Conversations with the Earth

Endapan mineral di Finlandia dan Swedia

Perjalanan saya ke lingkaran kutub utara

Atlas of ore minerals: my collection

Basic information of ore mineralogy from different location in Indonesia

Sketch

I always try to draw a sketch during hiking

Apa itu inklusi fluida?

Inklusi fluida adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya fluida yang terperangkap selama kristal tumbuh. Gas dan solid juga bisa terperangkap di dalam mineral.

Situ Cisanti di Pengalengan, Bandung

50 km dari Bandung, Situ Cisanti terkenal karena menjadi sumber mata air sungai Citarum

Friday, January 6, 2017

Inferiority Complex: perlu ga sih?

Kita ini kaya akan keberagaman dan keramahan lokal, kenapa kita harus malu, merasa rendah diri alias inferior dan parahnya bisa-bisa tidak menghargai budaya kita sendiri? Kita ini harus bersyukur karena kita ini beragam dan bisa unggul dengan budaya kita.

Saya beri contoh: bambu, wayang dan matahari.
- Bambu: makan dengan alat makan dari bambu itu merupakan sebuah kemewahan, begitu menurut pandangan iklan peralatan makanan berbahasa Jerman "Soehnle". Jadi kalau kita makan nasi bakar dalam bambu, harusnya kita bisa berbahagia dan mempromosikannya sebagai kekayaan alam Indonesia.
- Wayang: tidak ada yang menyangkal kalau wayang adalah output dari tingginya peradaban nenek moyang kita. Seni bertutur dalam cerita, mendongeng sudah ada sejak 930 Masehi. Cerita dalam pewayangan mengisahkan kebaikan akan mengalahkan kebatilan, raja yang adil dan romansa percintaan. Bukan saatnya lagi bilang "ndeso" terhadap budaya sendiri, apalagi mencibir.
- Matahari: tahukah teman-teman, banyak turis negara non-tropis merindukan matahari? Matahari bersinar sepanjang tahun, buah melimpah, agraria berkembang, kenapa kita tidak mensyukuri nikmat yang gratisan ini?

Tidak perlu merasa rendah diri. Tiap orang, bahkan bangsa, punya kelebihan dan kekurangan. Kalau negara tetangga promosi punya salju, berarti dia memanfaatkan kekuranhan mereka akan matahari untuk hal yang positif (padahal ya, banyak orang dan alat transportasi "kepeleset" gara2 salju).
Kelebihan bukan untuk disombongkan, namun untuk tahu arah mengembangkan potensi untuk kemakmuran (kalau itu negara) dan kesuksesan (kalau itu perorangan). Tidak perlu minder dengan kekurangan, diamini saja, toh itu jadi motivasi buat memperbaiki diri.


noun
  1. an unrealistic feeling of general inadequacy caused by actual or supposed inferiority in one sphere, sometimes marked by aggressive behaviour in compensation.

Share:

Friday, December 30, 2016

Mikroskop elektron pada mineral (SEM/EDS dan EMPA)

Biasanya, seorang geologis atau mineralogis membutuhkan pengamatan dengan mikroskop dengan perbesaran yang lebih tinggi,sering kali karena mineral tersebut terlalu kecil, atau kita memerlukan komposisi detail dan menentukan nama mineral dari komposisi kimianya. Sebelum saya menjelaskan mikroskop elektron, ada baiknya saya jelaskan dulu tentang SEM-EDS dan EMPA, kemudian tentang detektor WDS dan EDS.

SEM-EDS : scanning electron microscope energy dispersive system
- kadang-kadang ada yang menulis EDX, ada yang menulis EDAX, sebenarnya sama saja
kelebihan: 
- analisis cepat, murah, 
- jarang (bahkan kadang-kadang) tidak perlu menggunakan kalibrasi. sering kali menggunakan standard internal 
kekurangan: 
- tidak dapat memisahkan spektrum yang berdekatan seperti Mo, Pb dan S (contoh: galena, molibdenit)

 

Contoh pengamatan menggunakan SEM-EDS pada mineral sfalerit yang sudah di "bor" dengan laser (LA-ICP-MS). 

EMPAelectron microprobe analyses
- menggunakan detektor WDS, bukan seperti SEM yang menggunakan detektor EDS
- untuk keperluan scientific (data kuantitatif dari mineral) 
kelemahan:
- mahal
- perlu melakukan kalibrasi dengan standar yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang relevan
kelebihan
- dapat membedakan spektrum yang saling berdekatan
kekurangan:
- mahal, membutuhkan waktu untuk kalibrasi 

Apa itu detektor WDS dan EDS?

Perbedaan EDX dan WDX bisa dilihat dari gambar di atas, yang merupakan spektrum molibdenit: warna kuning adalah spektrum EDS, warna abu-abu adalah spektrum WDS. Karena spektrum Mo dan S sangat berdekatan (hampir overlapping), mineral tidak dapat dibedakan menggunakan pengamatan SEM-EDS. sumber: SERC Carleton

SEM umumnya menggunakan satu detektor EDX, sedangkan electron microprobe menggunakan hampir 5 sensor WDX. Jadi bisa dibayangkan perbedaan ketelitiannya.
SEM-EDX (Axio Zeiss) di kampus saya di Leoben


 Pengamatan dengan electron microprobe (EMPA) di Leoben
Mineral zircon

Apa itu pemetaan elemen?
Pemetaan elemen atau element mapping adalah pengamatan semi-kuantitatif pada sampel (misalnya mineral) dengan memilih elemen yang ingin diketahui, hasil dari pemetaan elemen adalah gambar yang menunjukkan distribusi elemen berdasarkan tingkat kecerahannya.
Fotomikrograf di atas adalah dolomit (Ca,Mg(CO3)2). Yang berwarna merah-kecokelatan adalah siderit (FeCO3) . (arahkan pointer untuk melihat pengamatan di nikol sejajar)
Pengamatan menggunakan SEM. Mineral karbonat di atas disusun terutama oleh elemen Ca-Mg-Fe-O. Adanya zoning teramati jelas pada tingkat kecerahan spektrum Ca,Mg dan Fe 

Topik tentang pengolahan data dengan mikroskop elektron bisa diakses di halaman ini.

Selamat tinggal 2016, selamat datang 2017.

Update 13 Januari 2017:

Ore microscopy

Topik lain tentang mikroskop bisa dilihat di halaman ini




Share:

Saturday, December 24, 2016

Sumberdaya Alam Mineral dan Batubara Indonesia: saat ini dan masa depan


Tiap narasumber hanya diperkenankan 10 menit paparan dalam 10 slide, jadi video dibawah tidak terlalu lama dan langsung menjelaskan inti permasalahannya.

Video lengkap bisa di streaming di fb ITB 2006











Share:

Wednesday, December 7, 2016

Devide et impera

6 Desember. Semalam saya diundang untuk menghadiri acara Barbara feier yang diadakan di jurusan saya. Acara ini setahun sekali dan masih diterapkan di kampus saya, karena Santa Barbara adalah pelindung untuk orang-orang yang bekerja di tambang, begitu menurut kepercayaan Katolik. Lebih dari 50 orang datang, termasuk mahasiswa dan dosen. Makanan gratis, minuman bayar sendiri, kelipatan 5€. Saya beli kupon paling murah dan mengambil jus jeruk 0.5L seharga 1.5€. Sepertinya, hanya saya saja yang ambil non-alkohol di malam itu.Sisa 3.5€ karena ga bisa ditukar uang lagi, ya sudah saya bawa pulang saja daripada saya kasihkan ke teman malah dibuat beli bir. 

Selama acara, saya berbincang dengan kawan Erasmus dari Yunani dan mahasiswa lain dari Jerman. Mbak dari Yunani mengagum-ngagumkan tempat asal dia dan mengajak kami mampir. Pulau yang indah, dihuni hanya 300 penghuni saja dan dihiasi oleh pemandangan laut Aegea. Teman saya berasal dari Jerman Barat, sebuah desa kecil, hanya 800 orang saja. Giliran saya, saya cerita di kota saya bekerja ada sekitar 3juta orang. Mereka berdua kaget. Akhirnya mereka membuka google maps, dan terkejut kalau di Indonesia ada sekitar 13-17ribu pulau, yang kalau dibentangkan mulai dari London sampai Istanbul.

Si kawan dari Jerman menanyakan, berapa lama kalau pulang sampai bertemu orang tua? Saya bilang, minimal 1,5 hari saya baru bisa bertemu, karena orang tua saya ada di Malang. Perjalanan dari Leoben-Wina-Jakarta-Surabaya-Malang sudah cukup membuat mereka "nggumun", jauh juga ternyata. Saya bercerita, Indonesia itu heterogen. Hampir 700 suku bangsa, 300 bahasa, tapi minimal, semua bisa berbahasa Indonesia. 

Si mbak dari Yunani itu merespon, walah, negara saya ga ada apa-apanya dibanding Indonesia. Dia juga bercerita, ada kawannya yang bikin pengumuman untuk bisa menikah dengan orang US atau Eropa, supaya bisa dapat US citizenship ataupun mobility ke berbagai negara seperti Jerman. Memang berkewarganegaraan Jerman itu enak, konon katanya paspor Jerman adalah paspor paling hebat di dunia yang punya bebas akses ke 177 negara. 

Saya, masih bersyukur dengan kewarganegaraan Indonesia. Ada yang pernah menanyakan, "ISIS itu menurutmu seperti apa?" Saya jawab, "ISIS itu bukan Islam. Islam itu dari kata "Salama" yang artinya "selamat, damai", selama dia tidak bisa menyebarkan kedamaian, dia bukan Islam. Di Al Qur'an, kami tidak pernah diajarkan untuk membuat kerusakan di muka bumi ini, malahan harus menyebarkan kedamaian."

Saya paham mengapa dia menanyakan itu kepada saya. Di Eropa, beberapa kawan yang saya jumpai tidak memeluk agama. Hidup mereka bebas, namun  kadang-kadang mereka menanyakan kepada saya tentang Islam, atau menanyakan kawan Erasmus lain dari Finlandia yang Kristen Ortodok, karena keinginan tahu yang cukup besar. Orang-orang terdidik lebih paham bagaimana harus bersikap terhadap perbedaan itu, itu keyakinanmu, silahkan laksanakan dan tidak akan saya ganggu. Teman saya dari Jerman yang besar di perkebunan anggur dan kuat minum birnya tidak berminat untuk men-cekok-i saya dengan bir, sekali saya bilang tidak, dia paham, itu keyakinanmu.

Saya jadi garuk-garuk sendiri dengan pemberitaan akhir-akhir ini. Sedih rasanya ibu pertiwi jadi runyam seperti ini. Kalau kita menempatkan permasalah pada porsinya, jika permasalahan itu disebabkan oleh 'oknum', ya oknum itu lah yang selayaknya di periksa secara hukum, tidak perlu menyangkut-nyangkutkan dengan agama dari oknum tersebut. 

Sama seperti pertanyaan yang diajukan ke saya tentang ISIS, apakah ISIS itu Islam? Bukan, dia bukan Islam. Apakah Islam mengajarkan untuk mengganggu agama lain? Tentu tidak, bagiku agamaku, bagimu agamamu. Jadi apakah layak menempatkan segelintir orang yang 'memancing di air keruh' dan menganalogikan menjadi keseluruhan. Nein, ini bukan seperti peribahasa 'gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga.' Ini masalah oknum dengan aparat berwenang, yang semoga aparat bisa menyelesaikannya dengan tepat. Jika ingin menginterogasi tentu tidak susah. Foto orang-orangnya sudah ada, ditanya dan kalau memang bersalah ya di proses. As simple as it seems.

Saya ga mau kejadian jaman dulu terjadi lagi. Politik adu domba yang dilakukan oleh Belanda untuk memecah belah bangsa Indonesia. Belanda tahu kondisi saat itu yang heterogen, dimana jika menyerang secara fisik, bisa jadi strateginya terhadap negara jajahannya tidak akan berhasil. Tidak perlu tidak menyerang frontal secara langsung, keberagamannya lah yang diserang. Sekarang sudah berapa puluh tahun dari kejadian devide et impera dari Belanda, masak harus kita ceritakan kepada anak cucu kita, bahwa kita pun sempat merasakan hidup di jaman adu domba seperti ini. 

Saya merasa, di antara kita, ada orang yang sengaja memecah belah keberagaman itu. Siapa yang menjajah? Ya anak bangsa kita sendiri. Saya punya ide untuk menangkalnya. Mas, mbak, semua yang membaca pasti sudah dewasa dan bisa menyikapi, apakah berita ini sudah benar, mana kantor berita yang busuk, apakah agama ini seperti itu, silahkan dinilai sendiri. Kita sendiri lah yang menciptakan jarak, bukan kantor berita. Semua kontrol ada di tangan kita, kita bisa membuat orang menjauh dari kita, namun kita juga bisa merangkul mereka untuk lebih dekat.

Kalau versinya band jadul dari  Jerman seperti ini:
Do you ever ask yourself
Is there a Heaven in the sky
Why can't we stop the fight

Cause we all live under the same sun
We all walk under the same moon
Then why, why can't we live as one 

(dipopulerkan oleh Scorpion - Under the same sun)

7 Desember 2009 dulu saya pernah menulis di laman facebook saya. 
Perbedaan akan menjadikan kita sadar, dan akhirnya mengetahui bahwa dengan saling menghargai dan menghormati, kita bisa menjadi manusia yang dewasa.

Kalau kata om Armand Maulana, 
"Perdamaian, perdamaian, 
banyak yang cinta damai, 
tapi perang semakin ramai"

Mengisi kemerdekaan dengan hal yang positif itu sama beratnya dengan meraih kemerdekaan itu dari penjajah. Indonesia itu indah karena beragam. Sekarang sudah 2016, jadi, maju dong, masak mundur lagi. 

Salam damai,
AYAH










Share:

Tuesday, November 22, 2016

Blank diagram for silicates-oxides and various geothermometry

Update 13 February 2017
- Thermocalc - Practical Aspects of Mineral Thermobarometry


Several diagram had been digitized for my academic purposes. This page will be updated continuously. Click the author name to access the original manuscript. In case you need the original paper, just drop me message and do not hesitate to contact me. Enjoy 

Zr-Zr/Y diagram - discrimination diagram, classifying basalt origin
Pearce, J.A., and Norry, M.J., 1979, Petrogenetic implications of Ti, Zr, Y, and Nb. Variations in volcanic rocks:  Contributions to Mineralogy and Petrology, v. 69, p. 33-37.

download xls
Zr-Nb-Y - basalts tectonic setting discriminants
Meschede, M., 1986, A method of discriminating between different types of mid-ocean ridge basalts and continental tholeiites with the Nb-Zr-Y diagram: Chemical Geology, v. 56, p. 207-218.

Plagioclase classification - clasifying plagioclase 
Deer,W. A.; Howie, R. A.; Zussman, J. (2001): Rock-forming minerals.  Volume 4A, Framework silicates. Feldspars/  W.A. Deer, R.A. Howie, J. Zussman. 2nded. London: Geological Society


Chlorite classification
Chlorite geothermometry
Mica-muscovite-phengite geothermometer

Share:

Tuesday, September 27, 2016

Carbonate is cool, am i right?

Ketika terendapkan, karbonat dari lautan yang dangkal akan membentuk laguna (EN-lagune, DE-lagoon). Karbonat dari laut dangkal akan membentuk lapisan yang berstrata, sehingga dengan jelas dapat kita lihat dan ukur perlapisannya. Karbonat jenis ini umumnya menyimpan fossil, umumnya alga (algae).


Karbonat dari laut lebih dalam akan membentuk terumbu (EN-reef, DE-riff) dan berbentuk menyerupai koral. Berbeda dengan karbonat di laut dangkal, tipe karbonat ini kristalin, sehingga kita tidak dapat menghitung arah perlapisannya. Di lokasi ini, dijumpai juga "great oolith" (oolite adalah tekstur di batuan sedimen yang berbentuk melingkar atau konsentrik, yang terbentuk karena pengaruh arus laut yang kuat. 
Kalau sekarang karbonat terendap dengan elevasi yang hampir sama, apa yang sudah terjadi? Selama berjuta tahun, terjadi tumbukan yang sangat kuat, yang mengangkat batuan karbonat dari laut dalam, sehingga karbonat dari laut dalam seakan-akan menindih karbonat dari laut dangkal.

Karbonat sangat mudah bereaksi dengan air. Ketika karbonat larut, maka sering kali kita karbonat tersebut larut dan membentuk dolina, yang berbentuk seperti kubah dan cekung. Kalau pelarutan terjadi sangat intensif, maka lubang tersebut lama-lama akan menjadi besar dan akan membentuk karst atau gua. 

Selesai
Karwendel mountain, 2016




Share:

Sunday, September 4, 2016

Untuk abah dan umi disana

"Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza
dst"

2005, Bioskop Sarinah, Malang. Disana saya pertama kali kenalan dengan nama Soe Hok Gie. Seperti anak muda yang sedang mencari sosok panutan, nama dia langsung melesat ke nomor satu. Perlahan, ada nama-nama lain yang mengisi daftar itu, keluar masuk. Norman Edwin, Tan Malaka, Paimo, Jendral Hoegeng dan yang sempat membekas agak lama, Pramoedya. Beberapa karya sastra lain sudah masuk ke kardus yang sekarang ada di rumah bapak ibu mertua saya di Wonosobo. Biografi Nabi Muhammad, karya STA, hadiah dari adik saya tentang guyonan Cak Nun dan Emha, biografi Sutan Sjahrir, asal usul komunis karya Ruth Mcvey, dll, semua tersimpan di kardus itu. Saya kepikiran buat bikin perpustakaan kecil-kecilan, trus di data dan di cap, siapa tahu nanti bisa besar jadi seperti perpustakaan pataba (perpustakaan anak semua bangsa milik Pram) di Blora atau perpustakaan bung hatta di Bukit Tinggi. Mimpi ga salah toh.

Kembali ke Soe Hok Gie. 
"Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza
dst"

Penulis itu biasanya rajin membaca buku, tanpa membaca, darimana bahan yang ditulisnya? Itu yang diajarkan oleh bapak untuk saya dan adik saya. Semasa kecil, saya dan adik paling senang kalau diajak ke toko buku di Jalan Majapahit, Malang, soalnya kami pasti dibelikan buku, entah komik, cerita anak atau buku-buku lain. Umur bertambah, ketertarikan tentang komik berkurang, akhirnya berubah jadi buku. Kami diajari untuk menyenangi membaca. Mulai buku fikih dan sejarah islam, novel, cerita hantu (goosebumps), komik, sastra, terserah, asal disesuaikan dengan umur kami saat itu. Saya jadi ingat, ketika teman-teman SD pada main tamagochi, saya ga dibelikannya, mendingan buat buku. Bahkan sampai sekarang, saya ga ngerti cara memainkannya seperti apa dan barang itu belum sempat terbeli hingga 2016 ini (entah masih ada yang jual ga ya).

Di rumah, bapak saya yang dosen teknik mesin sering dapat orderan membuat lemari buku dari papan. Saya masih ingat, sepulang dari kantor, bapak masih nandangi kerjaan lain, percetakan dan bengkel. Rumah saya lantai 2 dulu masih blabag kayu, dibuat bapak untuk urusan percetakan hot print. Cetak kartu nama (jaman dahulu), kertas undangan ada tulisan yang berwarna emas mengkilat, nah, itulah yang dikerjakan bapak saya sepulang kerja. Itu bagian percetakan, belum bagian perbengkelan. Di bagian depan rumah, bagian depan rumah kami ditutup triplek. Bengkel nya ukuran 4x4, dibuat untuk bengkel mesin dan produksi lemari kayu. Di bengkel, lantai penuh dengan skrap potongan besi dan oli. Yang masih saya ingat, ada mesin bubut, gergaji mesin otomatis, ragum, dll, semuanya dipakai untuk tambah-tambahan keluarga kami.

Soe Hok Gie lagi. 
"Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza
dst"

Kemarin orang tua saya berangkat ke Jeddah untuk melengkapi rukun islam ke-5, berangkat haji. Umur tabungan beliau sama dengan umur adik saya yang sebentar lagi insyaAllah jadi bapak. Ternyata beliau sudah mengumpulkannya sejak lama, dan ketika sudah lunas antriannya sudah cukup panjang, sehingga baru mendapat giliran tahun ini. Saya senang akhirnya abah umi bisa berangkat. Yang membekas buat saya pribadi, berarti dulu start mulai menabung dari umur kepala 3. Berarti itu semua dimulai dari percetakan, bengkel, bikin lemari, yang baru saya sadari semalam ketika saya nglilir sepertiga malam terakhir. 

Saya mengidolakan tokoh Gie, Pram, Paimo, Hatta, tapi saya sering lupa lupa, perjuangan bapak ibu saya ga kalah dengan orang-orang hebat tadi. Mas Paimo bisa melintasi 5 benua karena beliau sudah memulainya sejak jaman SMP, nyepeda antar kota, akhirnya bertambah antar propinsi. Saya lihat orangnya tekun dan teratur menyimpan barang-barang memorabilia jaman dulu, membuat saya juga kudu menerapkan ke hal yang sama, saya ga boleh lupa dengan asal saya. Kacang ora oleh ninggal lanjaranne.

Gie satu lagi
"Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza"

Alhamdulillah orang tua saya akhirnya berziarah Mekkah. Tentang Miraza, kenapa saya tulis berulang-ulang. Nama itu mengingatkan saya salah satu rumah makan favorit bapak saya di Pandaan, rumah makan Miraza. Bukan tentang judi.

Akhirnya, selamat menunaikan ibadah haji abah, umi.  
25 tahun pernikahan abah umi di Bromo, 2012
Gie untuk terakhir kali.
Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza
Tapi, aku ingin habiskan waktuku di sisimu, sayangku
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang
manis di lembah Mendalawangi

Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
Tapi aku ingin mati di sisimu, manisku
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu

Mari sini, sayangku
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung
Kita tak pernah menanamkan apa-apa,
Kita takkan pernah kehilangan apa-apa

Catatan Seorang Demonstran- Soe Hok Gie*
[Selasa, 11 November 1969]
Share:

Saturday, August 13, 2016

Hidup ibarat kacang panjang

Update: 24-10-2017
Pesan Bapak (saya panggil mbah saya Bapak), 24-10-2017


Saya dulu lahir dibantu bidan di desa kecil, desa Kepung, Pare, Kediri. Masa kecil saya habiskan di desa di kaki gunung Kelud ini. Sekarang Pare terkenal dengan kampung Inggris, saya yang lahir disana pun belum pernah mampir. Mbah lanang saya dulunya petani, jadi khotib tak tergantikan di "langgar" (surau; bahasa Jawa) pribadi di depan rumah, sedangkan mbah putri dulu dagang di pasar, tiap sore hari menjadi guru ngaji di langgar buat anak kecil dan remaja.

Minggu lalu saya sempat telepon mbah, tombo kangen, sekalian buat obat kangen buyut dengan cicit nya. Saya memanggil mbah putri "emak", mbah lanang saya panggil "bapak." Pesan emak buat cucu tertuanya,saya:
"Le, Aqila diwarai ngaji, iqro'. Arek umur sakmono gampang banget eling e. (Thole-panggilan emak saya ke saya-, Aqila diajari mengaji. Anak umur segitu gampang banget ingatnya)."
"Inggih, Mak'e, niki pun sinau alif ba' ta kaliyan pun tumut sholat bareng (iya Emak, ini sudah belajar alif ba' ta dan ikut sholat).
"Mben sholat tak dungakno Le, Le, ben keluargamu sukses dunyo akhirat (setiap habis sholat tak doakan thole supaya sukses dunia akhirat)."

Gara-gara pesan sederhana sebenarnya, banyak memori masa kecil saya rasanya terulang buat Aqila. Saya yang dibesarkan di lingkungan adat jawa yang kental dan pondok NU (Nahdlatul Ulama- Kediri salah satu basis kuat NU) yang sangat familiar dengan tembang-tembang Jawa. Tembang ini salah satunya diajarkan oleh Sunan Kalijaga untuk mengakulturasi agama dengan lagu-lagu dan adat Jawa.

Secara tidak sadar, pas Aqila nangis karena saya dan istri saya memulai untuk menyapih Aqila yang sudah hampir umur 2 tahun, saya langsung ingat lagu-lagu yang dinyanyikan Emak sebelum saya tidur, ilir ilir dan tombo ati (versi asli yg saya apal panjang banget dibanding versi nya Cak Nun dan Kyai Kanjeng). 

Saya minta istri bersenandung ke Aqila yg merengek. Setengah jam berlalu dan merengeknya mulai kurang, Aqila mulai nyaman dengan sholawat nabi, baru saya gantian nyanyi lagu dari emak saya.


Lir-ilir, lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
Tandure wis sumilir (Tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten
anyar (Demikian menghijau bagaikan pengantin baru)

Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi (Anak gembala, anak gembala panjatlah
pohon belimbing itu)

Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat untuk membasuh pakaianmu)

Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir (Pakaianmu, pakaianmu terkoyak-koyak di bagian samping)
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore (jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore)


Mumpung padhang rembulane,
mumpung jembar kalangane (Mumpung bulan bersinar terang,mumpung banyak waktu luang)
Yo surako… surak iyo… (Ayo bersoraklah dengan sorakan iya)


Makna singkat lagu ini. Lagu ini mengajak seorang muslim untuk bangun dari sifat malas dan menjaga keimanan kita (diibaratkan petani yang mendapati tanaman yang mulai menghijau). Iman itu naik turun, dan untuk menjaganya sulit (diibaratkan memanjat belimbing yang licin. Ada yang bilang belimbing itu simbol solat 5 waktu, karena ada 5 sudut di buah belimbing). . Iman itu ibarat pakaian, bisa terkoyak. Jika pakaian itu rusak, maka harus segera dijahit, selagi kita masih memiliki waktu luang. Oh ya, tadi tentang belimbing, belimbing wuluh yang rasanya asem, jaman dulu dipakai oleh orang-orang untuk mencuci dan menghapus noda di baju

Mengapa tiba-tiba menulis tentang ini? Emak dan Bapak ga bisa saya lupakan perjalanan hidup saya. Beliau salah satu yang menanamkan fondasi agama dari hal paling kecil. Apa yang sudah saya dapat selama hidup ini tidak semata-mata karena kemampuan saya sendiri. Saya yakin, kesuksesan seseorang tidak lepas dari doa orang-orang di sekitarnya, salah satunya orang tua. 

Sudahkah kita menyapa dan berterima kasih kepada orang berjasa disekitar kita? Distance does not separate people, silence does. Ibarat peribahasa, Kacang ora ninggal lanjaranne (kacang panjang tidak pernah meninggalkan akarnya). 
Umi (Ibu) saya sungkem dengan emak bapak
Bapak lagi ceramah 
Foto lebaran tahun 90an



Share:

Blog Archive

Kontak ke Penulis

Name

Email *

Message *