Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Tuesday, December 10, 2013

Sekelumit Bersepeda di Fukuoka


Saya sengaja mengambil judul yang sederhana saja, supaya bisa lebih mudah ditangkap oleh orang-orang lain, yang mungkin jarang, atau kurang tertarik dengan bersepeda. Sepertinya di pending dulu tulisan ilmiahnya, untuk bahan berikutnya (sejauh ini, saya baru kepikiran untuk menulis museum tambang bawah laut di Fukuoka, namun sementara di tunda dulu karena belum dapat inspirasinya, hehehe). Yang ingin saya bagi disini, adalah suasana bersepeda di Jepang, yang sangat berbeda dengan bersepeda di Indonesia. Rasanya tidak perlu ber-cingcong ria, langsung aja share gambar aja ya
Umumnya, pesepeda mempunyai jalur sendiri (bike lane), kadang menyatu dengan jalur pejalan kaki, kadang dipisah, namun tidak jarang berada di sisi jalan raya.
Bike lane yang dipisahkan trotoar

Ukuran bike lane cukup besar, dan tidak terhalang oleh pedagang kaki lima seperti di Indonesia


Sepeda pun punya rambu lalu lintas, ketika merah sepeda harus berhenti, 
dan ketika hijau baru boleh berjalan. Jika ketika lampu hijau berpapasan dengan mobil atau kendaraan lain, sepeda tetap diutamakan

Bike lane di pinggir pantai

Karena sedang pergantian ke musim dingin, bersepeda nya pake jaket lapis 2+baju 1 lapis, dan sarung tangan, hehehe

Sangat banyak tempat parkir sepeda disediakan, sebagai contoh parkir sepeda di sebuah pabrik.... lalu....

tempat parkir sepeda di area pusat perbelanjaan (mall) di daerah Marinoa,,,, lalu,,,,,

tempat parkir sepeda di kampus Ito, Kyushu University,,,,, dan....

tempat penyimpanan sepeda di depan stasiun (hampir di tiap stasiun ada, sebagai contoh di Stasiun Muromi).

Hal lain yang membuat saya kagum, adalah populasi sepeda yang banyak, sehingga membuat sepeda pun harus didaftarkan kepada polisi. Sebagai contoh, sepeda yang saya pinjam ternyata tidak terdaftar ke kantor polisi setempat, sehingga sepeda tersebut ditandai oleh polisi dengan kode "not registered". (maaf, saya lupa memfoto tulisannya di sepeda pinjaman saya).

Hal ini memudahkan polisi untuk melacak keberadaan sepeda, dimana teman saya yang sudah menetap hampir 6.5 tahun di Fukuoka mengatakan, bahwa dia pernah kehilangan sepeda, dan ketika dia melapor ke kantor polisi, sepedanya ditemukan kembali oleh Polisi, namun harus mengganti sekitar 2000 yen (setara dengan Rp 200.000,-).

Yah, begitu ulasan singkat tentang bersepeda di Fukuoka, saya tambahkan beberapa gambar saya selama berkeliling dari Itoshima-Ito Campuss-Meinohama-Muromi.

Di salah satu kuil di Itoshima

Hakata bay

Toko senang-senang, sepertinya yang punya orang Indonesia ya

Maksud hati mau cari jalan nanjak ke air terjun Shiraito , akhirnya terpaksa saya urungkan karena menjelang waktu sholat Jumat

Dan saya akhiri cuplikan singkat mengenai sepeda di Fukuoka dengan sepeda buatan anak bangsa, yang dipasarkan di Jepang, namun tidak di Indonesia. Araya Federal dengan bahan Cr-Mo 4130, membuat saya sangat ingin mencobanya suatu saat nanti (semoga bisa cepat kuliah di Fukuoka, amiiiin)

Full bike dari Araya Federal

Tulisan Federal. yang menjelaskan bahwa ini adalah varian sepeda touring 

Ditambah dengan tulisan di fork berbahan High Ten, yang menguatkan bahwa varian sepeda touring

Bahan dasar dari frame adalah Cr-Mo atau kromoli

Dan,,,, saya bangga sepeda ini dibuat di Indonesia


Kontributor tulisan ini, tentunya harus narsis, di Shimoyamato

Sebuah kutipan menarik: bukan tentang sepedanya, namun tentang ber-sepedanya. Apapun sepedanya, yang penting tetap nyepedah... Hidup nyepedah....

Klik Gambar untuk melihat sub-konten




Share:

Wednesday, November 27, 2013

Mengeplot Titik Bor ke Menggunakan RockWorks15

Sering kali kita mendapatkan data sebaran lubang bor dalam excel, yang harus kita plotkan ke dalam sebuah peta. Banyak piranti yang bisa digunakan untuk membuat peta sebaran bor tersebut, seperti dengan Surfer, AutoCAD, RockWork atau biasa disebut Rockware, atau dengan menggunakan piranti lunak yang lebih baru seperti Surpac maupun Minex.


Kali ini, saya coba membuat tutorial cara membuat peta sebaran lubang bor dengan RockWork15, dilanjutkan dengan merapikannya menggunakan AutoCAD 2009. Tidak susah, asalkan mau mencoba. Untuk resolusi yang lebih baik, silahkan coba akses disini youtube saya. Selamat mencoba






Klik gambar di bawah untuk melihat tutorial software yang lain. 

Share:

Wednesday, October 30, 2013

Jasper, Bongkah Merah Delima dari Pedalaman Tasikmalaya

 
Untuk menuju kesana,diperlukan waktu 4-6 jam,tergantung dari kondisi jalanan,dan cuacanya. Lokasi calon geopark ini bisa dibilang sangat terpencil,dan secara geografis,sudah hampir mendekati Kabupaten Ciamis. Sungai Cimedang, Desa Buniasih, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya merupakan lokasi terdapatnya taman batu permata, taman Jasper. Bongkah Jasper, atau disebut juga Jaspis,atau batu merah hati,tersebar di persawahan,dan juga di sepanjang sungai Medang. Jasper merupakan varian dari kalsedon, opak, kaya akan silika, dan dapat berwarna merah, cokelat, kuning bahkan hijau, tergantung pengotor yang menyusun mineral tersebut. Jasper termasuk batu mulia, karena kekerasannya yang lebih dari 7. Ada berbagai jenis batu mulia yang bisa kita jumpai, yang saya halaman blog saya yang lain tentang jenis-jenis batu mulia, dan cara membedakan marmer dengan batu mulia.






 
Sama seperti silika, jasper mempunyai specific gravity 2.5-2.9 dan sangat umum digunakan sebagai perhiasan. Istilah jasper umumnya digunakan pada batuan yang kaya akan silika, yang telah mengalami proses metasomatik atau metamorfisme. Nama Jasper berasal dari bahasa Yunani - ϊασπις (entah apa bacanya ya), dan bahasa Latin - iaspis , yang berarti menyerupai api. Jikalau orang awam melihat sekilas,mungkin mengira batu berwarna merah ini hanyalah batu bata biasa,atau yg mengenyam ilmu geologi pun bisa mengatakan batu merah ini adalah rijang (chert). Lalu apa yang membedakannya dengan rijang?

Rijang, atau chert merupakan silica dalam ukuran butir yang sangat halus, mikro-kristalin atau kripto-kristalin, dan merupakan varian dari batuan sedimen, yang dapat mengandung fosil di dalamnya. Rijang sendiri dapat berwarna-warni, bisa merah, hitam, abu, cokelat, dan sebagainya. Rijang umumnya terbentuk pada pengendapan laut dalam, sehingga jika kita menemukan adanya rijang, maka bisa jadi kita sedang berada di lingkungan pengendapan yang dulunya adalah laut dalam. Seperti di Karangsambung, terlihat adanya perselingan antara lempung merah-rijang-lava bantal. (Ilustrasi: rijang di Kali Muncar, Kampus Karangsambung).




Gambar perselingan antara batu lempung merah dan jasper, pada bagian atas nampak lava bantal
Jasper ini sudah banyak diangkut oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dan melarikan batu yang langka ini keluar negeri. Memang, secara dimensi jasper ini sangatlah besar, dan untuk menuju ke tempat ini, diperlukan perjuangan yang tidak mudah. Namun sempat tersiar kabar, bahwa investor siap mendatangkan gergaji intan, yang dapat memotong jasper dalam ukuran yang lebih kecil, sehingga lebih mudah untuk dipindahkan. Hmmm, alangkah naifnya orang yang sudah terlupakan dengan harta, sehingga keserakahan sampai membuat dia ingin mengambil sangat banyak dari dunia ini.


Daya tarik ini yang membuat banyak peneliti yang menyayangkan eksploitasi dari situs geologi yang sangat langka, yang bahkan tidak akan dijumpai di tempat lain. Sehingga muncul usulan untuk membuat lokasi ini sebagai geopark, atau taman wisata geologi. Namun untuk menjadikan daerah ini menjadi geopark tentu tidaklah mudah. Akses yang sangat terpencil menuju lokasi ini, jalan yang berbatu, dan tidak adanya dukungan dari pemerintah, membuat banyak yang akhirnya meragukan rencana geopark ini. Memang, dengan mengeluh seperti ini, tentu tidak akan membawa dampak yang signifikan, namun yang ingin saya angkat disini, bahwa untuk menjadikan suatu hal yang tidak mungkin menjadi hal yang besar, perlu adanya bantuan dari berbagai pihak. Perjuangan dari kalangan pemerhati jasper ini tidak lah cukup, kalau tidak dibantu dengan dukungan dari Pemerintah, seperti dengan membuatkan akses, sehingga wisatawan yang ingin berkunjung untuk melihat taman jasper ini, dapat melihat keindahan batu


Keelokan dari Jasper ini sudah memikat banyak peneliti, sebut saja Pak Sujatmiko dan Pak Eko Yulianto, yang sampai menerbitkan buku berjudul "Merahnya Batu Merah - Taman Jasper Tasikmalaya". Saya kutip dari http://cekunganbandung.blogspot.com/2012/02/mimpi-taman-jasper-di-tasikmalaya.html
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------



"Batu-batu ini bahkan tersebar hingga persawahan dan halaman-halaman rumah penduduk yang bermukim di Kampung Pasirgintung, Desa Buniasih, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya. Awalnya jumlahnya lebih banyak, namun kini menyusut secara dramatis. Berton-ton lainnya kini sudah hijrah ke negeri sakura. Lagi-lagi, bangsa ini kecolongan.

Menurut Sujatmiko, seorang geologis yang juga pengusaha batu mulia, fenomena Ci Medang ini sangat langka. “Di 20 negara yang pernah kami kunjungi, kami belum pernah menemukan yang seperti ini,” ujarnya. Jika dipetakan, serakan batuan merah ini tak hanya terdapat di Kecamatan Pancatengah saja, melainkan juga di wilayah-wilayah tetangganya seperti Karangnunggal, Cipatujah, hingga Cisasah.


Mengapa batuan merah ini demikian menarik perhatian, bahkan Jepang begitu meminatinya? Batuan merah yang terserak di Ci Medang adalah salah satu jenis batu mulia yang dikenal dengan nama jasper. Batu mulia dari keluarga mineral kuarsa (SiO2) ini tak hanya berwarna merah, melainkan ada juga coklat, kuning, dan hijau. Sejarah terbentuknya batuan jasper terkait dengan aktivitas kegunungapian.

Diketahui bahwa pada 25-30 juta tahun lalu, di sekitar wilayah Kampung Pasirgintung terdapat komplek gunung api bawah laut. Komplek gunung api ini dengan indahnya mengitari laut dangkal di wilayah ini.

Singkat cerita, gunung-gunung bawah laut ini meletus. Dia mengeluarkan material vulkanisnya, antara lain lava pijar. Karena bersentuhan langsung dengan air laut, maka material vulkanis yang dikeluarkan gunung api ini mengalami proses hidrotermal, suatu tahap awal pembentukan—salah satunya—batuan jasper.

Sebelum pihak Kabupaten Tasikmalaya mengeluarkan aturan menghentikan penambangan jasper di kawasan ini, penduduk setempat yang tanahnya diseraki batuan jasper sudah sempat menyewakan lahan-lahannya ke para penambang yang antara lain “berbendera” selain Jepang juga Korea Selatan. Salah satu kasus penyewaan lahan mengungkapkan bahwa untuk sewa satu tahun, pemilik lahan mendapat imbalan hingga Rp 60 juta. Jumlah yang menggiurkan, apalagi untuk warga desa yang hidup jauh dari perkotaan, tanpa harus kehilangan tanahnya. Namun jumlah tersebut sebenarnya menjadi tidak sebanding dengan nilai batuan yang ditambang, belum lagi kemungkinan kerusakan ekosistem akibat penambangan.

Sayangnya, warga setempat tampaknya kurang memiliki kepekaan terhadap lingkungannya sendiri. Padahal jika saja mereka masih memegang teguh kearifan lokal warisan nenek moyangnya, tentunya menyerahkan lahan untuk ditambang habis-habisan adalah keputusan yang bertentangan dengan keseimbangan lingkungan yang biasanya secara tradisional diwariskan temurun oleh penduduk asli setempat. Namun apa daya, kapitalisme tampaknya sudah teramat jauh menggerogoti pola hidup warga yang hidup nun di Kampung Pasirgintung, pun. (disarikan dari buku “Merahnya Batu Merah”) "
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Setelah melihat keindahan jasper, banyak akhirnya yang terkagum-kagum dan akhirnya menulis tentang taman jasper ini, termasuk saya. Memang, yang bisa kita lakukan sekarang adalah menyebarluaskan tentang apa yang kita ketahui kepada orang-orang awam di luar kita, sehingga nantinya, mereka pun akan mengerti jalan pemikiran kita yang umunya berkutat dengan batu dan batu, dan semoga mereka akan ikut menjaga keindahan alam yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa.

Klik Gambar di bawah untuk melihat artikel lain









Referensi:
1. Review Of The Mineralogical Systematics Of Jasper And Related Rocks, Ruslan I. Kostov, University of Mining and Geology “St. Ivan Rilski”, Sofia 1700, Bulgaria
2. http://cekunganbandung.blogspot.com/2012/02/mimpi-taman-jasper-di-tasikmalaya.html

Bacaan lain:
1.http://iqbalputra.wordpress.com/2010/05/29/jalan-berbatu-menuju-taman-jasper-tasikmalaya/
2.https://m.facebook.com/notes/kelompok-riset-cekungan-bandung/taman-jasper-warisan-geopark-batu-mulia/10150563522391215/?_ft_
3. http://perhimagi.blogspot.com/2010/11/taman-jasper-di-tasikmalaya.html
4.http://www.tekmira.esdm.go.id/currentissues/wp-content/uploads/2008/07/selamatkan-taman-jaspes-tasikmalaya.jpg
Share:

Thursday, October 10, 2013

Takhayul Ekonomi dan Takhayul Geologi



Tulisan ini saya kutip dari halaman ini , karena saya rasa isinya yang cukup bagus. Tulisan ini menceritakan tentang Pak Soekarno dan Pak Andang Bachtiar. Di benak saya, kedua tokoh tersebut sangat membiarkan pemikiran mereka lepas dan bebas, merdeka, walaupun kelak mungkin saya bisa salah, karena saya hanya membaca tulisan dari mereka, tanpa pernah bertemu dan berdiskusi tentang pola pikir mereka.

Namun ada hal yang saya kagumi dari mereka, bahwa mereka berdua, termasuk saya juga, yakin bahwa saat ini kita yang harus melek dan sadar terhadap apa yang kita punya dari bangsa kita. Soekarno sudah memulai tahun 1960, hampir 53 tahun yang lalu. Sekarang jaman siapa? Kita yang punya ini jaman, kita ini yang harus menjaga kemerdekaan ini. Tidak lain dan tidak bukan, pendidikan dan idealisme kita sendiri harus merdeka. Mengutip Tan Malaka,  "kalian jutaan orang Indonesia tidak akan mungkin merdeka dan maju, selama masih ada pikiran magic di pikiranmu yang tidak kamu buang". Buang takhayul Indonesia tidak bisa bergerak maju. Kita yang akan memulai. Kita yang akan memulai membangun bangsa ini. Kelak, saya akan menjadi lebih hebat dari mereka. (ilustrasi: Foto Ekskursi Karangsambung 2013 oleh Teknik Pertambangan ITB dengan tema "menjadi orang pintar")



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


TAKHAYUL GEOLOGI
Pada 11 Juli 1960 Soekarno pidato di depan pelajar-pelajar di Surakarta (Solo) yang menyinggung tentang takhayul ekonomi dan TAKHAYUL GEOLOGI (cuplikan lengkapnya saya lampirkan di bagian paling bawah tulisan ini).

Yang dimaksudkan Soekarno dengan takhayul geologi pada waktu itu adalah: persepsi umum di masyarakat tentang sumberdaya alam Indonesia yang dicekok-kan oleh Belanda ke bangsa Indonesia, bahwa:
- Indonesia tidak punya bijih tembaga
- Indonesia tidak punya arang batu yang kalorinya tinggi
- bijih emas hanya ada di Sumatra Selatan
Cara memberantas takhayul itu, kata Soekarno - dengan mencontoh RRT - ya dengan pendidikan (geologi; red.) yang benar.

Hari ini, 53 tahun setelah Soekarno pidato tentang hal itu, takhayul geologi itupun masih terus ter(di)sebar; bahwa:
- Intan di Martapura dan Kalimantan Barat itu nggak ada batuan sumbernya; meraka seolah disebar begitu saja dari “langit” masuk ke sungai-sungai purba (terus: siapa yang menguasai “kimberlite-pipe” atau “volcanic-plug” yang penuh intan primer itu ya?)

- Sumberdaya migas kita sudah habis menipis padahal sebenarnya pengetahuan dan keberanian kita untuk eksplorasi-lah yang nggak ada (karena sudah belasan tahun dikelirukan dengan konsep-konsep sesat tentang sumberdaya migas Indonesia dan dilatih hanya untuk eksploitasi tapi bukan eksplorasi)

- Cadangan emas raksasa hanya ada di papua dan sumbawa padahal masih ratusan lokasi di sepanjang jalur bukit barisan dan pegunungan selatan jawa yang masih potensial mengandung sumberdaya emas-perak-tembaga raksasa belum diteliti selayaknya (sekalian dihantam kasus tumpang tindih lahan konservasi kehutanan dan kasus lingkungan!).

- Hanya Cina yang kaya potensi dan menguasai mineral-mineral masa depan unsur tanah jarang (REE -rare earth element), di Indonesia entah ada atau tiada kita tidak pernah meyakininya, padahal sudah bertahun-tahun orang-orang luar menambangnya di perairan Riau dan juga di Kalimantan Barat sana, a/n galian C (dan kita tetap tidak mempedulikannya).

- Potensi geothermal kita luar biasa banyaknya tapi eksplorasinya sulit dan makan biaya dan komoditasnya tidak ekonomis, padahal kalau saja subsidi migas dialihkan sebagian saja ke energi hijau aman dan berlimpah itu maka kita semua dengan cepat akan terbebas dari jeratan mafia minyak yang selama ini mencekik negara dan menggantikannya menggunakan geotermal di seluruh jalur sumatra-jawa…

- Di Indonesia tidak ada cooking coal dan pemerintah tidak pernah mendata produksinya, padahal data-data eksplorasi yang bersliweran dan juga catatan-catatan jual beli di pasar Hongkong dan Singapur sana membukukan jutaan ton tiap tahun coking coal yang harganya 2x lipat harga coal biasa itu keluar dari Indonesia…

Selain butuh Soekarno 2013, kita juga butuh lebih dari seorang guru geologi yang berani melawan arus mengajarkan dan mendidik cara memberantas takhayul-takhayul itu semua.

Salam
Andang Bachtiar, Geologist Merdeka!

Memberantas Takhayul Versi Soekarno
(Cuplikan Ceramah/Pidato Soekarno di hadapan pelajar Surakarta, 11Juli 1960)

“….Di Tiongkok ada satu kampanye hebat, memberantas ketakhyulan. Ya memang, ketakhyulan harus diberantas; tetapi ketakhyulan yang diberantas di Tiongkok itu bukan ketakhyulan mengenai dhemit, memedi, jin, peri perayangan saja. Juga ketakhyulan ekonomi, ketakhyulan geologi diberantas sama sekali. Kita masih menderita penyakit ketakhyulan geologi, ketakhyulan ekonomi, karena dicekoki oleh Belanda. Misalnya berkata: Indonesia tidak mempunyai bijih tembaga. Kita percaya bahwa Indonesia itu tidak mempunyai arang batu, arang batu yang kalorinya tinggi, seperti arang batu di Inggris, di Cardiff, yang dia punya kalori 7.900 atau 8.000. Indonesia tidak punya. Ada yang berkata Indonesia itu tidak mempunyai bijih emas kecuali sedikit di Sumatera Selatan. Kita percaya. Nah, ini menjadi ketakhyulan Saudara-saudara. Takhyul ekonomis, takhyul geologi kepada kita, bahwa Indonesia hanya mempunyai bijih emas di situ, tidak mempunyai bijih tembaga. Diberantas RRT.


Cara memberantasnya bagaimana ? Pemuda-pemuda, pemudi-pemudi diberi sedikit pengetahuan hal geologi. Bijih besi itu, rupanya begini. Bijih emas, begini rupanya. Bijih tembaga, begini. Pemuda-pemuda mengerti lantas tahu: O, bijih ini begini, bijih itu begitu, dan lain-lain sebagainya; disebarkan di seluruh tanah air RRT, disuruh pemuda-pemudi itu mencari, mencari. Dan hasilnya apa ? Ternyata bahwa diseluruh RRT ada bijih besi. Dahulu orang berkata bahwa besi ada bijih besi. Dahulu orang berkata bahwa besi di RRT hanya terdapat di situ, di situ bagian sedikit daripada RRT utara. Sekarang tidak. Di mana-mana ternyata ada bijih besi. Oleh karena pemuda dan pemudinya menyelidiki - explore, katanya Inggris - explore di mana-mana, sehingga di tiap-tiap propinsi di RRT sekarang ada tanur. Tanur yaitu pembakaran bijih besi ini untuk dijadikan besi.


Nah, kita pun harus demikian. Berantas segala takhyul, bukan saja takhyul setan tetapi juga takhyul ekonomis dan geologis yang ada di dalam dada kita, tetapi agar supaya kita bisa memberantas takhyul itu, kita pertama harus mempunyai human skill. Kedua mentalitas kita harus investment yang sehebat-hebatnya; mental investment. Menjadi pemuda-pemudi yang dinamik, menjadi bangsa yang dinamik. Sebab kalau tidak demikian, kita tidak akan mengerti garisnya sejarah ini. Pak Leimena ini sudah takut saja; Wah, nanti Indonesia ini jikalau tidak progresif, verpletterd in het gedrang van mensen en volkeren die vecthen om het bestaan. Seluruh dunia sekarang ini mengejar kepada progresivitas.
(Ceramah kepada para pelajar di Surakarta, 11 Juli 1960)
Share:

Saturday, October 5, 2013

Kata Siapa Mahasiswa Baru Tidak Bisa Me-manage Waktu?

Tulisan ini saya buat 4 tahun yang lalu, dan sempat dimuat di http://ssdk.itb.ac.id/?p=98 . Dan setelah 4 tahun berlalu, saya ingin berbagi tips-tips, yang semuanya berasal dari pengalaman saya sendiri. Semoga bisa bermanfaat dan memberi warna untuk banyak orang.

Ingat, kesuksesan bukan hanya diraih dari belajar atau hal yang bersifat akademik saja. Berorganisasi, bersosialisasi dengan lingkungan, dan mengembangkan hobi, itu bisa membantu kita untuk bisa lebih berkarya lebih, dan mendekatkan kita kepada kesuksesan. Ganbatte kudasai...

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
oleh Andy Yahya Al Hakim
Banyak mahasiswa, terutama mahasiswa baru, merasa bahwa kebiasaan belajar yang dilakukannya sudah memadai dan manajemen waktu yang dilakukan sudah efisien. Terbukti di SMA dulu, mereka adalah murid terpandai atau setidaknya tidak pernah merasa kesulitan untuk mendapatkan nilai yang baik. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, beberapa di antara mahasiswa ini menyadari bahwa nilai yang diperoleh tidak secemerlang seperti ketika di SMA. Nilai A atau B sepertinya sulit dijangkau. Mengapa? Apa sebenarnya yang terjadi? Salah satu jawabannya mungkin karena keterampilan belajar, termasuk manajemen waktu yang kurang efektif. Kuliah di perguruan tinggi memang berbeda dengan belajar di SMA. Oleh karena itu, manajemen waktu yang ada mestinya turut diperhatikan.
Tidak ada satu cara yang ampuh yang berlaku bagi semua orang dalam manajemen waktu. Namun dengan mengenali diri sendiri secara lebih baik, Anda dapat menentukan bagaimana cara mempergunakan waktu dengan lebih efektif. Pelu pula diingat bahwa inti dari manajemen waktu adalah konsetrasi pada tujuan/ hasil yang ingin diperoleh, bukan hanya sekedar menyibukkan diri. Banyak orang menghabiskan hari-harinya dengan berbagai kegiatan yang seakan tiada habisnya, tetapi tidak mendapat capaian apapun. Hal ini terjadi karena kurangnya konsentrasi pada hal yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Dalam sistem kredit semester (SKS), mahasiswa diharapkan mengalokasikan waktu untuk belajar di dalam kelas sebanyak 1 jam/minggu serta di luar kelas sebanyak 2 jam/minggu untuk setiap 1 SKS. Jika seorang mahasiswa mengambil 18 SKS, maka mahasiswa tersebut harus belajar setidaknya 36 jam per minggu di luar kelas secara mandiri. Jadi, mahasiswa tersebut harus merencanakan total jam belajar di kelas dan di luar kelas sebanyak 54 jam per minggu.
Salah satu sistem manajemen waktu yang bisa dipilih oleh mahasiswa adalah sistem siklus pada setiap tahun ajaran atau setiap semester. Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulai manajemen waktu. Umumnya sistem ini dimulai dengan menetapkan tujuan (goal setting) untuk mengukuhkan konteks bagi manajemen waktu. Berikutnya adalah menelusuri penggunaan waktu dan membangun kesadaran tentang bagaimana Anda menghabiskan waktu. Tahap ketiga adalah membuat rencana, dan ini termasuk membuat to do list, rencana mingguan, rencana bulanan, dan rencana semesteran. Tahap keempat adalah memantau (self monitoring) apa yang telah dikerjakan. Pada tahap ini, Anda menilai seberapa baik Anda dalam menjalankan rencana, seberapa akurat Anda membuat rencana, seberapa tepat Anda menduga kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dan sebagainya. Tahap akhir dari siklus manajemen waktu ini adalah pergeseran dan penyesuaian waktu, dimana Anda melakukan koreksi terhadap sistem yang berjalan sebelum memulai siklus yang baru.


Setiap orang akan bermasalah dengan waktu. Masalah yang dihadapi adalah kita tidak mungkin mengubah waktu atau mengendalikannya. Kita tidak mungkin mempercepat waktu atau memperlambat waktu. Jadi, jangan lagi kita menjadikan waktu sebagai alasan masalah mengapa kita tidak bisa belajar dengan benar. Yang harus kita lakukan adalah bagaimana cara kita memutuskan untuk menggunakan dan mengisi waktu yang dijatahkan kepada kita.


Share:

Friday, September 20, 2013

Wafat, moksa, dan kesempurnaan kehidupan

Tiap anak kecil yang berangkat sekolah, selalu menantikan waktu untuk bel selesainya sekolah. Tiap orang yang berangkat bekerja, pasti menantikan waktu untuk pulang ke rumah. Sama seperti peribahasa, gunung akan kudaki, sungai akan ku seberangi, dan laut akan ku salami. Ketika pendaki naik ke atas gunung, pasti suatu saat dia harus berpisah dengan puncak yang dia tunggu. Orang yang menyeberangi sungai, tentunya mengharapkan dia bisa sampai di sisi seberang. Pun juga orang yang menyelami lautan, suatu saat dia harus kembali lagi ke daratan lagi.

Seperti itulah analogi kehidupan ini, semua hanya menumpang sejenak, karena ada awal, dan selalu ada akhir. Semua yang kita usahakan di dunia ini, tidak akan kita bawa sepeser pun ke alam kubur. Hanya nama yang tertulis di nisan lah yang akan mengingatkan orang-orang sekitar kita, bahwa kita telah tiada. Namun apa yang bisa membuat orang di sekitar kita, bahkan orang yang tidak kita kenal mengenal siapa kita? Tidak ada lain hanyalah prestasi. Prestasi seperti apa yang akan kita tinggalkan untuk orang-orang tersebut? Kenangan apa yang akan diingat oleh orang-orang tentang kita? Apa testimoni yang akan kita dengar dari orang-orang ketika kita sudah terbujur kaku kelak?

Suatu saat, Malaikat Izrail akan mencabut nyawa seseorang yang soleh sholekhah, Fulan bin Fulan. Ketika sudah sampai waktunya, Fulan bin Fulan bertanya kepada Malaikat. “Apakah seorang kekasih rela meninggalkan kekasih yang sangat dicintainya (ketika ruh meninggalkan jasad-nya)? Kemudian Sang Malaikat bertanya kepada Allah Yang Maha Tahu segalanya. Allah Yang Maha Bijaksana menjawab dengan jawaban yang sangat indah, “Apakah seorang kekasih (hamba) tidak akan senang ketika dia akan bertemu kekasihnya (Khaliq)? Hanya orang-orang yang beriman dan mempersiapkan kematian lah yang akan bahagia bertemu dengan pencipta-Nya, bukan orang-orang yang tidak mempersiapkan apapun selagi di dunia.”


Maha Suci Allah, kita dengan segala apa yang kita kerjakan sekarang, mungkin belum mempersiapkan bekal ini dengan matang. Pun termasuk juga penulis, yang mendapatkan rahmat ketika bersolat Jumat di Menteng, melihat seseorang bertubuh gemuk, menempelkan badannya pada tiang, kemudian menangis ketika mendengar khutbah yang sangat mengharukan ini. Terutama ketika dia mengingatkan sang Khotib mengingatkan pertanyaan yang ditanyakan oleh sang Khotin, “dengan siapa kah kalian akan masuk ke dalam surga Allah? Hanyakah kalian yang akan masuk ke dalam surga Allah? Dengan orang tua, keluarga, anak, istri? Atau bahkan hanya kalian saja yang akan masuk surga, tanpa orang-orang yang kalian kenal di sekitar kalian? Atau malah lebih miris lagi, kita dan keluarga tidak bisa mencium bau surga Allah. Tidak ada kata terlambat untuk memulai hal yang baik, teman-teman, terutama untuk mempersiapkan kematian.

Betapa indahnya Allah menjanjikan akan adanya kenikmatan sebanyak 99x dan siksaan hampir 99x kepada orang-orang yang sudah meninggal. Dan kita sangat bersyukur, karena kita selalu menyebutkan istilah mati atau meninggal dengan istilah yang sangat indah, yaitu wafat maupun kembali ke rahmatullah.

Di Al Qur’an, ada beberapa istilah yang menyebutkan istilah kematian, salah satunya adalah al wafat atau wafat. Wafat dapat berarti sempurna, dimana ketika dia meninggal, maka seseorang manusia telah mengalami semua hal yang ada dalam hidup, dan Allah menyempurnakan dalam kematian.

Ya Ayyatuhan Nafsul Muthmainnah. Irji'i ila rabbiki raa dhiyatam mardhiyyah. Fadkhuli fi 'ibadi. wadkhuli jannatii...

Wahai jiwa yang tenang, kembalillah kepada tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhoi-Nya. maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba Ku. dan masuklah ke dalam surga-Ku [Qs. Al-Fajr : 27-30]

Sama seperti di dunia pewayangan, yang menyebutkan istilah moksa untuk kematian yang sempurna, seperti ketika werkudara alias Bima, Puntadewa, Arjuna, Nakula dan Sadewa yang meninggal secara sempurna setelah perang Bharatayuda. Gunungan di tengah-tengah kelir dalam pewayangan, yang melambangkan dunia yang fana ini, dan bisa berganti-ganti cerita, tergantung oleh Sang Dalang, sama seperti dunia kita, yang hanya sesaat, tidak ada yang abadi, karena ada Allah yang mengatur semuanya.

Share:

Tuesday, September 10, 2013

Mineralization Study of Ringin Putih Vein, Southern Mountain Part of East Java, Indonesia

Link Download -------> Paper

Abstract

Ringin Putih district is located in the Southern Mountain Part of East Java. This area shows the epithermal system indication which is a part of the Early Cretaceous tectonic evolution of the Sunda-Banda arc. The lithologies of the Ringin Putih area are dominated by an andesitic-basaltic lava, tuff, clay, and pyroclastic rocks. The mineralization indications are characterized by the copper mineralization and the presence of ubiquitous sulphide minerals. Petrography, mineralogy, X-Ray Diffraction (XRD) analysis was conducted in order to obtain the basic data for the mineralization and alteration properties. The indication of quartz-feldspar-actinolite (?)-epidote-chlorite, often with magnetite facies, indicates that the sample represent propylitic alteration, that is caused by the iron and the sulfur-bearing hydrothermal fluids; whilst the pyrophyllite-quartz-sericite-illite is correspond with the illite-kaolinite group minerals, and represent the phyllic alteration. Pyrophyllite-rutile are tend to be formed in the acidic environments and the oxidized fluids; while the smectite-illite-chlorite-epidote-biotite were formed in the near-neutral pH and reduced fluids. The transition from the acidic-oxidized fluids into the near neutral-reduced fluid gives the preliminary indication of fluids from the great depth and fluids from the near surface water.


INTRODUCTION
The magmatic arc system in Indonesia is the result of a complex history of tectonic events including the plate subduction and the arc magmatism. The Sunda-Banda volcanic island arc is the longest arc in Indonesia, extending from Aceh to East Damar (Carlile and Mitchell, 1994). Based on Van Bemmelen (1949) physiography, the area study is located in the Southern Mountain Part of East Java, with normal fault as a dominant structure, that potentially control the circulation of magmatic fluid and mineralization.

The Southern Mountain belt of East Java and the Southern part of Cianjur as a part of the Southern part of mountain belt of Java are thought to have potentially metallic mineral deposits, as well as the products of subduction. In general, these areas are underlain by the various volcanic-sedimentary rocks that are of Tertiary to Quaternary in age and some igneous rocks that are locally attributed to the formation of hydrothermal alteration and mineralization (Widodo et. al., 2002; Widodo, 2003).

Widodo et. Al. (2002) conducted semi-detailed investigations during the cooperative exploration of DIM-JICA in Blitar, East Java and Cianjur, West Java. Widodo (2003) also invent the ore mineral in Malang District, Lumajang District: Tempursari (Lumajang District), Seweden (Blitar District) and Suren Lor (Trenggalek District).

Sulistijo (2010) carried out detail field sampling for the ore minerals in Blitar and Tulungagung District, including Gunung Gede and Ringin Putih, Blitar. The study of geological and hydrothermal alteration in Sumberboto and vicinity were conducted by Permana (2011).
Hakim and Sulistijo (2012) studied the combination of satellite imagery, geological prospecting, geochemical study and mineralogy analysis to analyze the copper prospect in Seweden, Blitar.
This study aimed to elucidate the ore-forming minerals by optical mineralogy and mineragraphy analysis, and obtain basic data for the mineralization characteristics in Ringin Putih district.

GEOLOGICAL CONDITION
Sumatra and Java is a system of Sunda Banda arc, as a results of the convergence betwen Indo-Australian arc and Eurasian arc in Cenozoic. Sunda Banda arc lies from Northern Sumatra (Aceh), Java, Nusa Tenggara, until Banda Island. (Katili, 1975; Hamilton, 1979; Carlille and Mitchel, 1994).
Regional stratigraphy in the area of research is dominated by the product of volcanic activity, intrusive rock, and limestone. Pacitan, Ponorogo, Wonogiri, and Blitar, located in the Old Volcanic Metallogenic, formed in Mandalika Formation, and sediment rock from Arjosari Formation (Samodra et.al., 1992).
Mandalika Formation is the oldest formation (Oligo-Miocene) that appears in the location of study. The most prospective host for mineralization lies on the Mandalika Formation (Oligo-Miocene). Mandalika Formation consists of andesite-lava-basalt, porphyry latite, rhyolite and dacite. Andesite lava is dominated by pyroxene, andesite, hornblende, and trachyte andesite that can be altered into propylitic, further more can be altered into kaolinite.

Campurdarat Formation formed in Early Miocene, consists of crystalline limestone and claystone intercalation (Siregar and Praptisih, 2008). Four carbonate facies have been recognized within this formation. Packstone facies comprising three subfacies i.e. nodular packstone subfacies, algal foraminifera packstone subfacies and milliolid packstone subfacies developed in back-reef, lagoon and tidal channel environments. Float stone facies were deposited in back-reef and reef-zone environments. Rudstone facies interpreted to be deposited on the reef-flat. Boundstone facies which forms the reef-core can be devided in two subfacies i.e. bafflestone subfacies and framestone subfacies. These boundstone facies were deposited in reef-crest – reef-front environments. The Campurdarat carbonate rocks are interpreted to represent a barrier-reef of Early Miocene age with the back-reef part towards the South and the reef front part towards the North (Siregar and Praptisih, 2008).

Intrusive rock (Oligocene-Miocene) that is consisted of dacite, diorite, and tonalite intruded the Mandalika Formation and the Campurdarat Formation. Dacite crystal form in fine-coarse grained, color in white-grey consists of porphyritic with bipiramidal phenocryst quartz, feldspar, hornblende, and ore mineral (Permana, 2011 in Samodra, 1992).


Other section shows in JPG version. Do not hesitate to have a any discussion, with this topic. 











Share:

Tuesday, August 13, 2013

[INVITATION] Pernikahan Vidya dan Yahya



Bismillaahirrahmaanirrahiim


Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Maha suci Allah yang telah menciptakan makhluk-Nya berpasang-pasangan. Ya Allah atas kemurahan-Mu perkenankan kami menikahkan putra-putri kami :

Vidyasari, S.Farm, Apt
Putri bungsu Bpk Sukisnarso dan Ibu Siti Yulaekha
(Wonosobo – Jawa Tengah)

Dengan

Andy Yahya Al Hakim, ST. MT.
Putra Sulung Bpk Dr. Eddy Sutadji, M.Pd. dan Ibu Anis Isrofin, M.Pd.
(Malang – Jawa Timur)

Untuk mengikuti sunnah Rasul-Mu, membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warahmah, serta memperoleh keturunan yang soleh dan solehah.

Akad nikah :
Minggu, 1 September 2013
Pukul 07.00 WIB
Bertempat di rumah mempelai wanita (Jl KH Ahmad Dahlan, Gang Cemara Indah 2, Kav. 36, Wonosobo)

Dengan kerendahan hati, kami mengharap kehadiran Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari pada resepsi pernikahan putra putri kami yang insyaallah diselenggarakan pada :
Minggu, 1 September 2013
Pukul 11.00 – 14.00 WIB
Bertempat di Gedung Sasana Adipura Kencana
Jalan Sindoro 2 – 4 Wonosobo

Unduh mantu :
Sabtu, 14 September 2013
Pukul 10.00 - 13.00 WIB
Bertempat di Gedung Sasana Krida Universitas Negeri Malang
Jl Veteran Malang

Merupakan suatu kehormatan dan kebahagiaan bagi kami apabila Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari berkenan hadir untuk memberikan do’a restu kepada putra putri kami.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kami yang berbahagia,

Keluarga Bpk. Sukisnarso dan Ibu Siti Yulaekha

Keluarga Bpk. Dr. Eddy Sutadji, M.Pd. dan Ibu Anis Isrofin, M.Pd.






Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *