Garut, sebuh kota berjarak sekitar 80 km dari Bandung, ditempuh perjalanan dengan kendaraan sekitar 2-3 jam menggunakan motor/ kendaraan, merupakan kota yang banyak dikenal karena domba, dodol, air panas, dan beberapa tempat wisata yang terkenal. Namun, sebenarnya banyak komoditi tambang yang bisa kita ketahui dan manfaatkan dari garut.
Kalau coba ditengok dari geologi-nya, Garut itu termasuk pegunungan Selatan Jawa Barat. Disini, saya ga akan terlalu banyak membahas tentang geologinya, daripada nanti terlalu berat untuk dibaca, saya coba share yang dasar aja ya. Kita mulai satu-satu ya.
1. Pasir Vulkanik Gunung Guntur
Gunung Guntur atau sering juga disebut Gunung
Gede yang berada di Kabupaten Garut mempunyai ketinggian 2,249 meter di atas
permukaan laut, memiliki 13 kawah yang keadaannya masih aktif yaitu kawah
Ayakan, Picung, Sangiang Buruan, Masigit, Japati, Geulis, Gajah, Parupuyan,
Sangiang Jarian, Kabuyutan, Guntur dan Putri. Gunung Guntur mempunyai ciri khas
khusus dari “Hasil Letusan Gunung
Api Pada Tahun 1847, Muntahan
Aliran Lava membentuk Boot ujung
berbentuk Tapal Kuda”. Merupakan fenomena alam yang langka dan mempunyai karakteristik tertentu,
dimana hanya dijumpai di Gunung Guntur sehingga “Perlu dilestarikan dan
ditangani secara terpadu”, Baik ditinjau dari segi keilmuan khususnya ilmu
kebumian atau aspek panorama alam. Akibat perubahan alam kondisi lereng Gunung
Guntur dengan bertambahnya alur-alur dan semakin melebarnya alur-alur tersebut
menunjukan material pasir yang turun ke kantong lahar alam terus bertambah
Kenapa pasir vulkanik disini bagus untuk dijadikan konstruksi bangunan? Karena disini pasir nya merupakan hasil erupsi dari gunung Guntur. Pasir ini masih belum terlontar jauh dari sumbernya, sehingga kalau dilihat, pasir ini mempunyai bentuk yang hampir menyudut, sehingga kalau teman-teman menggunakan pasir ini untuk bahan bangunan, ikatan antar butir nya akan melekat lebih kuat satu sama lain. Jadi, sangat logis kenapa pasir gunung berapi lebih mahal dibanding pasir pantai. :D
2. Obsidian Perlite, Samarang
Perlite dan Obsidian merupakan
batuan vulkanik yang sebagian besar tersusun atas silika glass (SiO2) tanpa adanya struktur kristal. Obsidian
dihasilkan dari lava riolitik yang
mendingin secara cepat sehingga hanya memungkinkan terbentuknya glass sementara perlite adalah hasil
proses hidrasi sekunder dari obsidian maupun tipe batuan vulkanik glass setelah pengendapan sehingga
memiliki kandungan air lebih besar daripada obsidian
Perlite merupakan produk dari
proses pendinginan cepat dari magma berkomposisi riolit membentuk tipe batuan
riolit glass yang amorf atau tanpa
kristal. Magma riolit kental menyisakan lava yang masih mengandung SiO2
tinggi. Pendinginan lava kaya silika dengan cepat dapat membentuk lapisan
endapan obsidian.
Eksplorasi perlite di Samarang bermula
saat W. Kartawa (1974) (dalam Kurniawati 2010) pernah melakukan peninjauan singkat
yang ditujukan terhadap lokasi keterdapatan dan arah sebaran Perlite. Hasil
peninjauan yang dilakukan oleh tim ini dapat diperoleh gambaran bahwa sebaran
obsidian sebaran obsidian pada sekitar G. Kiamis ini berbentuk singkapan maupun
bongkah-bongkah. Singkapan yang representatif terdapat di S. Cibodas, S.
Cikaniri, dekat Kampung Penagan dan tebing baratdaya G.Kiamis. Arah sebaran
baratlaut-tenggara dengan kemiringan timurlaut dan sebaran baratdaya-timur laut
dengan kemiringan kearah barat laut. Hal ini memberikan gambaran bahwa awalnya
Obsidian terdapat dalam kubah. Bongkahanya banyak tersebar mulai Kampung Gadog/
Patrol sampai barat dekat jembatan S. Cibodas (sekitar Cipanas) ke utara
menyebar sampai Cibatuipis, Pangkalan, Lemahgandu dan Lereng Baratdaya
G.Kiamis. Saya pernah mengunjungi tambang perlit di Thailand, yang ulasannya bisa dibaca disini.
Daerah tambang emas ini, termasuk ke dalam pegunungan Jawa Barat bagian selatan dengan morfologi berupa perbukitan terjal.
Litologi yang dijumpai pada wilayah ini berupa perselingan Lava andesit dan
batuan Tuffa yang
diprediksi merupakan formasi Waringin bedil-malabar tua dan Kancana. Formasi
waringin bedil-malabar tua tersusun oleh Batu andesit dan tuffa yang tersusun
oleh mineral piroksen dan horblende. Sedangkan formasi kancana
tersusun oleh lava andesit (breksi autoklastika). Endapan hidrotermal ini merupakan endapan yang letaknya relatif menempati tempat dangkal dengan tinggi suhu
berkisar 500-2000 Celcius. Dalam tahap pengendapan
mineral tipe ini terjadi reaksi kimia antara cairan sisa magma dengan batuan
dinding celah yang dilewati cairan ini, yang
dapat merubah susunan kimia maupun tekstur batuan asal itu sendiri dengan
diiringi pengendapan mineral yang berharga yang dibawanya.
Di lokasi ini, PT Aneka Tambang sedang melakukan eksplorasi dan berencana untuk membuka tambang emas nya di masa mendatang. Namun mereka mendapat "partner", yaitu penambang liar. Mereka dengan bebas membuat lubang-lubang untuk mengejar urat kuarsa, yang kemudian di bawa dalam karung-karung untuk dibawa ke penggilingan. Miris memang, di saat BUMN kita harus "bersahabat" dengan para penambang liar, karena memang tidak bisa dipungkiri, tantangan sosial memang sulit untuk diselesaikan. Penertiban memang seharusnya dilakukan, sehingga keselamatan dari para penambang itu juga terjaga, karena ketika mereka membuat lubang-lubang galian, nyawa mereka hanya bergantung pada kayu yang menyangga,, bahkan jika batuannya memang sangat kompak, sangat mungkin mereka tidak menyangga batuannya. Subhanallah sekali memang.
4. Pasir Besi Rancabuaya
Sepanjang pantai Selatan Pulau Jawa, kita ketahui potensi akan pasir besi sangat melimpah. Namun hal ini yang sering kali dimanfaatkan dengan salah, sehingga penambangan pasir besi di garis pantai sering merusak lingkungan, dan bertentangan dengan aspek tata ruang lain, seperti pariwisata dan perikanan. Endapan pasir besi merupakan produk dari rombakan
proses kimia dan fisika dari batuan intermediet hingga basa atau batuan yang
bersifat andesitik hingga basaltik. Pada beberapa daerah, endapan pasir besi
juga diperkirakan berasal dari akumulasi hasil disintegrasi kimia dan fisika
seperti adanya pelarutan, penghancuran batuan oleh arus bawah laut, pencucian
secara berulang, transportasi, dan pengendapan.Endapan pasir besi juga diyakini
merupakan endapan sedimenter placer. Model endapan pasir besi juga beragam,
salah satunya adalah berupa lenses structure dengan kandungan magnetit
yang beragam ke salah satu arah.
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak
yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa,
kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin.mineral tersebut
terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit,
Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari
magnetit dan ilmenit. Magnetit adalah komoditas utama dalam endapan pasir besi
dimana kandungan Fe nya besar dan dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri
besi dan baja.Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik
dan andesitik
-------------------------------------
Sebenarnya masih banyak komoditi Garut yang masih belum diangkat, seperti tambang emas rakyat di Cihideung, batu mulia Krisopras di Caringin, Bungbulang, panas bumi di Kamojang dan Darajat... Tulisan lainnya saya masukkan ke dalam halaman ini tentang potensi panas bumi di Kamojang, panas bumi di gunung Ciremay serta tentang Papandayan.
Semoga bermanfaat ya.
Salam Eksplorer... Anda melihat, anda mengingat, dan anda akan menceritakannya kepada dunia..
AYAH
Di jembatan Bambu yang melintas di Sungai Cikandang, tambang Emas Ciarinem, Papandayan
Sumber:
1. Artadana, I P E, 2011. “Geologi, Alterasi Dan Mineralisasi Daerah Nyerengseng
Dan Sekitarnya,
Kecamatan Cisewu,Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat”.
Skripsi Sarjana. Jurusan Teknik
Geologi.UPN Veteran. Jogjakarta.
2. Dinas Sumber Daya Air dan
Pertambangan, 2009. “Peluang Investasi
dan Bisnis Bidang Energi Dan
Sumber Daya Mineral”. Pemerintah Kabupaten
Garut. Tidak dipublikasikan
3. Hendrasto, M. 2009.
Guntur, Jawa Barat, http://portal.vsi.esdm.go.id/joomla/index.php.
4. Kurniawati, D. 2010. “Karakteristik Perlite Gunung Kiamis Daerah
Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat”. Tugas Akhir. Institut Teknologi
Bandung. Tidak dipublikasikan