mineral), sempat dipusingkan oleh salah satu mineral yang muncul dari sampel yang kami amati berdua, yang bernama diskrasit. 

Sampel yang kami dapat merupakan sampel konsentrat, yang merupakan hasil tailing dari pengolahan emas, karena kebetulan sampel tersebut berasal dari salah satu tambang emas di Halmahera, Maluku Utara. Sebenarnya, perusahaan tersebut hanya ingin melihat, apakah masih ada emas dari pengolahan masih tersisa hingga tailing atau tidak. Simple sebenarnya. Namun, dari pengamatan, kami malah tertarik dengan satu mineral unik yang belum pernah kami temukan sebelumnya, yaitu diskrasit.

Diskrasit, atau antimony silver, dalam bahasa Inggris dituliskan sebagai dyscrasite, mempunyai rumus kimia Ag3Sb (gambar dari wikipedia). Diskrasit berasal dari bahasa Yunani dyskrasia, yang berarti campuran yang buruk atau logam yang buruk (bad mixture-bad alloy). '
Mineral ini merupakan salah satu mineral yang berasoasiasi dengan mineral perak, seperti Silver, pyrargyrite, acanthite, stromeyerite, tetrahedrite, allemontite, galena, calcite, barite. 




Mengapa mineral ini unik? Mineral ini mempunyai karakteristik yang memanjang dari pengamatan makroskopik (walaupun selama ini hanya referensi didapat dari mbah google) dan juga di bawah pengamatan mikroskopik. Mineral ini baru diketahui dari nilai peak dari XRD (difraksi sinar X). Keterdapatan di Indonesia tidak banyak. Dari sampel yang pernah diamati selama ini, hanya sampel dari Halmahera itu saja yang menunjukkan adanya asosiasi dari mineral perak ini. 


Diskrasit merupakan salah satu mineral penunjuk adanya zona mineralisasi yang berhubungan dengan keterdapatan mineral Ag, ataupun Sb. Secara nilai ekonomis, mineral ini memang jarang diekstrak untuk keperluan komersial, namun dari segi keilmuan, mineral diskrasit ini menyingkap lebih banyak tentang konsep epithermal, terutama epithermal low sulfidasi atau sulfidasi rendah, karena umumnya mineral ini ditemukan pada zona base metal pada sistem Buchanan, yang menunjukkan keberadaan mineral-mineral berat seperti Ag dan Sb. 

Kalau kita generalisasikan dengan Halmahera, dimana disana sedang dilakukan penambangan bawah tanah, kemungkinan sampel diambil dari lokasi yang dalam dan jauh di permukaan, sehingga pada sistem mineralisasi epithermal, sampel tersebut menunjukkan keberadaan dari zona base metal, yang berarti secara ekonomis, Dengan , kita bisa memperkirakan, dimana posisi relatif sampel tersebut dari model Buchanan yang ada, bahwa kita sudah hampir mendekati zona yang berwarna cokelat (pada gambar), dan mineralisasi logam berharga sudah semakin sedikit dengan kadar yang semakin sedikit pula.

Sumber:
- http://rruff.info/doclib/hom/dyscrasite.pdf
- http://www.mindat.org/min-1342.html
- http://en.wikipedia.org/wiki/Dyscrasite

Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain




follow me: @andyyahya
GeoEducative Blog
Share:

Saturday, December 29, 2012

Perlit, Panas Bumi, Emas dan Pasir Besi di Kabupaten Garut

Garut, sebuh kota berjarak sekitar 80 km dari Bandung, ditempuh perjalanan dengan kendaraan sekitar 2-3 jam menggunakan motor/ kendaraan, merupakan kota yang banyak dikenal karena domba, dodol, air panas, dan beberapa tempat wisata yang terkenal. Namun, sebenarnya banyak komoditi tambang yang bisa kita ketahui dan manfaatkan dari garut. 

Kalau coba ditengok dari geologi-nya, Garut itu termasuk pegunungan Selatan Jawa Barat. Disini, saya ga akan terlalu banyak membahas tentang geologinya, daripada nanti terlalu berat untuk dibaca, saya coba share yang dasar aja ya. Kita mulai satu-satu ya.

1. Pasir Vulkanik Gunung Guntur
Gunung Guntur atau sering juga disebut Gunung Gede yang berada di Kabupaten Garut mempunyai ketinggian 2,249 meter di atas permukaan laut, memiliki 13 kawah yang keadaannya masih aktif yaitu kawah Ayakan, Picung, Sangiang Buruan, Masigit, Japati, Geulis, Gajah, Parupuyan, Sangiang Jarian, Kabuyutan, Guntur dan Putri. Gunung Guntur mempunyai ciri khas khusus dari  “Hasil Letusan  Gunung  Api Pada  Tahun 1847,  Muntahan  Aliran  Lava membentuk Boot ujung berbentuk Tapal Kuda”. Merupakan fenomena alam yang  langka dan mempunyai karakteristik tertentu, dimana hanya dijumpai di Gunung Guntur sehingga “Perlu dilestarikan dan ditangani secara terpadu”, Baik ditinjau dari segi keilmuan khususnya ilmu kebumian atau aspek panorama alam. Akibat perubahan alam kondisi lereng Gunung Guntur dengan bertambahnya alur-alur dan semakin melebarnya alur-alur tersebut menunjukan material pasir yang turun ke kantong lahar alam terus bertambah

Kenapa pasir vulkanik disini bagus untuk dijadikan konstruksi bangunan? Karena disini pasir nya merupakan hasil erupsi dari gunung Guntur. Pasir ini masih belum terlontar jauh dari sumbernya, sehingga kalau dilihat, pasir ini mempunyai bentuk yang hampir menyudut, sehingga kalau teman-teman menggunakan pasir ini untuk bahan bangunan, ikatan antar butir nya akan melekat lebih kuat satu sama lain. Jadi, sangat logis kenapa pasir gunung berapi lebih mahal dibanding pasir pantai. :D

2. Obsidian Perlite, Samarang
Perlite dan Obsidian merupakan batuan vulkanik yang sebagian besar tersusun atas silika glass (SiO2) tanpa adanya struktur kristal. Obsidian dihasilkan dari lava riolitik yang mendingin secara cepat sehingga hanya memungkinkan terbentuknya glass sementara perlite adalah hasil proses hidrasi sekunder dari obsidian maupun tipe batuan vulkanik glass setelah pengendapan sehingga memiliki kandungan air lebih besar daripada obsidian 
Perlite merupakan produk dari proses pendinginan cepat dari magma berkomposisi riolit membentuk tipe batuan riolit glass yang amorf atau tanpa kristal. Magma riolit kental menyisakan lava yang masih mengandung SiO2 tinggi. Pendinginan lava kaya silika dengan cepat dapat membentuk lapisan endapan obsidian. 

Eksplorasi perlite di  Samarang bermula saat W. Kartawa (1974) (dalam Kurniawati 2010) pernah melakukan  peninjauan singkat yang ditujukan terhadap lokasi keterdapatan dan arah sebaran Perlite. Hasil peninjauan yang dilakukan oleh tim ini dapat diperoleh gambaran bahwa sebaran obsidian sebaran obsidian pada sekitar G. Kiamis ini berbentuk singkapan maupun bongkah-bongkah. Singkapan yang representatif terdapat di S. Cibodas, S. Cikaniri, dekat Kampung Penagan dan tebing baratdaya G.Kiamis. Arah sebaran baratlaut-tenggara dengan kemiringan timurlaut dan sebaran baratdaya-timur laut dengan kemiringan kearah barat laut. Hal ini memberikan gambaran bahwa awalnya Obsidian terdapat dalam kubah. Bongkahanya banyak tersebar mulai Kampung Gadog/ Patrol sampai barat dekat jembatan S. Cibodas (sekitar Cipanas) ke utara menyebar sampai Cibatuipis, Pangkalan, Lemahgandu dan Lereng Baratdaya G.Kiamis. Saya pernah mengunjungi tambang perlit di Thailand, yang ulasannya bisa dibaca disini.

3. Tambang Emas Aneka Tambang, Ciarinem, Papandayan

Daerah tambang emas ini, termasuk ke dalam pegunungan Jawa Barat bagian selatan dengan morfologi berupa perbukitan terjal. Litologi yang dijumpai pada wilayah ini berupa perselingan Lava andesit dan batuan Tuffa yang diprediksi merupakan formasi Waringin bedil-malabar tua dan Kancana. Formasi waringin bedil-malabar tua tersusun oleh Batu andesit dan tuffa yang tersusun oleh mineral piroksen dan horblende. Sedangkan formasi kancana tersusun oleh lava andesit (breksi autoklastika). Endapan hidrotermal ini merupakan  endapan yang letaknya relatif menempati tempat dangkal dengan tinggi suhu berkisar 500-2000 Celcius. Dalam tahap pengendapan mineral tipe ini terjadi reaksi kimia antara cairan sisa magma dengan batuan dinding celah yang dilewati cairan ini, yang dapat merubah susunan kimia maupun tekstur batuan asal itu sendiri dengan diiringi pengendapan mineral yang berharga yang dibawanya.

Di lokasi ini, PT Aneka Tambang sedang melakukan eksplorasi dan berencana untuk membuka tambang emas nya di masa mendatang. Namun mereka mendapat "partner", yaitu penambang liar. Mereka dengan bebas membuat lubang-lubang untuk mengejar urat kuarsa, yang kemudian di bawa dalam karung-karung untuk dibawa ke penggilingan. Miris memang, di saat BUMN kita harus "bersahabat" dengan para penambang liar, karena memang tidak bisa dipungkiri, tantangan sosial memang sulit untuk diselesaikan. Penertiban memang seharusnya dilakukan, sehingga keselamatan dari para penambang itu juga terjaga, karena ketika mereka membuat lubang-lubang galian, nyawa mereka hanya bergantung pada kayu yang menyangga,, bahkan jika batuannya memang sangat kompak, sangat mungkin mereka tidak menyangga batuannya. Subhanallah sekali memang.


4.  Pasir Besi Rancabuaya
Sepanjang pantai Selatan Pulau Jawa, kita ketahui potensi akan pasir besi sangat melimpah. Namun hal ini yang sering kali dimanfaatkan dengan salah, sehingga penambangan pasir besi di garis pantai sering merusak lingkungan, dan bertentangan dengan aspek tata ruang lain, seperti pariwisata dan perikanan. Endapan pasir besi merupakan produk dari rombakan proses kimia dan fisika dari batuan intermediet hingga basa atau batuan yang bersifat andesitik hingga basaltik. Pada beberapa daerah, endapan pasir besi juga diperkirakan berasal dari akumulasi hasil disintegrasi kimia dan fisika seperti adanya pelarutan, penghancuran batuan oleh arus bawah laut, pencucian secara berulang, transportasi, dan pengendapan.Endapan pasir besi juga diyakini merupakan endapan sedimenter placer. Model endapan pasir besi juga beragam, salah satunya adalah berupa lenses structure dengan kandungan magnetit yang beragam ke salah satu arah.

Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin.mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Magnetit adalah komoditas utama dalam endapan pasir besi dimana kandungan Fe nya besar dan dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri besi dan baja.Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik 
-------------------------------------
Sebenarnya masih banyak komoditi Garut yang masih belum diangkat, seperti tambang emas rakyat di Cihideung, batu mulia Krisopras di Caringin, Bungbulang, panas bumi di Kamojang dan Darajat... Tulisan lainnya saya masukkan ke dalam halaman ini tentang potensi panas bumi di Kamojang, panas bumi di gunung Ciremay serta tentang Papandayan.


Potensi daerah lain juga sudah saya tulis, untuk Sukabumi dan Tasikmalaya.


Semoga bermanfaat ya. 
Salam Eksplorer... Anda melihat, anda mengingat, dan anda akan menceritakannya kepada dunia.. 

AYAH

Di jembatan Bambu yang melintas di Sungai Cikandang, tambang Emas Ciarinem, Papandayan

Sumber:
1. Artadana, I P E, 2011. “Geologi, Alterasi Dan Mineralisasi Daerah Nyerengseng Dan Sekitarnya,
Kecamatan Cisewu,Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat”. Skripsi Sarjana. Jurusan Teknik
Geologi.UPN Veteran. Jogjakarta.
2. Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan, 2009. “Peluang Investasi dan Bisnis Bidang Energi Dan
Sumber Daya Mineral”. Pemerintah Kabupaten Garut. Tidak dipublikasikan
3. Hendrasto, M. 2009. Guntur, Jawa Barat, http://portal.vsi.esdm.go.id/joomla/index.php.
4. Kurniawati, D. 2010. “Karakteristik Perlite Gunung Kiamis Daerah Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat”. Tugas Akhir. Institut Teknologi Bandung. Tidak dipublikasikan

Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *